Saatnya Berdiri Terdepan untuk Konservasi Satwa Langka

Sabtu, 10 Maret 2018 - 11:05 WIB
Saatnya Berdiri Terdepan untuk Konservasi Satwa Langka
Saatnya Berdiri Terdepan untuk Konservasi Satwa Langka
A A A
Bergabung dalam nongovernmental organization (NGO) dianggap menjadi salah satu bentuk kepedulian terhadap satwa-satwa liar.

Wildlife Conservation Society (WCS) merupakan salah satu NGO yang berdiri untuk konservasi satwa. Wildlife Conservation Society yang berbasis di New York bertujuan melestarikan tempat-tempat liar terbesar di dunia di 15 wilayah prioritas dan menampung lebih dari 50% keanekaragaman hayati dunia.

Di Indonesia, program Wildlife Conservation Society mulai berjalan setelah ditandai dengan adanya penandatanganan nota kesepahaman dengan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di bawah Kementerian Kehutanan) pada tahun 1997.

Rhemawati Wijaya, Communication Officer Wildlife Conservation Society Indonesia, menyebutkan WCS Indonesia mempunyai proyek yang dibagi pada dua program besar, yakni program darat (terestrial ) dan laut (marine).

"WCS program Indonesia fokus pada beberapa pendekatan, yaitu meningkatkan kapasitas mitra lokal dan memberikan bantuan teknis untuk meningkatkan penegakan hukum, mengurangi konflik manusia-satwa liar, meningkatkan penghidupan di pedesaan dan pesisir, memastikan kualitas kajian ilmiah yang dihasilkan, membantu proses terjadinya reformasi kebijakan kunci dan membangun dukungan publik bagi kehidupan liar dan kawasan alami," paparnya.

Beberapa program WCS Indonesia, antara lain penelitian ekologi dan satwa, patroli kawasan konservasi bersama dengan Taman Nasional, Wildlife Response Unit (unit penanganan konflik manusiasatwa liar), bantuan teknis penegakan hukum (wildlife trade program/wildlife crime unit ), mendorong aktivitas perikanan yang berkelanjutan, mendorong pemerintah untuk mereformasi kebijakan, mendorong pembentukan kawasan lindung/konservasi laut.

Menurut perempuan yang sudah bergabung dengan WCS sejak 2015 ini, respons masyarakat dan pemerintah terhadap programprogram WCS sudah cukup baik. Salah satunya kegiatan Wildlife Response Unit yang membangun kandang antiserangan harimau (tiger proof enclosur).

"Saat ini sudah ada beberapa masyarakat yang ikut serta membangun kandang antiserangan harimau karena melihat keuntungan dari pembangunan kandang bagi ternak mereka," tutur Rhema. Rhema juga berkomentar mengenai konservasi satwa di Indonesia.

Menurutnya, pemerintah telah bekerja sama dengan pihak terkait seperti LSM dan aparat penegak hukum untuk bersamasama melakukan kegiatan konservasi satwa langka, termasuk memberantas perdagangan satwa liar ilegal di Indonesia.

Sayangnya, tidak sedikit juga masyarakat yang belum sadar akan pentingnya menjaga dan melindungi habitat satwa di Indonesia. Kebanyakan masyarakat mengira bahwa mencintai satwa liar yang langka adalah dengan memeliharanya di rumah.

Padahal "rumah" asli dari satwa tersebut adalah di alam liar, baik itu di darat maupun laut. Masih banyak masyarakat memelihara kukang, burung kakatua jambul kuning, berbagai macam burung paruh bengkok, bahkan memiliki gading gajah, offset harimau di rumahnya hanya untuk gengsi dan alasan mencintai satwa liar.

Satwa liar terutama yang langka tidak boleh dipelihara dan diperdagangkan. "Ini menjadi PR kita bersama, baik pemerintah, LSM, maupun juga generasi muda untuk melakukan kegiatan penyadartahuan ke skala yang lebih luas lagi agar lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang menyadari pentingnya satwa liar di habitatnya," sarannya.

ISNANI NAFIAH
GEN SINDO
Institut Pertanian
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3061 seconds (0.1#10.140)