Ulat Sutra Ubah Hidup Warga India

Kamis, 03 September 2015 - 09:36 WIB
Ulat Sutra Ubah Hidup Warga India
Ulat Sutra Ubah Hidup Warga India
A A A
Ulat biasanya dianggap hama tanaman bagi para petani. Kini anggapan itu berubah bagi banyak petani, termasuk Munia Murmu. Justru berkat ulat, dia mampu keluar dari jeratan kemiskinan.

Sambil menunjuk ke televisi dan rumah barunya, Murmu dengan bangga menunjukkan sumber kekayaan barunya, ratusan ulat sutra yang sedang menggeliat. Seperti ribuan warga suku terpencil di India, Murmu hidup dalam jeratan kemiskinan. Tidak jarang, dia dan keluarganya kekurangan makanan.

Hingga akhirnya perempuan berusia 40 tahun itu memutuskan bergabung dengan komunitas pemelihara ulat sutera di hutan. Ia mulai membesarkan ulat sutra di hutan di daerah aslinya, Bihar Timur. Bersama puluhan perempuan lain, Murmu memelihara ulat yang menghasilkan benang sutra yang memiliki banyak peminat di India, Eropa, dan Amerika Serikat (AS) tersebut.

Benang sutra yang sangat bagus itu menjadi bahan kain sari dan produk garmen serta perlengkapan rumah. Ibu dua anak itu juga menjual telur ulat sutera untuk peternak lainnya. Selama musim kawin, yang berlangsung tiga bulan dalam setahun, Murmu mampu mengumpulkan pendapatan 50.000 rupee (sekitar Rp11 juta).

”Saya dulu tinggal di rumah kecil tanpa toilet, tanpa kipas angin, tanpa apa pun. Lalu, saya mulai memelihara ulat sutera dan saya tidak seperti dulu lagi,” ujar Murmu, kepada kantor berita AFP .

Kini rumahnya jauh lebih bagus. Dinding-dinding rumahnya dicat berwarnawarni, dihiasi lukisan kehidupan warga pedalaman. Rumahnya juga memiliki ruang yang digunakan untuk menonton televisi. Ada juga dua toilet dengan pompa air di halaman depan rumah. Tidak hanya itu, Murmu juga menunjukkan laptop barunya di rumahnya di distrik Banka tersebut.

Anggota komunitas suku yang disebut Adivasis, dia biasa berada di level terendah dalam strata ekonomi. Beberapa dari mereka berada di tingkat kemiskinan terburuk, mengalami kekurangan nutrisi, dan angka harapan hidup yang rendah. Mereka sudah lama memelihara ulat sutra di hutan lebat Bihar dan negara bagian Jharkhand.

Ulat sutra itu sebagai bahan pembuat tasar , kain sutra berwarna tembaga dengan tekstur unik. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal, Pradan, membantu melatih para peternak dengan sejumlah cara, termasuk cara menggunakan mikroskop untuk memeriksa dan mengurangi penyakit pada ulat sutra.

”Kami juga membantu para petani menanam pohon arjuna di lahan kosong di sini. Pohon-pohon ini menjadi tempat tinggal untuk ngengat ulat sutra,” ujar Shamshad Alam dari Pradan.

India merupakan produsen terbesar kedua di dunia untuk semua jenis sutra, termasuk tasar , setelah China. Tidak hanya itu, India juga menjadi konsumen terbesar sutra.

ANANDA NARARYA
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5570 seconds (0.1#10.140)