Beri Kuliah Umum di Uwika, HT Pacu Semangat Generasi Muda
A
A
A
SURABAYA - Indonesia harus menerapkan strategi tepat dalam menghadapi persaingan ekonomi global. Apabila salah langkah, Indonesia akan mengalami kemunduran.
“Untuk menghadapi ekonomi global, kita harus mampu secepatnya meningkatkan taraf ekonomi masyarakat bawah supaya kekuatan perekonomian kita ditopang oleh lebih banyak masyarakat,” kata CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) saat memberikan kuliah umum di Universitas Widya Kartika (Uwika), Surabaya, Jawa Timur, Selasa 10 Mei 2016.
Saat ini Indonesia menerapkan pasar bebas. Dalam kondisi seperti itu, satu aturan aturan berlaku untuk semua. Tanpa adanya perlakuan khusus bagi yang lemah.
Menurut dia, seharusnya Indonesia menerapkan ekonomi kerakyatan karena mayoritas masyarakat Indonesia masih belum mapan dan belum siap untuk bersaing. "Bagaimana masyarakat yang ketinggalan ini kita siapakan dulu jangan diadu di pasar bebas supaya mereka naik kelas sampai mereka mapan baru dilepas,” kata HT dalam kuliah umum bertema Membangun Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi Persaingan Ekonomi Global itu.
HT mengajak mashasiswa untuk membangun Indonesia. "Indonesia bisa besar, bisa maju kalau generasi mudanya betul-betul peduli dan tahu bagaimana membangun bangsa yang benar," ujarnya.
Dia mengungkapkan kejayaan Indonesia pada masa lalu. Pada tahun 1970-an, Indonesia merupakan penghasil minyak dan menjadi anggota OPEC. "Minyak menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi kita," katanya.
Saat harga minyak turun tahun 1980-an, industri mulai berkembang. Lapangan kerja tercipta dan menyerap banyak tenaga kerja. Tetapi infrastruktur, pendidikan dan faktor pendukung lainnya yang tidak dibangun dengan baik, membuat Indonesia tersalip.
Negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Vietnam dan Taiwan yang saat itu belum apa-apa kini tumbuh pesat. "Kemudian ekonomi kita terpuruk, tahun 1997-1998 khususnya tapi kita tertolong dengan harga komoditas yang naik luar biasa," tuturnya.
Indonesia mengalami kemunduran. Bukan lagi penghasil minyak, tetapi justru mengimpor lebih dari 600 ribu barel per hari. "Industri kita tidak sekompetitif dulu, makin lama makin turun," katanya.
Harga komoditas terus turun sejak 3-4 tahun lalu sehingga tidak bisa lagi diandalkan. HT menegaskan, satu peraturan yang berlaku untuk semua membuat masyarakat menengah ke bawah sulit tumbuh. Sementara sekitar 70% masyarakat Indonesia dalam tatanan menengah ke bawah, baik dari sisi kesejahteraan maupun pendidikannya.
HT juga memberikan pengalaman dan tipsnya menggapai kesuksesan untuk memoticvasi para mahasiswa. Pada akhir acara HT menyerahkan bantuan dana pendidikan untuk mahasiwa berprestasi.
Rektor Universitas Widya Karya Murpin J Sembiring menyampaikan terima kasihnya kepada HT yang telah hadir untuk memberikan wawasan kepada para mahasiwa. ”Kami sungguh-sungguh terima kasih seorang tokoh besar, tokoh nasional bahkan tokoh dunia seperti Pak Hary Tanoe berkenan hadir di tengah kampus kita ini,” katanya.
“Untuk menghadapi ekonomi global, kita harus mampu secepatnya meningkatkan taraf ekonomi masyarakat bawah supaya kekuatan perekonomian kita ditopang oleh lebih banyak masyarakat,” kata CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) saat memberikan kuliah umum di Universitas Widya Kartika (Uwika), Surabaya, Jawa Timur, Selasa 10 Mei 2016.
Saat ini Indonesia menerapkan pasar bebas. Dalam kondisi seperti itu, satu aturan aturan berlaku untuk semua. Tanpa adanya perlakuan khusus bagi yang lemah.
Menurut dia, seharusnya Indonesia menerapkan ekonomi kerakyatan karena mayoritas masyarakat Indonesia masih belum mapan dan belum siap untuk bersaing. "Bagaimana masyarakat yang ketinggalan ini kita siapakan dulu jangan diadu di pasar bebas supaya mereka naik kelas sampai mereka mapan baru dilepas,” kata HT dalam kuliah umum bertema Membangun Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi Persaingan Ekonomi Global itu.
HT mengajak mashasiswa untuk membangun Indonesia. "Indonesia bisa besar, bisa maju kalau generasi mudanya betul-betul peduli dan tahu bagaimana membangun bangsa yang benar," ujarnya.
Dia mengungkapkan kejayaan Indonesia pada masa lalu. Pada tahun 1970-an, Indonesia merupakan penghasil minyak dan menjadi anggota OPEC. "Minyak menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi kita," katanya.
Saat harga minyak turun tahun 1980-an, industri mulai berkembang. Lapangan kerja tercipta dan menyerap banyak tenaga kerja. Tetapi infrastruktur, pendidikan dan faktor pendukung lainnya yang tidak dibangun dengan baik, membuat Indonesia tersalip.
Negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Vietnam dan Taiwan yang saat itu belum apa-apa kini tumbuh pesat. "Kemudian ekonomi kita terpuruk, tahun 1997-1998 khususnya tapi kita tertolong dengan harga komoditas yang naik luar biasa," tuturnya.
Indonesia mengalami kemunduran. Bukan lagi penghasil minyak, tetapi justru mengimpor lebih dari 600 ribu barel per hari. "Industri kita tidak sekompetitif dulu, makin lama makin turun," katanya.
Harga komoditas terus turun sejak 3-4 tahun lalu sehingga tidak bisa lagi diandalkan. HT menegaskan, satu peraturan yang berlaku untuk semua membuat masyarakat menengah ke bawah sulit tumbuh. Sementara sekitar 70% masyarakat Indonesia dalam tatanan menengah ke bawah, baik dari sisi kesejahteraan maupun pendidikannya.
HT juga memberikan pengalaman dan tipsnya menggapai kesuksesan untuk memoticvasi para mahasiswa. Pada akhir acara HT menyerahkan bantuan dana pendidikan untuk mahasiwa berprestasi.
Rektor Universitas Widya Karya Murpin J Sembiring menyampaikan terima kasihnya kepada HT yang telah hadir untuk memberikan wawasan kepada para mahasiwa. ”Kami sungguh-sungguh terima kasih seorang tokoh besar, tokoh nasional bahkan tokoh dunia seperti Pak Hary Tanoe berkenan hadir di tengah kampus kita ini,” katanya.
(dam)