Menristek Minta Rektor Awasi Gerakan Radikal dalam Kampus

Rabu, 06 Juni 2018 - 05:56 WIB
Menristek Minta Rektor Awasi Gerakan Radikal dalam Kampus
Menristek Minta Rektor Awasi Gerakan Radikal dalam Kampus
A A A
DEPOK - Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Mohammad Nasir mengatakan radikalisme dalam kampus berasal dari orang luar. Kendati juga tak menutup kemungkinan juga ada dari dalam. Oleh karenanya Menristek meminta agar para rektor menindak tegas.

"Kami tugaskan rektor untuk bertindak tegas, jelas dan terukur jika menemukan gejala indikasi radikalisme di kampus. Rektor harus memantau semua dosen, wakil rektor dan juga mahasiswa. Kami di Kemenristekdikti juga terus melakukan pemantauan serta menanamkan pemahaman ajaran ajaran bela negara dan cinta tanah air," kata Nasir usai acara ground breaking Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Depok, Rabu (5/6/2018).

Dikatakan bahwa, pihaknya memiliki database yang bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Sehingga rektor dan juga segenap perangkatnya bisa terpantau di dalam database tersebut termasuk aktivitas mereka di sosial media.

"Yang ada indikasi mencurigakan nanti bisa di scanning. Kan tidak semuanya. Hanya yang terindikasi saja yang dipantau. Nanti kami juga akan lakukan pendekatan pendekatan agar mereka yang terpapar radikalisme bisa terbebas dari hal tersebut," ucapnya.

Menristekdikti juga menilai tidak perlu adanya peraturan baru untuk mengatasi radikalisme di universitas universitas. Hal terpenting adalah rektor mampu bertindak tegas, jelas dan terukur. Nasir menegaskan agar para mahasiswa tidak berlindung di balik alasan kebebasan berdemokrasi, berorganisasi atau berekspresi. Ada tanggungjawab yang juga harus diperhatikan dalam berdemokrasi.

"Boleh boleh saja mahasiwa belajar teori Lenin, teori Marxisme, terori Komunis. Saya belajar itu semua tapi saya tidak lantas menjadi komunis tho? Yang penting harus dicamkan bahwa dasar negara adalah Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika," ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakan, dalam Islam ada ayat ayat yang bersifat maskulin dan feminim. Ayat ayat yang biasanya digunakan oleh orang orang berpaham radikal kebanyakan bersumber dari ayat maskulin. Padahal Islam sendiri mengajarkan kasih sayang dan lemah lembut. Seperti ayat ayat yang bersifat feminim. "Harus disadari bahwa Tuhan mengajarkan kebaikan, kasih sayang dan tolong menolong. Ini harus dipahami agar tercipta Islam yang damai dan moderat," pungkasnya.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5085 seconds (0.1#10.140)