Kiat Mahasiswa UMM Tangkap Peluang di Berbagai Bidang Usaha
A
A
A
MALANG - Pernah mendengar tentang generasi Z? Generasi Z adalah mereka yang lahir pada 1990-an hingga 2000-an. Menjadi bagian dari Generasi Z (Gen Z) menuntut anak-anak muda dihadapkan pada banyak tantangan, salah satunya tentang berprofesi.
Saat ini Gen Z lebih melirik profesi yang mereka bangun sendiri dan ogah menjadi karyawan. Mereka juga lebih memilih berprofesi sesuai dengan passionnya.
Melihat perkembangan tersebut, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan yakin mencetuskan program UMM PASTI, yaitu PASTI lulus empat tahun, PASTI bekerja, dan PASTI mandiri. Fauzan yakin, UMM PASTI akan menjamin lulusan UMM dapat mandiri.
"Saya yakin jika UMM PASTI ini bisa dijalankan dengan baik, tidak akan ada lagi mahasiswa UMM yang tidak bekerja setelah lulus dari sini," kata Fauzan pada Pelatihan Dosen Kewirausahaan.
Jauh sebelum UMM PASTI digaungkan, mahasiswa dan alumni UMM telah banyak terjun di bidang entrepreunership dengan berbagai macam latar belakang mulai dari sekedar menambah uang jajan, pengalaman hingga memberdayakan masyarakat, Muhammad Aripin misalnya.
Alumni Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik UMM tersebut telah diganjar banyak penghargaan nasional berkat usahanya menghidupkan industri kreatif.
Yayasan Rumah Kreatif dan Pintar yang didirikannya pada 2014 telah memiliki 85 anak binaan, 21 di antaranya bahkan telah memiliki usaha sendiri serta empat lainnya telah melanjutkan kuliah.
Dia pun meraih penghargaan selama tiga tahun berturut-turut, yakni pada ajang penganugerahan Pemuda Pelopor Nasional di Bidang Pendidikan, Wirausaha Kreatif di ajang Satu Indonesia Award dan Yayasan Berprestasi Nasional.
“Saya teringat wasiat ibu saat mendirikan yayasan. Kini saatnya saya membalas semua kebaikan yang ibu berikan pada saya dengan berbuat baik pada orang lain,” ujarnya mengenang almarhumah sang ibu.
Apa yang dilakukan Arifin berbeda dengan Nasihudin Cahya, Awang Ristanto, dan Helmi Mahendra. Bagi ketiganya, berwirausaha merupakan jalan untuk menyalurkan kecintaan mereka pada kopi.
"Awalnya saya sama Cahya suka kopi, lalu ikut-ikut dan belajar membuat kopi sama teman, kemudian munculah ide kenapa enggak buka sendiri saja," ungkap mahasiswa Program Studi Perternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM tersebut.
Setelah menyiapkan diri untuk berwirausaha, Awang beserta dua temannya memanfaatkan becak milik Cahya sebagai tempat untuk berjualan dengan mengusung brand “Becak Koling” yang merupakan singkatan dari Becak Kopi Keliling
"Becak itu punya Cahya yang duluan punya usaha," kata Awang.
Hambatan-hambatan menjadi wirausahawan yang memulai semuanya dari kantong pribadi tidak lantas menyurutkan semangat tiga mahasiswa UMM asli Malang ini.
Helmi menjelaskan, di awal memulai usaha sering tidak ada yang membeli. Alih-alih menyiutkan cita-cita, hal ini justru menjadi pecutan semangat untuk ketiganya.
"Pernah sampai di lokasi terus hujan deras, sepi enggak ada yang beli," tutur mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) tersebut.
Meski sekadar berjualan kopi, Awang mengaku bahwa omzet yang dikantongi setiap bulannya cukup lumayan. Ketiganya bahkan menargetkan untuk memiliki lahan milik sendiri untuk digunakan berjualan agar ada tempat tetap dan tidak harus berpindah-pindah, utamanya saat hujan.
"Untung yang didapat buat beli alat-alat baru dan kalau bisa tahun ini bisa punya lahan walaupun kecil yang penting menetap," harap Helmi.
Menjadi mahasiswa dan berwirausaha bukan hal yang tabu lagi. Pada era modern seperti ini, setiap individu harus mengetahui peluang-peluang yang bisa diambil.
Bagi Helmi yang merupakan mahasiswa PBSI UMM, berbisnis tidak selalu harus relevan dengan jurusan kuliah ditempuh. "Tidak ada salahnya untuk mencari pengalaman di bidang lain," tandas mahasiswa berkacamata tersebut.
Kepala Program Studi (Kaprodi) PBSI UMM Sugiarti menyampaikan bahwa selaras dengan UMM PASTI, di prodi PBSI ada mata kuliah kewirausahaan bersastra dan kewirausahaan berbahasa.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pemetaan peminatan mahasiswa. Untuk mahasiswa yang memiliki minat di luar bidang Prodi, maka bisa bekerja sama dengan lintas prodi dan lintas fakultas.
“Jika mahasiswa memiliki keterampilan di bidang fisik juga akan kami carikan sumberdaya,”tambahnya.
Menanggapi usaha Becak Koling Sugiarti mengaku bangga. Dia bahkan memberikan masukan untuk mengembangkan usaha lebih luas, termasuk merangkul dan bekerja sama dengan pihak lain, misal mengisi stand di sebuah acara. Mereka juga bisa membuka mini forum saat berjualan di kegiatan kampus contohnya ngopi sastra, ngopi linguistik.
