Hanya Satu Wakil di Final

Minggu, 16 Agustus 2015 - 08:56 WIB
Hanya Satu Wakil di...
Hanya Satu Wakil di Final
A A A
JAKARTA - Pasangan ganda putra Muhammad Ahsan/Hendra Setiawan menyelamatkan muka Indonesia di babak semifinal Kejuaraan Dunia Bulutangkis BWF 2015 kemarin. Ahsan/Hendra kini jadi satu-satunya harapan Merah Putih meraih gelar juara.

Namun perjuangan pasangan putra terbaik itu masih berat. Mereka harus menghadapi duet China, Liu Xiaolong/Qiu Zihan, yang mengandaskan Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa asal Jepang dengan skor 21-16, 21- 23, 22-20. Meski telah empat kali bertemu, Indonesia layak optimistis. Kekuatan Ahsan/Hendra tak di bawah Liu/Qiu. Justru saat ini semangat Ahsan/Hendra tengah membara.

”Dengan Liu/ Qiu kami sudah sering bertemu. Sementara ini belum membahas strategi khusus. Yang pasti kami akan menganalisis lawan melalui video,” kata Ahsan selepas pertandingan melawan wakil Korea Selatan, Lee Young Dae/Yoo Yeon Seong, di Istora Senayan, Jakarta, tadi malam. Bermain agresif sejak awal Ahsan/Hendra seolah tak memberi kesempatan Lee/Yoo mencuri poin.

Determinasi tinggi itu terbukti menghasilkan angka 21-17 pada game pertama. Seperti tak ingin bernasib sama dengan utusan Indonesia yang lain, mereka kembali menggempur pada game kedua dan menang 21-19. Ahsan bertekad ingin meraih kemenangan di partai puncak. Meraih gelar juara dunia akan menjadi kado indah untuk ulang tahun kemerdekaan RI.

Harapan Indonesia sempat membubung tinggi setelah menempatkan ganda putri, tunggal putri, dan ganda campuran ke semifinal. Sayangnya mimpi tak sanggup sepenuhnya terwujud. Ganda putri Indonesia Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari kandas di tangan Tian Qing/Zhao Yunlei (China) 21-8, 21-16. Kekalahan ini sekaligus menjadi yang keempat dari lima pertemuannya dengan juara bertahan tersebut.

Sebelum itu pasangan ganda campuran andalan Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, juga harus menelan pil pahit setelah ditumbangkan juara bertahan asal China, Zhang Nan/Zhao Yunlei dengan angka 22-20, 21-23, 12-21. Kekalahan ini menjadi yang keenam secara beruntun, atau yang ke-11 dari 16 selama pertemuannya.

”Satu poin itu sangat besar artinya. Di game ketiga kami memang terpengaruh kekalahan di game kedua, rasanya langsung blank. Sebetulnya kami sudah usaha mau melupakan kekalahan di game kedua, namun pada saat poin imbang lagi, namanya juga manusia, kami kepikiran lagi,” ujar Liliyana.

Pelatih ganda campuran, Nova Widianto, mengatakan, kekalahan ini sangat disayangkan karena Tontowi/Lilyana tidak kalah secara teknik. Bahkan, dari segi strategi mereka sudah mengantisipasi permainan dengan baik. Namun, mantan partner Liliyana itu mengakui pasangan terbaik ganda campuran Indonesia ini kalah mental dari Zhang/Zhao. ”Dari segi mental dan fokus, Tontowi/Lilyana kalah dari mereka. Zhang/Zhao pasangan yang memiliki kualitas lengkap, baik dari segi teknik maupun mental,” ujar Nova.

Senasib, tunggal putri Indonesia Linaweni Fanetri akhirnya harus mengubur impian ke final Kejuaraan Dunia. Pebulu tangkis nonunggulan itu ditaklukkan wakil India, Saina Nehwal, dengan pertarungan straight game , 21-17 dan 21-17. Meski tak mengantongi tiket partai puncak, perjuangan Linda membuahkan medali perunggu di ajang tersebut.

”Saya cukup puas dengan penampilan saya di turnamen ini. Saya juga optimistis dengan performa seperti ini saya bisa memenuhi target untuk lolos ke Olimpiade,” tutur Linda. Manajer pasukan Indonesia sekaligus Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rexy Mainaky mengaku cukup puas dengan keberhasilan yang dicapai para pemain, khususnya tunggal putri.

Keberhasilan Linda patut diapresiasi karena ini menjadi medali pertama sejak 1995. Mantan peraih Olimpiade Atlanta 1996 itu juga menyayangkan kekalahan yang diderita ganda campuran. ”Saya tidak bilang gagal, hanya keberuntungan tidak ada,” kata Rexy.

Raikhul amar
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1128 seconds (0.1#10.140)