Pendekatan Lunak Dinilai Efektif Tanggulangi Terorisme

Jum'at, 17 Agustus 2018 - 13:42 WIB
Pendekatan Lunak Dinilai Efektif Tanggulangi Terorisme
Pendekatan Lunak Dinilai Efektif Tanggulangi Terorisme
A A A
JAKARTA - Pendekatan lunak yang dilakukan Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menangani persoalan terorisme dinilai merupakan sesuatu yang patut dibanggakan.

Dalam sejarah penanggulangan terorisme di dunia, pemerintah Indonesia telah membuktikan pendekatan lunak atau soft approach melalui aspek kemanusiaan dapat meredam aktivitas terorisme.Salah satunya, tahun lalu, BNPT mengumpulkan lebih dari 100 orang yang terdiri atas mantan mantan narapidana terorisme dan keluarga korban dalam satu forum acara bertajuk Silaturahmi Kebangsaan yang bertujuan untuk saling memaafkan dan menghapus sejarah kelam masa lalu.
Hal itu diungkapkan Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius dalam paparannya pada acara The 7th World Peace Forum (WPF) yang mengusung tema The Middle Path for the World Civilization, di Jakarta, Kamis 16 Agustus 2018.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) kerja sama dengan Center for Dialog and Cooperation Among Civilization (CDCC) dan Chengho Multi Culture and Education Trust (CMCET) dari Malaysia.

Kegiatan yang telah digelar selama tiga hari sejak 14 Agustus ini dihadiri sejumlah tokoh agama dari berbagai negara seperti Eropa, Arab, Afrika dan Asia termasuk dari Jepang, Korea dan China.

Kegiatan ini bertujuan membangun dan memperkuat dan mengarusutamakan jalan tengah dalam menciptakan peradaban dunia yang damai dan aman serta menghindari benturan peradaban yang diakibatkan oleh perbedaaan keyakinan dan keagamaan. Salah satu persoalan utama peradaban saat ini yang sangat erat dengan pandangan keagamaan adalah terorisme.

Dalam kegiatan ini, BNPT diundang untuk menyampaikan pengalaman bangsa ini dalam penanggulangan radikalisme dan terorisme. Suhardi menegaskan keberhasilan pemerintah dalam menangani terorisme selama ini karena mampu mengedepankan strategi lunak melalui pendekatan kemanusiaan.

Hal ini, kata dia, berbeda dengan negara-negara lain yang lebih banyak mengandalkan pendekatan keras melalui penegakan hukum dan militeristik.
Menurut dia, saling memaafkan antara pelaku dan korban aksi terorisme merupakan salah satu cara pemerintah dalam mengikis dan menyelesaikan isu-isu terorisme dan radikalisme di Indonesia."Metode ini cukup efektif dalam menumbuhkan semangat kebersamaan antara kedua pihak dan mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam membangun masyarakat indonesia lebih aman dan damai, tanpa ada perasaan bersalah dan minder dengan masyarakat biasa,” tutur Suhardi.
Dia menjelaskan, mengedepankan pendekatan lunak tentu merupakan proses cukup berat. Namun perpaduan dengan pendekatan budaya lokal mampu mendorong efektivitas pendekatan lunak. Saling memaafkan merupakan budaya bangsa ini yang dapat dijadikan sarana dalam menguatkan hubungan pelaku teror dan korban.

“Saling memaafkan dan bertukar kisah dan kehidupan masing-masing cukup memberikan kesan bagi kedua pihak dan mendapat dukungan dari pemerintah sehingga masalah-masalah yang dihadapi pasca-aksi dapat diselesaikan secara bersama,” tandas mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri ini.

Suhardi menambahkan, selain pendekatan budaya lokal, BNPT juga melakukan berbagai langkah pencegahan dengan menggunakan pendekatan literasi dan sosialisasi ancaman terorisme. Salah satunya pelibatan semua pihak, termasuk anak-anak muda milenial dalam pencegahan paham radikalisme terorisme, terutama di dunia maya.

“BNPT saat ini telah memiliki kurang lebih 700 relawan duta damai di beberapa daerah yang berpartisipasi dalam menyebarkan konten-konten positif dan perdamaian untuk menangkal propaganda radikalisme dan terorisme di dunia maya,” kata Suhardi.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5930 seconds (0.1#10.140)