HT: Bangsa Kuat Adalah Bangsa yang Swasembada Pangan
A
A
A
KARAWANG - Berbagai persoalan pertanian mulai dari persoalan produktivitas, lahan, zonasi hingga modal bagi petani harus segera dibenahi agar Indonensia berdaulat pangan.
Seperti diketahui, Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan pangan dari negeri sendiri. Berbagai kebutuhan pangan masih tergantung impor dari negara-negara lain. Mulai dari beras, kedelai, jagung, daging dan berbagai pangan lainnya seperti gula dan garam pun impor.
“Bangsa yang kuat adalah bangsa yang swasembada pangan,” kata Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) saat ditemui di panen raya bersama petani di Desa Lemah Subur, Karawang, Jawa Barat, Senin (30/5/2016).
HT menuturkan, ada beberapa hal yang harus segera dituntaskan untuk mencapai swasembada pangan. Di antaranya Indonesia harus segera melakukan zonasi pertanian.
Menurutnya, saerah per daerah akan dibangun dengan komoditas pertanian yang menjadi kekuatan daerah tersebut. Kedua, produktivitas pertanian juga harus digenjot.
Sebagai pembanding, produktivitas padi di Thailand bisa memproduksi 12 ton per hektare. Sementara Indonesia masih berkisar di 5-6 ton per hektare.
Ketiga, kepemilikan lahan pertanian. Diketahui banyak petani Indonesia hanya sebagai penggarap lahan. Artinya, jika para pemilik lahan menjual lahannya, maka tidak hanya petani penggarap menjadi kehilangan pekerjaan. Tapi berkurang pula lahan pertanian.
Selain itu para petani juga harus memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan pinjaman modal dengan bunga yang murah. “Akses ke dana juga sangat penting, banyak masyarakat tani kita tergantung kepada tengkulak,” kata HT.
Tengkulak yang meminjamkan uang ke petani mengakibatkan petani mendapat keuntungan yang sedikit. Ujung-ujungnya petani tak bisa banyak berkembang.
Seperti diketahui, Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan pangan dari negeri sendiri. Berbagai kebutuhan pangan masih tergantung impor dari negara-negara lain. Mulai dari beras, kedelai, jagung, daging dan berbagai pangan lainnya seperti gula dan garam pun impor.
“Bangsa yang kuat adalah bangsa yang swasembada pangan,” kata Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) saat ditemui di panen raya bersama petani di Desa Lemah Subur, Karawang, Jawa Barat, Senin (30/5/2016).
HT menuturkan, ada beberapa hal yang harus segera dituntaskan untuk mencapai swasembada pangan. Di antaranya Indonesia harus segera melakukan zonasi pertanian.
Menurutnya, saerah per daerah akan dibangun dengan komoditas pertanian yang menjadi kekuatan daerah tersebut. Kedua, produktivitas pertanian juga harus digenjot.
Sebagai pembanding, produktivitas padi di Thailand bisa memproduksi 12 ton per hektare. Sementara Indonesia masih berkisar di 5-6 ton per hektare.
Ketiga, kepemilikan lahan pertanian. Diketahui banyak petani Indonesia hanya sebagai penggarap lahan. Artinya, jika para pemilik lahan menjual lahannya, maka tidak hanya petani penggarap menjadi kehilangan pekerjaan. Tapi berkurang pula lahan pertanian.
Selain itu para petani juga harus memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan pinjaman modal dengan bunga yang murah. “Akses ke dana juga sangat penting, banyak masyarakat tani kita tergantung kepada tengkulak,” kata HT.
Tengkulak yang meminjamkan uang ke petani mengakibatkan petani mendapat keuntungan yang sedikit. Ujung-ujungnya petani tak bisa banyak berkembang.
(maf)