Partai Golkar Dinilai Alami Kemunduran Pasca Munaslub

Minggu, 21 Mei 2017 - 20:07 WIB
Partai Golkar Dinilai...
Partai Golkar Dinilai Alami Kemunduran Pasca Munaslub
A A A
JAKARTA - Partai Golkar kepemimpinan Setya Novanto dinilai mengalami kemunduran. Pasalnya, Pengamat Politik Hanta Yudha mengaku tidak melihat ada‎ perubahan atau sesuatu yang baru di partai tersebut pasca Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar Mei 2016.

"Munaslub di Bali tidak ada kebaruan dari Golkar, justru alami kemunduran," ujar Hanta dalam diskusi bertajuk Refleksi 1 Tahun Partai Golkar Kepemimpinan Setya Novanto di Hotel Puri Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (21/5/2017).

Kata dia, tingkat otonom kelembagaan Partai Golkar melemah pasca Munaslub di Bali tersebut. Dia melanjutkan, Partai Golkar saat ini bergerak ditentukan dari eksternalnya.

"Semakin ke sini saya lihat penguasa bayangannya. Faktor eksternalnya lebih besar," paparnya.

Maka itu, dia berpendapat, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki agar Partai Golkar kembali seperti ‎Era Akbar Tanjung. Pertama, mengubah paradigma bahwa basis pemilihnya masih besar dan menjadi kekuatan utama, yakni pemilih senior.

Padahal, dia menilai, basis utama Partai Golkar semakin menipis karena pergeseran usia pemilih. Menurut dia, partai itu harus mampu menarik suara pemilih pemula maupun kelas menengah.

"Partai Golkar masih gunakan paradigma lama, tidak rebranding. Hari ini Golkar butuh rebranding," imbuhnya.

Kedua, bagaimana ketua umum maupun pengurus DPP Partai Golkar harus bisa mengelola internalnya. Pasalnya, musuh utama Partai Golkar bukan dari eksternal, melainkan internalnya sendiri.

"Musuh Golkar melawan dirinya sendiri. Bagaimana kemampuan mengolah faksionalisasi di internal," ungkapnya.

Menurut dia, Faksi bukanlah aib, justru menggerakkan kalau bisa dikelola. "Itu tidak tuntas dikelola," katanya.

Ketiga, mengelola relasi eksternal partai atau antar partai dan kekuasaan. Dia menjelaskan, semakin tinggi ketergantungan Partai Golkar dengan eksternal terutama penguasa, tingkat derajat ketersanderaan partai tersebut tinggi.

Maka itu, semakin memilih ketua umum yang memiliki beban masalah tinggi, manuver atau strategi yang akan dimainkan pun terbatas. "Kecuali terasosiasi kuat dengan kekuasaan," pungkasnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7086 seconds (0.1#10.140)