Tangkal Hoaks, Perempuan Bisa Jadi Agen Literasi Media
A
A
A
JAKARTA - Media sosial dapat menjadi sarana pemberi informasi yang baik, tetapi juga berbahaya apabila tidak dibarengi dengan sikap terbuka.
Di sisi lain, informasi di media sosial (medsos) bisa diakses oleh siapa pun, bahkan oleh anak usia dini. Di sini pentingnya peran perempuan dalam menjaga keluarga dan lingkungan sekitarnya dengan menjadi agen literasi medsos atau hoax buster.
“Perempuan sangat bisa menjadi agen literasi media sosial karena anak dekat dengan ibu dan ibu bisa mengingatkan suami untuk sekalu berpikir positif. Perempuan memiliki cara yang lebih lembut dalam pendekatan emosional.” Ujar Artis dan presenter, Olga Lidya, di Jakarta, Jumat 27 April 2018.
Hoaks dan konten negatif lainnya memang seringkali dibungkus dalam informasi yang bisa menyentuh emosi. Banyak berita bohong yang dibuat dramatis yang bertujuan untuk memancing emosi banyak orang demi kepentingan tertentu, seperti penyebaran konten hasutan dan ajakan kekerasan.
“Ini seharusnya dapat membuat kita menjadi lebih waspada,” Ujar Olga
Di sinilah, menurut Olga, perempuan yang memiliki kedekatan lebih terhadap anak dan memiliki sensitivitas emosi yang tinggi berperan penting sebagai agen literasi di keluarga.
Menurut dia, perempuan harus didorong menjadi agen pendidik di keluarga dan lingkungan sosial untuk menangkal penyebaran konten hoaks dan kekerasan, serta radikalisme.
Namun, kata dia, secara psikologis perempuan kadang cenderung lebih kurang memiliki rasa percaya diri, pemalu dan merasa kurang pintar dibanding orang lain.
“Nah kurang rasa percaya diri ini yang bisa menghambat perempuan untuk bisa menimbang logis atau tidak logisnya berita itu. Karenanya peningkatan kapasitas perempuan juga sangat penting.” tutur Olga.
Karena itu, Olga mendorong generasi muda harus bijak dalam menggunakan medsos agar tidak mudah terpengaruh yang mendorong mereka pada radikalisme yang sebenarnya tanpa disadari sedang diadu domba melalui konten hoaks.
Menurut di, konten hoaks dan informasi yang menyesatkan sudah sangat sulit dibedakan tingkat kebenarannya.
“Poin penting dalam menangkal hoaks adalah harus bisa memilah berita yang logis atau tidak logis dan menimbang penting tidak penting berita ini untuk saya atau untuk orang lain. Kalau dirasa tidak membawa kebaikan ya tidak perlu disebarkan. Apabila berita gembira silakan disebarkan, karena menebar kegembiraan itu bisa mengubah energi positif.” saran Olga
Di sisi lain, informasi di media sosial (medsos) bisa diakses oleh siapa pun, bahkan oleh anak usia dini. Di sini pentingnya peran perempuan dalam menjaga keluarga dan lingkungan sekitarnya dengan menjadi agen literasi medsos atau hoax buster.
“Perempuan sangat bisa menjadi agen literasi media sosial karena anak dekat dengan ibu dan ibu bisa mengingatkan suami untuk sekalu berpikir positif. Perempuan memiliki cara yang lebih lembut dalam pendekatan emosional.” Ujar Artis dan presenter, Olga Lidya, di Jakarta, Jumat 27 April 2018.
Hoaks dan konten negatif lainnya memang seringkali dibungkus dalam informasi yang bisa menyentuh emosi. Banyak berita bohong yang dibuat dramatis yang bertujuan untuk memancing emosi banyak orang demi kepentingan tertentu, seperti penyebaran konten hasutan dan ajakan kekerasan.
“Ini seharusnya dapat membuat kita menjadi lebih waspada,” Ujar Olga
Di sinilah, menurut Olga, perempuan yang memiliki kedekatan lebih terhadap anak dan memiliki sensitivitas emosi yang tinggi berperan penting sebagai agen literasi di keluarga.
Menurut dia, perempuan harus didorong menjadi agen pendidik di keluarga dan lingkungan sosial untuk menangkal penyebaran konten hoaks dan kekerasan, serta radikalisme.
Namun, kata dia, secara psikologis perempuan kadang cenderung lebih kurang memiliki rasa percaya diri, pemalu dan merasa kurang pintar dibanding orang lain.
“Nah kurang rasa percaya diri ini yang bisa menghambat perempuan untuk bisa menimbang logis atau tidak logisnya berita itu. Karenanya peningkatan kapasitas perempuan juga sangat penting.” tutur Olga.
Karena itu, Olga mendorong generasi muda harus bijak dalam menggunakan medsos agar tidak mudah terpengaruh yang mendorong mereka pada radikalisme yang sebenarnya tanpa disadari sedang diadu domba melalui konten hoaks.
Menurut di, konten hoaks dan informasi yang menyesatkan sudah sangat sulit dibedakan tingkat kebenarannya.
“Poin penting dalam menangkal hoaks adalah harus bisa memilah berita yang logis atau tidak logis dan menimbang penting tidak penting berita ini untuk saya atau untuk orang lain. Kalau dirasa tidak membawa kebaikan ya tidak perlu disebarkan. Apabila berita gembira silakan disebarkan, karena menebar kegembiraan itu bisa mengubah energi positif.” saran Olga
(dam)