Tianjin Terancam Zat Berbahaya
A
A
A
TIANJIN - Pemerintah China berupaya memadamkan kobaran api dan mengidentifikasi zat kimia berbahaya di wilayah Tianjin selepas dua ledakan dahsyat, Rabu (12/8). Hingga kemarin investigasi belum menyimpulkan pemicu ledakan yang meluluhlantakkan area itu.
Penyelidikan oleh otoritas China juga mencakup pencegahan arus informasi oleh media lokal mengenai spekulasi tentang dampak ledakan hebat itu yang mungkin dapat menimbulkan kekacauan. Artikel Beijing News yang melaporkan sedikitnya ada 700 ton natrium sianida dan zat kimia berbahaya lain tidak lagi tayang kemarin.
Kelompok lingkungan Green peace memperingatkan Tianjin berpotensi terkontaminasi zat kimia berbahaya. Berdasarkan laporan kantor berita Xinhua yang dikutip AFP, pemerintah telah menerjunkan 217 tim nuklir dan ahli bahan biokimia yang diambil dari badan militer. Mereka sudah mengunjungi tempat kejadian perkara (TKP).
Pemerintah pelabuhan utara Kota Tianjin menyatakan, akibat ledakan itu, sedikitnya 50 orang tewas dan lebih dari 700 orang mengalami lukaluka, 70 orang di antaranya mengalami luka serius. Selain itu, puluhan orang hilang. Kemarin pagi, petugas evakuasi menyelamatkan seorang pemadam kebakaran dari tumpukan puing-puing.
Situasi di tempat ledakan masih berbahaya dan merepotkan sekitar 1.000 pemadam kebakaran karena api sulit dijinakkan. Asap pun masih mengepul dan membubung tinggi dari tiga area. Melihat kondisi tersebut, sebagian petugas keamanan semakin dilematis. Sebab kemungkinan adanya kebocoran dan penyebaran zat kimia semakin besar.
Beberapa polisi yang berjaga di lokasi ledakan juga berhatihati. Mereka memakai masker gas full-face, sedangkan yang lainnya tidak memakai pelindung. Dalam konferensi pers, ahli lingkungan China sebelumnya menyatakan tidak ada indikator gas beracun di wilayah tersebut. Orang yang berada di wilayah sekitar dinilai aman untuk menghirup udara.
Meski demikian, petugas penjaga keamanan Liu Zongguang, 50, yang memakai masker penutup hidung dan mulut mengaku ingin mengambil langkah aman. ”Saya memakai masker ini karena saya melihat polisi yang lain memakainya. Tapi saya juga melihat beberapa tidak memakai. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan,” kata Liu seperti dikutip AFP.
”Saya benar-benar takut. Tapi saya tidak tahu saya takut pada apa. Pemerintah tidak mengatakan apa pun, termasuk apa yang harus kami lakukan untuk menjaga keselamatan keluarga kami dari zat kimia,” tambahnya.
Greenpeace menyatakan, upaya pemerintah untuk mengidentifikasi substansi yang menyebar di wilayah udara juga sangat penting. ”Sebab air hujan akan menjatuhkan substansi di udara menuju sistem perairan seperti selokan dan sungai. Pemerintah harus mengetahui substansi apa yang terkandung di wilayah udara,” ungkap Greenpeace, Kamis (13/8).
Petugas dari kantor keselamatan kerja Tianjin, Gao Huaiyou, mengatakan pemerintah tidak bisa tahu substansi berbahaya apa yang sebelumnya disimpan di perusahaan tersebut. Sebab, sebagai fasilitas transhipment, barang biasanya hanya disimpandalamwaktutertentu. Jenis dan jumlah bahan berbahaya yang disimpan juga tidak tetap.
”Data barang milik perusahaan itu juga rusak terkena ledakan. Informasi yang didapat dari eksekutif juga tidak bisa dijadikan rujukan karena terkadang tidak sesuai dengan pengajuan bea cukai,” papar Gao.
Surat kabar People Daily melaporkan lokasi konstruksi fasilitas tersebut secara jelas melanggar aturan keselamatan. Masyarakat mengaku khawatir polusi dari industri yang baru diajukan atau sudah berdiri hanya didasarkan pada keuntungan.
Sementara itu, penyedia jasa asuransi Eropa, Allianz dan Zurich, menerima klaim dengan kerusakan tidak terperinci dari beberapa perusahaan di timur laut Tianjin. ”Kami menerima klaim dari perusahaan yang beroperasi di sektor properti dan kargo,” ungkap pernyataan Zurich China seperti dilansir Reuters.
Saat ini, Allianz juga mengaku masih memperhitungkan potensi kerugian yang ditanggung. ”Ya, kami memiliki klien asuransi di wilayah itu. Bagaimanapun, saat ini, kami tidak bisa memberikan keterangan lebih lanjut,” ungkap pernyataan Allianz China General Insurance melalui surat elektronik.