“Ini akan menciptakan atmosfer akademik yang ada aspek kreatif dan rekreatif, jadi proses transfer pengetahuan tidak terjadi secara formal saja namun juga secara informal,” ujarnya.
Saat ini Gen Z lebih melirik profesi yang mereka bangun sendiri dan ogah menjadi karyawan. Mereka juga lebih memilih berprofesi sesuai dengan passionnya.
Melihat perkembangan tersebut, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan yakin mencetuskan program UMM PASTI, yaitu PASTI lulus empat tahun, PASTI bekerja, dan PASTI mandiri. Fauzan yakin, UMM PASTI akan menjamin lulusan UMM dapat mandiri.
"Saya yakin jika UMM PASTI ini bisa dijalankan dengan baik, tidak akan ada lagi mahasiswa UMM yang tidak bekerja setelah lulus dari sini," kata Fauzan pada Pelatihan Dosen Kewirausahaan.
Jauh sebelum UMM PASTI digaungkan, mahasiswa dan alumni UMM telah banyak terjun di bidang entrepreunership dengan berbagai macam latar belakang mulai dari sekedar menambah uang jajan, pengalaman hingga memberdayakan masyarakat, Muhammad Aripin misalnya.
Alumni Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik UMM tersebut telah diganjar banyak penghargaan nasional berkat usahanya menghidupkan industri kreatif.
Yayasan Rumah Kreatif dan Pintar yang didirikannya pada 2014 telah memiliki 85 anak binaan, 21 di antaranya bahkan telah memiliki usaha sendiri serta empat lainnya telah melanjutkan kuliah.
Dia pun meraih penghargaan selama tiga tahun berturut-turut, yakni pada ajang penganugerahan Pemuda Pelopor Nasional di Bidang Pendidikan, Wirausaha Kreatif di ajang Satu Indonesia Award dan Yayasan Berprestasi Nasional.
“Saya teringat wasiat ibu saat mendirikan yayasan. Kini saatnya saya membalas semua kebaikan yang ibu berikan pada saya dengan berbuat baik pada orang lain,” ujarnya mengenang almarhumah sang ibu.
Apa yang dilakukan Arifin berbeda dengan Nasihudin Cahya, Awang Ristanto, dan Helmi Mahendra. Bagi ketiganya, berwirausaha merupakan jalan untuk menyalurkan kecintaan mereka pada kopi.
"Awalnya saya sama Cahya suka kopi, lalu ikut-ikut dan belajar membuat kopi sama teman, kemudian munculah ide kenapa enggak buka sendiri saja," ungkap mahasiswa Program Studi Perternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM tersebut.
Setelah menyiapkan diri untuk berwirausaha, Awang beserta dua temannya memanfaatkan becak milik Cahya sebagai tempat untuk berjualan dengan mengusung brand “Becak Koling” yang merupakan singkatan dari Becak Kopi Keliling
"Becak itu punya Cahya yang duluan punya usaha," kata Awang.
Hambatan-hambatan menjadi wirausahawan yang memulai semuanya dari kantong pribadi tidak lantas menyurutkan semangat tiga mahasiswa UMM asli Malang ini.
Helmi menjelaskan, di awal memulai usaha sering tidak ada yang membeli. Alih-alih menyiutkan cita-cita, hal ini justru menjadi pecutan semangat untuk ketiganya.
"Pernah sampai di lokasi terus hujan deras, sepi enggak ada yang beli," tutur mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) tersebut.
Meski sekadar berjualan kopi, Awang mengaku bahwa omzet yang dikantongi setiap bulannya cukup lumayan. Ketiganya bahkan menargetkan untuk memiliki lahan milik sendiri untuk digunakan berjualan agar ada tempat tetap dan tidak harus berpindah-pindah, utamanya saat hujan.
"Untung yang didapat buat beli alat-alat baru dan kalau bisa tahun ini bisa punya lahan walaupun kecil yang penting menetap," harap Helmi.
Menjadi mahasiswa dan berwirausaha bukan hal yang tabu lagi. Pada era modern seperti ini, setiap individu harus mengetahui peluang-peluang yang bisa diambil.
Bagi Helmi yang merupakan mahasiswa PBSI UMM, berbisnis tidak selalu harus relevan dengan jurusan kuliah ditempuh. "Tidak ada salahnya untuk mencari pengalaman di bidang lain," tandas mahasiswa berkacamata tersebut.
Kepala Program Studi (Kaprodi) PBSI UMM Sugiarti menyampaikan bahwa selaras dengan UMM PASTI, di prodi PBSI ada mata kuliah kewirausahaan bersastra dan kewirausahaan berbahasa.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pemetaan peminatan mahasiswa. Untuk mahasiswa yang memiliki minat di luar bidang Prodi, maka bisa bekerja sama dengan lintas prodi dan lintas fakultas.
“Jika mahasiswa memiliki keterampilan di bidang fisik juga akan kami carikan sumberdaya,”tambahnya.
Menanggapi usaha Becak Koling Sugiarti mengaku bangga. Dia bahkan memberikan masukan untuk mengembangkan usaha lebih luas, termasuk merangkul dan bekerja sama dengan pihak lain, misal mengisi stand di sebuah acara. Mereka juga bisa membuka mini forum saat berjualan di kegiatan kampus contohnya ngopi sastra, ngopi linguistik.
“Ini akan menciptakan atmosfer akademik yang ada aspek kreatif dan rekreatif, jadi proses transfer pengetahuan tidak terjadi secara formal saja namun juga secara informal,” ujarnya.
(dam)