Jihad Era Modern Bebaskan Indonesia dari Pengaruh Asing
A
A
A
JAKARTA - Berjihad dalam Islam bisa dengan berbagai macam cara, bisa menggunakan harta, tenaga, kekuatan, jiwa, dan lain-lain. Salah satu contohnya saat terjadi penjajahan Belanda di Indonesia.
Islam sangat menentang berbagai bentuk penjajahan, maka umat Islam saat itu berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Baik berjuang dengan alat ekonomi, budaya, dan mengangkat senjata. Dalam konteks itu, perjuangan tersebut termasuk jihad.
"Ketika kita sudah tidak dijajah secara fisik, maka perjuangan kita bukan angkat senjata. Tapi dengan memerdekaan negeri ini dari berbagai pengaruh asing, kemiskinan, sehingga bangsa Indonesia menjadi negara yang adil dan makmur sesuai UUD 45," ujar Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Ahmad Satori Ismail, Jakarta, Selasa (29/3/2016).
Pemahaman ini sangat berbeda dengan propaganda yang disebarkan paham radikal dan aksi teroris belakangan terjadi di Indonesia. Padahal, dalam Alquran dan hadis telah disebutkan bahwa jihad dan syahid itu bukan perang untuk melawan pemerintah, apalagi dengan melakukan teror bom dan kekerasan.
"Jadi tidak ada hubungannya antara jihad dan syahid dengan aksi-aksi terorisme yang terjadi, baik dalam maupun luar negeri. Mereka tidak paham makna sebenarnya jihad dan syahid dan jelas tidak mengerti Islam," ucapnya.
Pendapat yang sama juga disampaikan Guru Besar Ilmu Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah, Bambang Pranowo. Menurutnya, jihad dan syahid di zaman modern ini, bukan dengan cara teror, apalagi memerangi bangsa sendiri.
"Jadi apa yang diusung para pelaku aksi terorisme seperti bom Thamrin dan kelompok Santoso di Poso sana, jelas salah dalam menafsirkan jihad dan syahid," ucap Bambang.
Baca: Panglima TNI Bilang Filipina Tahu Lokasi Sander Abu Sayyaf.
Islam sangat menentang berbagai bentuk penjajahan, maka umat Islam saat itu berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Baik berjuang dengan alat ekonomi, budaya, dan mengangkat senjata. Dalam konteks itu, perjuangan tersebut termasuk jihad.
"Ketika kita sudah tidak dijajah secara fisik, maka perjuangan kita bukan angkat senjata. Tapi dengan memerdekaan negeri ini dari berbagai pengaruh asing, kemiskinan, sehingga bangsa Indonesia menjadi negara yang adil dan makmur sesuai UUD 45," ujar Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Ahmad Satori Ismail, Jakarta, Selasa (29/3/2016).
Pemahaman ini sangat berbeda dengan propaganda yang disebarkan paham radikal dan aksi teroris belakangan terjadi di Indonesia. Padahal, dalam Alquran dan hadis telah disebutkan bahwa jihad dan syahid itu bukan perang untuk melawan pemerintah, apalagi dengan melakukan teror bom dan kekerasan.
"Jadi tidak ada hubungannya antara jihad dan syahid dengan aksi-aksi terorisme yang terjadi, baik dalam maupun luar negeri. Mereka tidak paham makna sebenarnya jihad dan syahid dan jelas tidak mengerti Islam," ucapnya.
Pendapat yang sama juga disampaikan Guru Besar Ilmu Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah, Bambang Pranowo. Menurutnya, jihad dan syahid di zaman modern ini, bukan dengan cara teror, apalagi memerangi bangsa sendiri.
"Jadi apa yang diusung para pelaku aksi terorisme seperti bom Thamrin dan kelompok Santoso di Poso sana, jelas salah dalam menafsirkan jihad dan syahid," ucap Bambang.
Baca: Panglima TNI Bilang Filipina Tahu Lokasi Sander Abu Sayyaf.
(kur)