Wacanakan Ani Yudhoyono Nyapres, Demokrat Tes Respons Pasar
A
A
A
JAKARTA - Partai Demokrat mewacanakan memasang istri Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Kristiani Herawati atau Ani Yudhoyono dalam pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres) 2019 mendatang.
Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, beredarnya nama Ani dinilai sebagai wacana uji publik Demokrat untuk merespons pasar politik.
"Setelah menyerap, respons pasar mulai dari respons mendukung dan menyindir dan ada yang meremehkan, bahkan mem-bully Ibu Ani," kata Pangi kepada Sindonews, Kamis (17/3/2016).
Menurut Pangi, ada dua hal untuk mencermati wacana pencapresan Ani sebagai calon presiden dari Demokrat. Pertama, posisi Ani tak bisa dipandang sebelah mata di kancah politik nasional.
(Baca juga: Pilpres 2019, Jokowi Diperingatkan Hati-hati Hadapi Ani Yudhoyono)
Menurutnya, keberhasilan saat SBY berkuasa tak bisa dipisahkan dari pengaruh dan kontribusi istrinya, meski keberhasilan SBY dalam memerintah tak sepenuhnya berhasil 100 persen.
"The real presiden, keberhasilan SBY tidak terlepas dari kontribusi pikiran Ibu Ani," paparnya.
Kedua kata Pangi, wacana pencapresan Ani yang digaungkan dari sekarang dianggap strategi jitu guna mengenalkan calon kepada masyarakat. Semuanya dimaksudkan sebagai strategi marketing politik.
"Lantaran realitas politik bahwa suaminya, SBY, tidak mungkin dicalonkan kembali, meski sebagian masyarakat merindukan sosok SBY," ucap Pangi.
Menurut Pangi, SBY dan Demokrat tengah memainkan branding politik seperti yang dilakukan Bill Clinton yang memasang istrinya, Hillary Clinton untuk bertarung di Pemilu Presiden Amerika Serikat.
"Output-nya mempersiapkan dari sekarang langkah-langkah politik untuk menenggelamkan atau menyalip derajat popularitas dan elektibilitas siapa yang menjadi penentang Ani, seperti calon incumbent," pungkasnya.
Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, beredarnya nama Ani dinilai sebagai wacana uji publik Demokrat untuk merespons pasar politik.
"Setelah menyerap, respons pasar mulai dari respons mendukung dan menyindir dan ada yang meremehkan, bahkan mem-bully Ibu Ani," kata Pangi kepada Sindonews, Kamis (17/3/2016).
Menurut Pangi, ada dua hal untuk mencermati wacana pencapresan Ani sebagai calon presiden dari Demokrat. Pertama, posisi Ani tak bisa dipandang sebelah mata di kancah politik nasional.
(Baca juga: Pilpres 2019, Jokowi Diperingatkan Hati-hati Hadapi Ani Yudhoyono)
Menurutnya, keberhasilan saat SBY berkuasa tak bisa dipisahkan dari pengaruh dan kontribusi istrinya, meski keberhasilan SBY dalam memerintah tak sepenuhnya berhasil 100 persen.
"The real presiden, keberhasilan SBY tidak terlepas dari kontribusi pikiran Ibu Ani," paparnya.
Kedua kata Pangi, wacana pencapresan Ani yang digaungkan dari sekarang dianggap strategi jitu guna mengenalkan calon kepada masyarakat. Semuanya dimaksudkan sebagai strategi marketing politik.
"Lantaran realitas politik bahwa suaminya, SBY, tidak mungkin dicalonkan kembali, meski sebagian masyarakat merindukan sosok SBY," ucap Pangi.
Menurut Pangi, SBY dan Demokrat tengah memainkan branding politik seperti yang dilakukan Bill Clinton yang memasang istrinya, Hillary Clinton untuk bertarung di Pemilu Presiden Amerika Serikat.
"Output-nya mempersiapkan dari sekarang langkah-langkah politik untuk menenggelamkan atau menyalip derajat popularitas dan elektibilitas siapa yang menjadi penentang Ani, seperti calon incumbent," pungkasnya.
(maf)