Imigran Hadapi Kekerasan dari Aparat Keamanan
A
A
A
Ribuan migran yang melarikan diri dari konflik di Suriah barubaru ini terdampar di tanah tak bertuan di perbatasan antara Yunani dan Makedonia. Di perbatasan tersebut, kendaraan lapis baja Makedonia sudah siap menghadang, mencegah para imigran masuk wilayah itu.
Perbatasan juga dibentengi kawat berduri. Para imigran berusaha menerobos kawat berduri dengan pisau cukur. Aksi ini ditanggapi militer Makedonia dengan menembakkan dua granat kejut ke arah para imigran. Jumat (21/8) malam sampai keesokan harinya hujan deras turun selama berjamjam.
Para pengungsi semakin terpojok. Mereka basah kuyup dan lapar di kamp-kamp darurat, dengan hanya beberapa lembaga swadaya masyarakat yang membantu. Seorang pria Suriah mengatakan ia tidak pernah membayangkan otoritas Eropa akan bersikap sekejam itu. ”Lihatlah dia,” katanya, sambil menunjuk ke anak berumur tiga tahun di pelukannya.
”Di Suriah, dia seorang putri, sekarang dia seperti lap. Mereka memperlakukan kami seperti binatang,” ujarnya kepada CNN . Dia menambahkan, jika ada seseorang yang bisa membawanya pulang kembali ke Suriah, ia akan pergi. ”Lebih baik mati dengan bom di tanah air saya daripada mati di sini,” ungkapnya haru.
Pemandangan tragis tampak di sana. Terlihat seorang wanita hamil mengemis kepada polisi Makedonia menanti jawaban apakah dia dan imigran lainnya dapat menyeberangi perbatasan. Tubuhnya bergetar dan banjir air mata. Ada juga seorang pria tua duduk di kakinya menunjuk ke arah dadanya. Dia baru saja menjalani dua operasi dan kini masih merasa tidak sehat.
Para imigran merasa putus asa, setelah Makedonia mengumumkan keadaan darurat pada Kamis (20/8) di wilayah perbatasan selatan dan utara untuk menangani arus imigran. Pemerintah pun membuka jalan bagi tentara untuk membantu mengatasi krisis. Polisi menembakkan gas air mata pada Jumat (21/8) lalu untuk membubarkan para imigran yang berkumpul guna melintasi perbatasan dari Yunani.
Makedonia bukan anggota Uni Eropa (UE), tetapi negara transit yang disukai imigran di sepanjang rute pelarian menuju Eropa. Penutupan akses jalan yang dilakukan Makedonia akan menciptakan hambatan di Yunani yang merupakan anggota UE. Yunani sudah berjuang mengatasi masuknya ribuan imigran dan tengah menghadapi kesulitan ekonomi.
Ivo Kotevski, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Makedonia, mengatakan negaranya di bawah tekanan besar dari Yunani untuk menemukan solusi. ”Pejabat membiarkan sejumlah imigran berada di pos pemeriksaan yang ditetapkan,” ujar Kotevski. Sayangnya, karena Makedonia bukan bagian dari UE, mereka tidak memiliki akses meminta bantuan tambahan dan tidak bisa menampung para imigran secara layak.
Kotevski mendesak masyarakat internasional tidak hanya membantu dengan transportasi dan perumahan, tetapi juga menemukan solusi jangka panjang untuk krisis imigran ini.
Ananda Nararya
Perbatasan juga dibentengi kawat berduri. Para imigran berusaha menerobos kawat berduri dengan pisau cukur. Aksi ini ditanggapi militer Makedonia dengan menembakkan dua granat kejut ke arah para imigran. Jumat (21/8) malam sampai keesokan harinya hujan deras turun selama berjamjam.
Para pengungsi semakin terpojok. Mereka basah kuyup dan lapar di kamp-kamp darurat, dengan hanya beberapa lembaga swadaya masyarakat yang membantu. Seorang pria Suriah mengatakan ia tidak pernah membayangkan otoritas Eropa akan bersikap sekejam itu. ”Lihatlah dia,” katanya, sambil menunjuk ke anak berumur tiga tahun di pelukannya.
”Di Suriah, dia seorang putri, sekarang dia seperti lap. Mereka memperlakukan kami seperti binatang,” ujarnya kepada CNN . Dia menambahkan, jika ada seseorang yang bisa membawanya pulang kembali ke Suriah, ia akan pergi. ”Lebih baik mati dengan bom di tanah air saya daripada mati di sini,” ungkapnya haru.
Pemandangan tragis tampak di sana. Terlihat seorang wanita hamil mengemis kepada polisi Makedonia menanti jawaban apakah dia dan imigran lainnya dapat menyeberangi perbatasan. Tubuhnya bergetar dan banjir air mata. Ada juga seorang pria tua duduk di kakinya menunjuk ke arah dadanya. Dia baru saja menjalani dua operasi dan kini masih merasa tidak sehat.
Para imigran merasa putus asa, setelah Makedonia mengumumkan keadaan darurat pada Kamis (20/8) di wilayah perbatasan selatan dan utara untuk menangani arus imigran. Pemerintah pun membuka jalan bagi tentara untuk membantu mengatasi krisis. Polisi menembakkan gas air mata pada Jumat (21/8) lalu untuk membubarkan para imigran yang berkumpul guna melintasi perbatasan dari Yunani.
Makedonia bukan anggota Uni Eropa (UE), tetapi negara transit yang disukai imigran di sepanjang rute pelarian menuju Eropa. Penutupan akses jalan yang dilakukan Makedonia akan menciptakan hambatan di Yunani yang merupakan anggota UE. Yunani sudah berjuang mengatasi masuknya ribuan imigran dan tengah menghadapi kesulitan ekonomi.
Ivo Kotevski, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Makedonia, mengatakan negaranya di bawah tekanan besar dari Yunani untuk menemukan solusi. ”Pejabat membiarkan sejumlah imigran berada di pos pemeriksaan yang ditetapkan,” ujar Kotevski. Sayangnya, karena Makedonia bukan bagian dari UE, mereka tidak memiliki akses meminta bantuan tambahan dan tidak bisa menampung para imigran secara layak.
Kotevski mendesak masyarakat internasional tidak hanya membantu dengan transportasi dan perumahan, tetapi juga menemukan solusi jangka panjang untuk krisis imigran ini.
Ananda Nararya
(ftr)