Muh shamil
Penyelidikan oleh otoritas China juga mencakup pencegahan arus informasi oleh media lokal mengenai spekulasi tentang dampak ledakan hebat itu yang mungkin dapat menimbulkan kekacauan. Artikel Beijing News yang melaporkan sedikitnya ada 700 ton natrium sianida dan zat kimia berbahaya lain tidak lagi tayang kemarin.
Kelompok lingkungan Green peace memperingatkan Tianjin berpotensi terkontaminasi zat kimia berbahaya. Berdasarkan laporan kantor berita Xinhua yang dikutip AFP, pemerintah telah menerjunkan 217 tim nuklir dan ahli bahan biokimia yang diambil dari badan militer. Mereka sudah mengunjungi tempat kejadian perkara (TKP).
Pemerintah pelabuhan utara Kota Tianjin menyatakan, akibat ledakan itu, sedikitnya 50 orang tewas dan lebih dari 700 orang mengalami lukaluka, 70 orang di antaranya mengalami luka serius. Selain itu, puluhan orang hilang. Kemarin pagi, petugas evakuasi menyelamatkan seorang pemadam kebakaran dari tumpukan puing-puing.
Situasi di tempat ledakan masih berbahaya dan merepotkan sekitar 1.000 pemadam kebakaran karena api sulit dijinakkan. Asap pun masih mengepul dan membubung tinggi dari tiga area. Melihat kondisi tersebut, sebagian petugas keamanan semakin dilematis. Sebab kemungkinan adanya kebocoran dan penyebaran zat kimia semakin besar.
Beberapa polisi yang berjaga di lokasi ledakan juga berhatihati. Mereka memakai masker gas full-face, sedangkan yang lainnya tidak memakai pelindung. Dalam konferensi pers, ahli lingkungan China sebelumnya menyatakan tidak ada indikator gas beracun di wilayah tersebut. Orang yang berada di wilayah sekitar dinilai aman untuk menghirup udara.
Meski demikian, petugas penjaga keamanan Liu Zongguang, 50, yang memakai masker penutup hidung dan mulut mengaku ingin mengambil langkah aman. ”Saya memakai masker ini karena saya melihat polisi yang lain memakainya. Tapi saya juga melihat beberapa tidak memakai. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan,” kata Liu seperti dikutip AFP.
”Saya benar-benar takut. Tapi saya tidak tahu saya takut pada apa. Pemerintah tidak mengatakan apa pun, termasuk apa yang harus kami lakukan untuk menjaga keselamatan keluarga kami dari zat kimia,” tambahnya.
Greenpeace menyatakan, upaya pemerintah untuk mengidentifikasi substansi yang menyebar di wilayah udara juga sangat penting. ”Sebab air hujan akan menjatuhkan substansi di udara menuju sistem perairan seperti selokan dan sungai. Pemerintah harus mengetahui substansi apa yang terkandung di wilayah udara,” ungkap Greenpeace, Kamis (13/8).
Petugas dari kantor keselamatan kerja Tianjin, Gao Huaiyou, mengatakan pemerintah tidak bisa tahu substansi berbahaya apa yang sebelumnya disimpan di perusahaan tersebut. Sebab, sebagai fasilitas transhipment, barang biasanya hanya disimpandalamwaktutertentu. Jenis dan jumlah bahan berbahaya yang disimpan juga tidak tetap.
”Data barang milik perusahaan itu juga rusak terkena ledakan. Informasi yang didapat dari eksekutif juga tidak bisa dijadikan rujukan karena terkadang tidak sesuai dengan pengajuan bea cukai,” papar Gao.
Surat kabar People Daily melaporkan lokasi konstruksi fasilitas tersebut secara jelas melanggar aturan keselamatan. Masyarakat mengaku khawatir polusi dari industri yang baru diajukan atau sudah berdiri hanya didasarkan pada keuntungan.
Sementara itu, penyedia jasa asuransi Eropa, Allianz dan Zurich, menerima klaim dengan kerusakan tidak terperinci dari beberapa perusahaan di timur laut Tianjin. ”Kami menerima klaim dari perusahaan yang beroperasi di sektor properti dan kargo,” ungkap pernyataan Zurich China seperti dilansir Reuters.
Saat ini, Allianz juga mengaku masih memperhitungkan potensi kerugian yang ditanggung. ”Ya, kami memiliki klien asuransi di wilayah itu. Bagaimanapun, saat ini, kami tidak bisa memberikan keterangan lebih lanjut,” ungkap pernyataan Allianz China General Insurance melalui surat elektronik.
Muh shamil
(bbg)