Puan Maharani Ajak Siswa Perkokoh Keindonesiaan dengan Mencintai Sejarah
A
A
A
BENGKULU - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani membuka Lawatan Sejarah Nasional (Lasenas) 2017 di Rumah Pengasingan Bung Karno, Kota Bengkulu, Senin (15/5/2017).
Kegiatan itu digelar terkait peringatan Hari Pendidikan Nasional di Kabupaten Seluma, Bengkulu. Lasenas merupakan kegiatan perjalanan untuk melihat kembali jejak-jejak sejarah di Kota Bengkulu.
Kota Bengkulu termasuk kota perjuangan. Di kota ini sejumlah tokoh pendiri bangsa pernah diasingkan karena melawan kebijakan Pemerintahan Kolonial Belanda.
Dalam pembukaan Lasenas, Menko PMK mengungkapkan Bengkulu pada masa kolonial termasuk daerah kekuasaan Inggris yang kemudian berpindah tangan kepada Belanda.
Dengan demikian, kata Puan, tidak mengherankan apabila di Bengkulu ditemukan berbagai peninggalan bersejarah seperti Benteng Malborough peninggalan Inggris, dan perkebunan teh yang merupakan peninggalan Belanda.
Beberapa pejuang yang pernah diasingkan di kota ini, antara lain Sentot Ali Basyah (1924) dari Jawa, Alexander Jacob Patty (1908) dari Ambon dan Ida Bagus Arka (1908) dari Bali. Pada awal 1938, Soekarno juga diasingkan ke Bengkulu oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Kepada seluruh peserta Lasenas, Puan berpesan untuk memanfaatkan kegiatan ini sebaik-baiknya, yakni dengan mempelajari sejarah, menjaga semangat persatuan dan kesatuan bangsa, mengamalkan nilai-nilai Pancasila secara konsisten dan konsekuen serta bangun terus semangat juang dan kerja keras.
“Melalui Lawatan Sejarah Nasional, mari kita ambil hikmah dan manfaat dari perjalanan bangsa dan bapak-bapak tokoh pendiri bangsa,” ucap Puan.
Puan mengapresiasi kegiatan Lasenas. Dia berharap kegiatan seperti ini terus dikembangkan. "Melalui kegiatan seperti ini pulalah kita dapat merawat ingatan kita untuk belajar dan mencintai sejarah bangsa dan negeri Indonesia. Juga untuk merajut tali persaudaraan kita melalui simpul-simpul keindonesiaan yang sudah terjalin dalam memori kita bersama,” tutur Puan.
Lasenas Tahun 2017 di Bengkulu mengangkap tema Merawat Keberagaman Memori Kolektif untuk Memperkokoh Karakter Bangsa. Sekitar 200 orang pelajar SMA dari seluruh Indonesia menjadi peserta. Mereka diminta membuat karya tulis atapun film dokumenter terkait sejarah yang ada di Bengkulu.
Selain membuka Lasenas 2017, Menko PMK juga memberikan bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada 126 siswa dari total 620 siswa di Kota Bengkulu, Kartu Indonesia Sehat (KIS) kepada 100 orang dari total 85.731 orang di Kota Bengkulu, serta Program Keluarga Harapan (PKH) kepada 100 keluarga penerima manfaat (KPM) dari total 5.945 KPM di Kota Bengkulu.
Pada acara tersebut, Menko PMK memberikan kuiz dengan hadiah dua sepeda, dua buah kipas angin, tiga kompor gas dan tiga rice cooker. Hadir juga dalam pembukaan Lasenas 2017 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti, Ketua Masyarakat Sejarah Indonesia, serta para ketua adat dan budayawan Bengkulu.
Kegiatan itu digelar terkait peringatan Hari Pendidikan Nasional di Kabupaten Seluma, Bengkulu. Lasenas merupakan kegiatan perjalanan untuk melihat kembali jejak-jejak sejarah di Kota Bengkulu.
Kota Bengkulu termasuk kota perjuangan. Di kota ini sejumlah tokoh pendiri bangsa pernah diasingkan karena melawan kebijakan Pemerintahan Kolonial Belanda.
Dalam pembukaan Lasenas, Menko PMK mengungkapkan Bengkulu pada masa kolonial termasuk daerah kekuasaan Inggris yang kemudian berpindah tangan kepada Belanda.
Dengan demikian, kata Puan, tidak mengherankan apabila di Bengkulu ditemukan berbagai peninggalan bersejarah seperti Benteng Malborough peninggalan Inggris, dan perkebunan teh yang merupakan peninggalan Belanda.
Beberapa pejuang yang pernah diasingkan di kota ini, antara lain Sentot Ali Basyah (1924) dari Jawa, Alexander Jacob Patty (1908) dari Ambon dan Ida Bagus Arka (1908) dari Bali. Pada awal 1938, Soekarno juga diasingkan ke Bengkulu oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Kepada seluruh peserta Lasenas, Puan berpesan untuk memanfaatkan kegiatan ini sebaik-baiknya, yakni dengan mempelajari sejarah, menjaga semangat persatuan dan kesatuan bangsa, mengamalkan nilai-nilai Pancasila secara konsisten dan konsekuen serta bangun terus semangat juang dan kerja keras.
“Melalui Lawatan Sejarah Nasional, mari kita ambil hikmah dan manfaat dari perjalanan bangsa dan bapak-bapak tokoh pendiri bangsa,” ucap Puan.
Puan mengapresiasi kegiatan Lasenas. Dia berharap kegiatan seperti ini terus dikembangkan. "Melalui kegiatan seperti ini pulalah kita dapat merawat ingatan kita untuk belajar dan mencintai sejarah bangsa dan negeri Indonesia. Juga untuk merajut tali persaudaraan kita melalui simpul-simpul keindonesiaan yang sudah terjalin dalam memori kita bersama,” tutur Puan.
Lasenas Tahun 2017 di Bengkulu mengangkap tema Merawat Keberagaman Memori Kolektif untuk Memperkokoh Karakter Bangsa. Sekitar 200 orang pelajar SMA dari seluruh Indonesia menjadi peserta. Mereka diminta membuat karya tulis atapun film dokumenter terkait sejarah yang ada di Bengkulu.
Selain membuka Lasenas 2017, Menko PMK juga memberikan bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada 126 siswa dari total 620 siswa di Kota Bengkulu, Kartu Indonesia Sehat (KIS) kepada 100 orang dari total 85.731 orang di Kota Bengkulu, serta Program Keluarga Harapan (PKH) kepada 100 keluarga penerima manfaat (KPM) dari total 5.945 KPM di Kota Bengkulu.
Pada acara tersebut, Menko PMK memberikan kuiz dengan hadiah dua sepeda, dua buah kipas angin, tiga kompor gas dan tiga rice cooker. Hadir juga dalam pembukaan Lasenas 2017 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti, Ketua Masyarakat Sejarah Indonesia, serta para ketua adat dan budayawan Bengkulu.
(dam)