Golkar Diharapkan Pilih Capres 2019 lewat Jalur Konvensi
A
A
A
JAKARTA - Bakal Calon Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar, Indra Bambang Utoyo mengusulkan, pemilihan calon presiden dari Golkar pada Pilpres 2019 mendatang dilakukan melalui mekanisme konvensi.
Menurut Indra, mekanisme konvensi akan melahirkan pemimpin berkualitas dan sebagai penanda Golkar sebagai partai modern.
"Pada 2004 Golkar menggelar konvensi pemilihan calon presiden oleh DPD II," kata Indra dalam Diskusi publik bertajuk Integritas Pemimpin Karakteristik Partai Moderen di bilangan Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Kamis (24/3/2016).
"Keluarlah Pak Wiranto pemenangnya, ini hebat sekali. Jadi mungkin masa datang, Golkar harus bisa konvensi," imbuhnya.
Politikus senior Golkar ini menambahkan, mekanisme konvensi juga bisa meminimalisir adanya politik transaksional. "Politik transaksional adalah bentuk yang negatif," ujarnya.
Dalam forum yang sama, pakar hukum tata negara Margarito Kamis sependapat dengan Indra Bambang Utoyo. Dia mengatakan, konvensi capres Partai Golkar pada 2004 silam yang dipelopori oleh Akbar Tandjung merupakan mekanisme penjaringan pemimpin terbaik.
"Konvensi sesuatu yang hebat sekali, itu pernah dilakukan oleh Bang Akbar," ucap Margarito.
Margarito berharap, Indra Bambang Utoyo memiliki keberanian untuk berkata tidak atau menolak hal-hal yang dapat memperburuk kemajuan bangsa yang lebih besar.
"Indra ini lebih dari cukup untuk bertarung dalam munas. Jadi harus punya sikap, ide, karakter, karena cara itu mengundang simpati," tegas Margarito.
Menurut Indra, mekanisme konvensi akan melahirkan pemimpin berkualitas dan sebagai penanda Golkar sebagai partai modern.
"Pada 2004 Golkar menggelar konvensi pemilihan calon presiden oleh DPD II," kata Indra dalam Diskusi publik bertajuk Integritas Pemimpin Karakteristik Partai Moderen di bilangan Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Kamis (24/3/2016).
"Keluarlah Pak Wiranto pemenangnya, ini hebat sekali. Jadi mungkin masa datang, Golkar harus bisa konvensi," imbuhnya.
Politikus senior Golkar ini menambahkan, mekanisme konvensi juga bisa meminimalisir adanya politik transaksional. "Politik transaksional adalah bentuk yang negatif," ujarnya.
Dalam forum yang sama, pakar hukum tata negara Margarito Kamis sependapat dengan Indra Bambang Utoyo. Dia mengatakan, konvensi capres Partai Golkar pada 2004 silam yang dipelopori oleh Akbar Tandjung merupakan mekanisme penjaringan pemimpin terbaik.
"Konvensi sesuatu yang hebat sekali, itu pernah dilakukan oleh Bang Akbar," ucap Margarito.
Margarito berharap, Indra Bambang Utoyo memiliki keberanian untuk berkata tidak atau menolak hal-hal yang dapat memperburuk kemajuan bangsa yang lebih besar.
"Indra ini lebih dari cukup untuk bertarung dalam munas. Jadi harus punya sikap, ide, karakter, karena cara itu mengundang simpati," tegas Margarito.
(maf)