Putra Hayono Isman Terpilih Pimpin Generasi Muda Kosgoro
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Generasi Muda Kosgoro (GMK) yang baru terpilih Baroto Ario Isman, bersama jajarannya bertekad untuk membangkitkan kembali tujuan utama dari pendirian ormas bernama lengkap Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro) tersebut.
"Yakni bekerja untuk rakyat, dengan mengurus hal-hal kecil secara nyata. Karena dengan demikian hal-hal besar dengan sendirinya akan menjadi terurus," ujar Baroto dalam rilis yang diterima Sindonews, Selasa (22/3/2016).
Baroto Aryo terpilih dalam Musyawarah Besar GMK ke-V di Jakarta, pada 5 hingga 6 Maret 2016 lalu. Dalam Mubes yang dihadiri perwakilan 17 provinsi itu, Baroto Ario Isman meraih 14 suara dan sekaligus terpilih menjadi ketua umum sayap kepemudaan Kosgoro yang berdiri pada 9 Mei 1978 tersebut.
Organisasi ini menjadi wadah kaderisasi para pemuda di Kosgoro, namun selama 22 tahun mengalami hiatus. Dia menjelaskan Kosgoro lahir sebagai koperasi yaitu Koperasi Simpan-Pinjam Gotong Royong, 10 November 1957.
Koperasi ini diinisiasi oleh pahlawan nasional Mas Isman, yang kemudian berkembang menjadi Koperasi Serba-Usaha Gotong Royong. Selanjutnya, pada 1966 namanya berubah menjadi Kesatuan Organisasi Serba Guna Gotong Royong, karena dalam perjalanannya Kosgoro juga mengembangkan bidang-bidang kemasyarakatan lain, diantaranya bidang hukum, kewiraswastaan dan pendidikan.
"Kosgoro menyadari bahwa sumber kekuatan nasional dan sumber kekuatan terletak pada rakyat, khususnya pada kaum tani sebagai penghasil utama pangan, kemudian diikuti kaum buruh dan nelayan," tuturnya.
Baroto Ario menambahkan, Kosgoro lahir dari para pemuda pejuang yang didukung Ir Soekarno karena merasa partai-partai saat itu tidak bisa memenuhi aspirasi mereka untuk melanjutkan misi pengabdian kepada rakyat dan Tanah Air. Dia menegaskan, Kosgoro merupakan organisasi yang tidak berafiliasi pada partai politik dan tidak menganut ideologi selain Pancasila, dengan dasar UUD 1945.
"Ini senada dengan pidato yang disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Kolektif Kosgoro Hayono Isman, pada penutupan Musyawarah 6 Maret 2016, bahwa Kosgoro sampai saat ini tidak berafiliasi dengan partai politik mana pun," cetusnya.
Baroto Ario menjelaskan, sebagian besar awam tidak menyadari perbedaan mendasar antara Kosgoro dan Kosgoro 1957 yang menjadi sayap Partai Golkar.
"Perlu diketahui, Mas Isman mendirikan Kosgoro sebagai koperasi pada tahun 1957, sementara Golkar dibentuk pada tahun 1964. Memang keduanya pernah menjadi bagian dari Sekretariat Bersama Golongan Karya, namun kemudian Kosgoro Mas Isman pada tahun 2004 kembali menjadi organisasi kemasyarakatan yang independen," paparnya.
Pihaknya bertekad untuk meneruskan pemikiran Mas Isman, yakni menjadikan organisasi ini terbuka untuk siapa saja, termasuk anggota partai manapun. Hal ini, kata dia, dibuktikan dengan jelas, misalnya, Hayono sendiri adalah kader Partai Demokrat. Sedangkan, kata dia, beberapa anggota dan pengurus Kosgoro lainnya juga wajah-wajah familier lintas partai.
PILIHAN:
DPR Peringatkan China Terkait Insiden Natuna
Menhan Panggil Dubes China Terkait Insiden Natuna
"Yakni bekerja untuk rakyat, dengan mengurus hal-hal kecil secara nyata. Karena dengan demikian hal-hal besar dengan sendirinya akan menjadi terurus," ujar Baroto dalam rilis yang diterima Sindonews, Selasa (22/3/2016).
Baroto Aryo terpilih dalam Musyawarah Besar GMK ke-V di Jakarta, pada 5 hingga 6 Maret 2016 lalu. Dalam Mubes yang dihadiri perwakilan 17 provinsi itu, Baroto Ario Isman meraih 14 suara dan sekaligus terpilih menjadi ketua umum sayap kepemudaan Kosgoro yang berdiri pada 9 Mei 1978 tersebut.
Organisasi ini menjadi wadah kaderisasi para pemuda di Kosgoro, namun selama 22 tahun mengalami hiatus. Dia menjelaskan Kosgoro lahir sebagai koperasi yaitu Koperasi Simpan-Pinjam Gotong Royong, 10 November 1957.
Koperasi ini diinisiasi oleh pahlawan nasional Mas Isman, yang kemudian berkembang menjadi Koperasi Serba-Usaha Gotong Royong. Selanjutnya, pada 1966 namanya berubah menjadi Kesatuan Organisasi Serba Guna Gotong Royong, karena dalam perjalanannya Kosgoro juga mengembangkan bidang-bidang kemasyarakatan lain, diantaranya bidang hukum, kewiraswastaan dan pendidikan.
"Kosgoro menyadari bahwa sumber kekuatan nasional dan sumber kekuatan terletak pada rakyat, khususnya pada kaum tani sebagai penghasil utama pangan, kemudian diikuti kaum buruh dan nelayan," tuturnya.
Baroto Ario menambahkan, Kosgoro lahir dari para pemuda pejuang yang didukung Ir Soekarno karena merasa partai-partai saat itu tidak bisa memenuhi aspirasi mereka untuk melanjutkan misi pengabdian kepada rakyat dan Tanah Air. Dia menegaskan, Kosgoro merupakan organisasi yang tidak berafiliasi pada partai politik dan tidak menganut ideologi selain Pancasila, dengan dasar UUD 1945.
"Ini senada dengan pidato yang disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Kolektif Kosgoro Hayono Isman, pada penutupan Musyawarah 6 Maret 2016, bahwa Kosgoro sampai saat ini tidak berafiliasi dengan partai politik mana pun," cetusnya.
Baroto Ario menjelaskan, sebagian besar awam tidak menyadari perbedaan mendasar antara Kosgoro dan Kosgoro 1957 yang menjadi sayap Partai Golkar.
"Perlu diketahui, Mas Isman mendirikan Kosgoro sebagai koperasi pada tahun 1957, sementara Golkar dibentuk pada tahun 1964. Memang keduanya pernah menjadi bagian dari Sekretariat Bersama Golongan Karya, namun kemudian Kosgoro Mas Isman pada tahun 2004 kembali menjadi organisasi kemasyarakatan yang independen," paparnya.
Pihaknya bertekad untuk meneruskan pemikiran Mas Isman, yakni menjadikan organisasi ini terbuka untuk siapa saja, termasuk anggota partai manapun. Hal ini, kata dia, dibuktikan dengan jelas, misalnya, Hayono sendiri adalah kader Partai Demokrat. Sedangkan, kata dia, beberapa anggota dan pengurus Kosgoro lainnya juga wajah-wajah familier lintas partai.
PILIHAN:
DPR Peringatkan China Terkait Insiden Natuna
Menhan Panggil Dubes China Terkait Insiden Natuna
(kri)