Presiden Jokowi Beri Nama Pesawat Ini N219 Nurtanio

Jum'at, 10 November 2017 - 10:35 WIB
Presiden Jokowi Beri Nama Pesawat Ini N219 Nurtanio
Presiden Jokowi Beri Nama Pesawat Ini N219 Nurtanio
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara sah menamai pesawat N219 buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bersama PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Dia menamai pesawat tersebut Nurtanio.

Nurtanio diambil dari nama Laksamana Muda Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo yang lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan, 3 Desember 1923 – meninggal di Bandung, 21 Maret 1966 pada umur 42 tahun adalah sebagai Perintis Industri Penerbangan Indonesia.

"Beliau gugur dalam sebuah penerbangan uji coba. Ada sebuah kalimat yang patut kita hayati dari Nurtanio, 'Kita tidak usah ribut-ribut, yang penting kerja'," kata Jokowi di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (10/11/2017).

Pesawat transport nasional N219 diujiterbangkan dari Pangkalan AU Halim Perdana Kusuma bertepatan dengan Peringatan Hari Pahlawan setiap tanggal 10 November. Rencananya pesawat ini juga akan diproduksi massal oleh PT DI setelah mendapatkan Sertifikasi pada 2018.

"Dan ini lah hasil kerja putra-putri bangsa penerus Nurtanio dan akan terus dilanjutkan hingga generasi anak-anak kita nanti," jelas Jokowi.

N219 sendiri adalah pesawat terbang bermesin 2 dan berpenumpang 19. N219 merupakan ikon baru dalam pengembangan mandiri pesawat terbang nasional. Pesawat tersebut menjadi tanda kebangkitan kembali industri dirgantara nasional pasca N250.

"Dengan Bismillahirrahmanirrahim saya resmikan pesawat N219 sebagai pesawat Nurtanio," tutupnya.

Mengutip siaran tertulis, Kamis (9/11/2017), program pembangunan N219 merupakan pengejawantahan kembali peran Lapan dalam dunia penerbangan. Sebab, hampir 40 tahun lamanya, setelah program XT-400 (pesawat I Lapan), Lapan tidak terdengar dalam dunia penerbangan.

N219 mempunyai 6 aspek penting dalam rangka pengembangan industri penerbangan nasional. Aspek tersebut adalah:

1. Pesawat yang dibangun atas kebutuhan riil terkait dengan penerbangan perintis (design by demand),

2. Wahana bagi pengembangan generasi baru engineer penerbangan,

3. Pesawat dengan TKDN yang tinggi,

4. Pesawat yang dibangun 100% oleh engineer dalam negeri/tanpa bantuan asistensi dan teknisi asing,

5. Program pesawat ini mampu mendorong tumbuhnya UKM dirgantara yang menyuplai kebutuhan produksi (misalnya INACOM) maupun dari sisi engineering (IAEC),

6. Pesawat yang relatif unggul di kelasnya.

Dalam aplikasinya, pesawat ini diharapkan menjadi penyambung tol laut yang berorientasi pada pengangkutan logistik dan penumpang bagi daerah pedalaman. Hal tersebut untuk mengurangi biaya yang mengakibatkan harga komoditas yang tinggi di daerah pedalaman.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6237 seconds (0.1#10.140)