Perangi Islamofobia dengan Perilaku Mulia

Rabu, 12 Agustus 2015 - 09:31 WIB
Perangi Islamofobia dengan Perilaku Mulia
Perangi Islamofobia dengan Perilaku Mulia
A A A
Munculnya ekstremisme dan radikalisme hingga berkembangnya Islamofobia masih menjadi tantangan besar bagi para imam masjid di Amerika Serikat (AS). Para imam juga memberikan kontribusi pemahaman tentang Islam kepada masyarakat dan Pemerintah AS.

Shamsi Ali, seorang imam asal Indonesia yang sudah lama berdakwah di AS, mengatakan, Islamofobia terjadi karena banyak warga AS tidak mengetahui tentang Islam. ”Sebagai solusinya, kita harus berakhlak mulia,” katanya. Sebagian orang Islam sendiri juga tidak berkutik. Mereka tidak bisa membantu karena tidak memahami Islam seutuhnya. ”Sebagai muslim, kita harus bisa merepresentasikan keindahan Islam.

Kita perlu memperkuat iman dan ilmu,” kata Ali di @america, Jakarta, kemarin. Ali menambahkan, di AS sejumlah orang nonmuslim juga ada yang membantu melawan Islamofobia. Rabi Yahudi sekalipun turun tangan membela syariat Islam. ”Kalau syariat Islam dilarang, hukum Yahudi juga akan dilarang di AS,” kata imam Masjid Al-Hikmah di New York.

Sejak peristiwa 11 September 2001, Ali selalu berupaya membantu meningkatkan pemahaman Islam terhadap masyarakat dan pemerintah lokal AS. Pemahaman itu diberikan melalui diskusi dengan warga AS. Dia juga melakukan pendekatan komunikasi dengan pemerintah lokal. Beruntung, warga AS menyambut pendekatan yang digunakan Ali tersebut. ”Perlu terus melakukan pendekatan di tingkat pemerintahan,” kata Ali.

”Wali Kota New York Michael Bloomberg pernah salat di belakang saya. Dia ikut salat Idul Fitri. Itulah pentingnya pendekatan,” tuturnya. Ali menceritakan sejak insiden serangan 11 September 2001, perkembangan Islam di AS meningkat empat kali lipat dari sebelumnya. Per tahun kira-kira 20.000 orang yang masuk Islam. ”Banyak orang yang mempelajari Alquran.

Di Alquran, mereka tidak menemukan kata teror, tapi justru kebijaksanaan,” ujar Direktur Pusat Muslim Jamaika di New York, AS itu. Saat ini di Manhattan, kata Ali, vendor makanan halal sudah mencapai 70%. Beberapa orang Islam juga ada yang sukses memberikan kontribusi positif terhadap negara dengan menjadi pejabat pemerintah. ”Islam berkembang di Barat karena keindahannya. Islam mendukung kemajuan, menghormati keberagaman, dan menghargai HAM,” tandas Ali.

Indonesia dan AS juga berpeluang mampu mengikat kerja sama yang lebih kuat sebab dua negara memiliki kesamaan. Salah satunya konstitusi yang menjamin keberagaman dan kebebasan memeluk agama. ”Di AS pemerintah tidak memiliki hak untuk memaksakan agama.

Pemerintah justru wajib melindungi hak beragama,” kata Ali. Selain itu, Ali juga memperjuangkan libur selama Idul Fitri dan Idul Adha di sekolah. Perjuangan itu berlangsung selama tujuh tahun. Dia menceritakan ketika anak-anak harus memilih antara salat id dan ujian di sekolah. ”Beberapa waktu lalu kesepakatan libur hari raya sudah ditandatangani di New York,” imbuhnya.

Muh Shamil
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.8129 seconds (0.1#10.140)