Bamsoet Prihatin dengan Nasib Nelayan padahal Hasil Laut Melimpah
A
A
A
JAKARTA - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo menekankan hasil laut Indonesia yang melimpah seharusnya dapat lebih dinikmati dan meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Bamsoet panggilan politisi Golkar ini menilai, tingkat kesejahteraan nelayan sangat memprihatinkan. Hal itu dikatakan Bamsoet dalam Seminar Nasional "Kebijakan dan Koordinasi Bidang Maritim untuk Kesejahteraan Nelayan", di Jakarta, Senin 19 Maret 2018.
"Ada yang salah dari kita. Harusnya kalau hasil kelautan Indonesia triliunan dolar Amerika setiap tahunnya itu bisa dinikmati oleh nelayan," kata Bamsoet dalam siaran pers, Selasa (20/3/2018).
"Maka rumah-rumah mewah tidak hanya berdiri di sepanjang Pantai Indah Kapuk, Pantai Mutiara dan Ancol saja. Tapi juga berdiri di sepanjang Pantura mulai jadi Jawa Tengah hingga Jawa Timur," tambahnya.
Faktanya kata Bamsoet, kehidupan para nelayan di daerah pesisir pantai utara (Pantura) Jawa masih indentik dengan kemiskinan dan kumuh.
Orang lebih mengenal daerah pantura dengan warung remang-remang tempat para sopir truk mencari hiburan yang terkenal dengan dangdut Panturanya.
Padahal lanjutnya, selama ini nelayan di Pantura telah turut memberikan kontribusi yang tidak kecil dalam menggerakkan roda ekonomi dan pembangunan.
Mantan Ketua Komisi III ini tak menampik masih adanya persoalan dari berbagai peraturan perundangan di sektor kelautan dan perikanan telah dibuat DPR bersama pemerintah.
Termasuk kebijakan penenggalam kapal asing pencuri ikan di satu sisi juga tidak berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat. "Seharusnya kapal-kapal yang menerobos perairan Indonesia secara ilegal tidak ditenggelamkan," ungkapnya.
"Kapal tersebut lebih baik diberikan kepada nelayan gratis untuk meningkatkan penghidupan para nelayan. Itu jauh lebih bermanfaat bagi nelayan. Saya pun mempunyai pertanyaan yang sama dengan Pak Menko Maritim, setelah penenggelaman kapal, What’s next?," tuturnya.
Di satu sisi, penggunaan alat tangkap cantrang bisa mengurangi sumberdaya ikan serta merusak habitat dan ekosistem laut. Namun disisi lain, pendapatan nelayan menjadi menurun.
"Dampak ekologis pelarangan cantrang akan menimbulkan dampak positif bagi kondisi lingkungan. Namun, kenyataan tersebut akan berbanding terbalik dengan dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan.
Pada aspek ekonomi, pelarangan cantrang akan memengaruhi tingkat pendapatan, jumlah hasil tangkapan dan diferensiasi alat tangkap," urai Bamsoet.
"Sementara, dampak sosial yang ditimbulkan yaitu berubahnya hubungan sosial dalam kehidupan nelayan dan tingkat kesejahteraan yang menurun," imbuhnya.
Bamsoet panggilan politisi Golkar ini menilai, tingkat kesejahteraan nelayan sangat memprihatinkan. Hal itu dikatakan Bamsoet dalam Seminar Nasional "Kebijakan dan Koordinasi Bidang Maritim untuk Kesejahteraan Nelayan", di Jakarta, Senin 19 Maret 2018.
"Ada yang salah dari kita. Harusnya kalau hasil kelautan Indonesia triliunan dolar Amerika setiap tahunnya itu bisa dinikmati oleh nelayan," kata Bamsoet dalam siaran pers, Selasa (20/3/2018).
"Maka rumah-rumah mewah tidak hanya berdiri di sepanjang Pantai Indah Kapuk, Pantai Mutiara dan Ancol saja. Tapi juga berdiri di sepanjang Pantura mulai jadi Jawa Tengah hingga Jawa Timur," tambahnya.
Faktanya kata Bamsoet, kehidupan para nelayan di daerah pesisir pantai utara (Pantura) Jawa masih indentik dengan kemiskinan dan kumuh.
Orang lebih mengenal daerah pantura dengan warung remang-remang tempat para sopir truk mencari hiburan yang terkenal dengan dangdut Panturanya.
Padahal lanjutnya, selama ini nelayan di Pantura telah turut memberikan kontribusi yang tidak kecil dalam menggerakkan roda ekonomi dan pembangunan.
Mantan Ketua Komisi III ini tak menampik masih adanya persoalan dari berbagai peraturan perundangan di sektor kelautan dan perikanan telah dibuat DPR bersama pemerintah.
Termasuk kebijakan penenggalam kapal asing pencuri ikan di satu sisi juga tidak berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat. "Seharusnya kapal-kapal yang menerobos perairan Indonesia secara ilegal tidak ditenggelamkan," ungkapnya.
"Kapal tersebut lebih baik diberikan kepada nelayan gratis untuk meningkatkan penghidupan para nelayan. Itu jauh lebih bermanfaat bagi nelayan. Saya pun mempunyai pertanyaan yang sama dengan Pak Menko Maritim, setelah penenggelaman kapal, What’s next?," tuturnya.
Di satu sisi, penggunaan alat tangkap cantrang bisa mengurangi sumberdaya ikan serta merusak habitat dan ekosistem laut. Namun disisi lain, pendapatan nelayan menjadi menurun.
"Dampak ekologis pelarangan cantrang akan menimbulkan dampak positif bagi kondisi lingkungan. Namun, kenyataan tersebut akan berbanding terbalik dengan dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan.
Pada aspek ekonomi, pelarangan cantrang akan memengaruhi tingkat pendapatan, jumlah hasil tangkapan dan diferensiasi alat tangkap," urai Bamsoet.
"Sementara, dampak sosial yang ditimbulkan yaitu berubahnya hubungan sosial dalam kehidupan nelayan dan tingkat kesejahteraan yang menurun," imbuhnya.
(maf)