Diaspora IPTN, Anak Rantau yang Dihargai Mahal

Sabtu, 18 November 2017 - 12:31 WIB
Diaspora IPTN, Anak Rantau yang Dihargai Mahal
Diaspora IPTN, Anak Rantau yang Dihargai Mahal
A A A
TUJUH hari menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia tahun 1995, pesawat N250 Gatot Kaca terbang selama 55 menit di langit Kota Bandung. Pesawat produksi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) -kini PT Dirgantara Indonesia- itu mulus menjalani tes terbang pertamanya. Kala itu, menjadi momen paling bersejarah bagi Indonesia.

Pekik sorak sorai bagai menyambut pahlawan menggema di Landasan Pacu Bandara Husein Sastranegara. Maklum saja, ini adalah untuk pertama kalinya pesawat buatan negeri sendiri bisa mengudara dengan lancar. Pesawat dengan kapasitas 50 penumpang tersebut mencoretkan tinta emas dalam sejarah.

"Saya tidak punya waktu untuk takut menerbangkan N250. Apalagi karena sama sekali tak ada masalah saat terbang perdana. Pesawat ini bagus sekali, saya berterima kasih kepada semua orang IPTN yang bikin pesawat ini," ujar Erwin Danuwinata (alm) setelah mendaratkan N250 dengan mulus. Erwin merupakan chief test pilot pesawat N250.

Kala itu, banyak kalangan optimistis masa depan industri pesawat Indonesia amatlah cerah. Namun takdir berkata lain. Krisis moneter 1997-1998 mengubah arah bisnis IPTN. Nasib puluhan ribu karyawannya menjadi tak jelas. Kucuran dana dari International Monetary Fund (IMF) ikut menambah keterpurukan. Salah satu klausulnya, PT DI tak boleh dibiayai lagi dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Menghadapi keadaan serba sulit dan menentu, beberapa karyawan memilih keluar dan melamar ke pabrik pesawat dunia, seperti Boeing, Airbus, Bombadier, dan Embraer.

Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie yang banyak berperan dalam pembangunan pesawat terbang di Tanah Air, meminta para karyawan mencari pekerjaan di bidang aeronautika di luar negeri. “Mereka harus bekerja supaya tidak berhenti dari proses unggul ini dan tidak tertinggal,” ujar pendiri PT DI ini. Salah satu yang hengkang dari Bandung-kantor pusat PT DI-adalah Tonny H Soeharto. Tahun 1999, ia melamar ke Boeing dan diterima.

Bagaimana kehidupan para mantan karyawan IPTN saat ini? Simak cerita selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 38/VI/2017 yang terbit Senin (20/11/2017).
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4576 seconds (0.1#10.140)