Sikap Saling Memaafkan Dinilai Baik untuk Masa Depan Bangsa

Selasa, 06 Maret 2018 - 20:04 WIB
Sikap Saling Memaafkan Dinilai Baik untuk Masa Depan Bangsa
Sikap Saling Memaafkan Dinilai Baik untuk Masa Depan Bangsa
A A A
JAKARTA - Saling memaafkan adalah langkah terbaik untuk mengubur masa lalu dan menjadi tonggak untuk bangkit bersama demi membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang lebih baik pada masa mendatang.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Unit Kerja Presiden (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) Yudi Latief menyikapi langkah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang mempertemukan mantan narapidana terorisme (napiter) dan korban (penyintas) dalam sebuah kegiatan beberapa waktu lalu.

“Saya sangat mengapresiasi pertemuan itu. Upaya mempertemukan mantan napiter dengan penyintas ini sangat penting. Dengan begitu mereka bisa saling berempati melihat bagaimana kondisi korban, tapi di sisi lain korban juga bisa memahami bahwa aksi-aksi terorisme itu mempunyai akar sosial sebagai penyebabnya,” tutur Yudi Latif di Jakarta, Selasa (6/3/2018).

Yudi mengungkapkan, melalui silaturahmi itu diharapkan para mantan napiter benar-benar tersadar dan menyadari kesalahan masa lalunya. Mereka akan menyadari dan tidak akan mengulang aksi-aksi kekerasan yang menimbulkan penderitaan.

Tidak hanya itu, kata dia, para mantan napiter terdorong melakukan upaya yang lebih produktif, capacity building, dan meningkatkan ilmu pengetahuan agar bisa menjalani hidup lebih baik.

Dengan begitu, sambung dia, rantai korban terorisme bisa dikurangi di masa mendatang. Silaturami dikatakannya bisa menjadi arena bersambung rasa antara mantan napiter dan penyintas.

"Dengan begitu masing-masing pihak bisa melihat situasinya secara langsung dan tidak hitam putih lagi. Daripada membuat aksi-aksi yang hanya akan menimbulkan masalah baru, lebih baik mari bangkit bersama menyelesaikan masalah penanggulangan terorisme ini. Saya kira cara BNPT ini sangat brilian,” tutur Yudi.

Dia menilai silaturahmi lebih baik digelar secara terbuka ketimbang diam-diam yang nantinya bisa menimbulkan kesalahpahaman satu dengan yang lain.

Dengan digelar secara terbuka, kata dia, bisa saling memahami, merasakan, dan bisa saling membantu, gotong royong untuk bangkit bersama untuk menjadi manusia yang baik.

Karena aksi terorisme ada kaitannya dengan relasi politik masa lalu, Yudi berpesan para elite di negara ini agar jangan sampai menjadikan politik sebagai alat kepentingan jangka pendek yang berpotensi menimbulkan korban rakyat yang tidak berdosa.

“Begitu elite sudah bisa bersalaman, konflik di bawah belum tentu berakhir. Jadi hati-hati menggunakan trik-trik atau manuver politik yang berpotensi mengadu domba, mobilisasi, persekusi, dan saling serang yang menimbulkan korban yang akan melahirkan dendam baru, yang akan mengembangbiakkan terorisme di masa mendatang,” tuturnya.

Karena itu, Yudi menegaskan, capacity building harus terus ditingkatkan karena terorisme ada kaitannya dengan masalah sosial. Salah satunya, himpitan ekonomi membuat seseorang mudah sekali terbuai paham baru yang memberi harapan. Itulah yang membuat penting dilakukan peningkatan pengetahuan di bidang ekonomi atau usaha baru.

“Kesenjangan sosial yang terlalu lebar harus dipersempit agar bibit radikalisme yang ibarat ranting-ranting kering yang mudah terbakar, tidak mudah tersulut api,” kata Yudi.

Menurut dia, tidak hanya pemerintah, pengusaha, juga harus terlibat dalam mempersempit jarang kesenjangan itu.

Dia menilai isu kesenjangan sosial itu jangan hanya menjadi sesuatu yang diucapkan orang miskin, tapi juga butuh kepedulian orang-orang berduit. Kalau kesenjangan dibiarkan terlalu lebar, kata dia, akan banyak konflik terjadi. Bila itu terjadi, maka iklim dunia usaha juga tidak kondusif dan dunia usaha bakal rugi.

“Jangan hanya pemerintah, swasta harus ikut terlibat dalam program capacity building terhadap mantan napiter dan korban. Utamanya dalam penyediaan lapangan pekerjaan,” tutur Yudi
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9487 seconds (0.1#10.140)