Kembangkan Karakter Fiksi lewat Pionicon
A
A
A
Keseriusan Faza sebagai kreator tidak hanya dibuktikan lewat suksesnya karakter Juki. Setelah melihat potensi perkembangan karakter fiksi di Indonesia, Faza juga membuat sebuah perusahaan di bidang Intellectual Property (IP), yaitu Pionicon.
Keinginan itu berangkat dari kekhawatirannya karena tidak ada regenerasi karakter lokal yang bisa menjadi ikon Indonesia. ”Visi saya belum tercapai. Kalau dulu kita punya karakter si Unyil, sekarang belum ada regenerasi. Hal ini menjadi suatu masalah untuk saya,” tuturnya. Maka untuk mengatasi problem tersebut, Faza membuat sebuah wadah yang diharapkan dapat menampung para kreator Indonesia. Pionicon yang resmi berdiri awal 2014 menjadi sebuah perusahaan manajemen dari karakterkarakter fiksi.
”Saya melihat, banyak ide dan potensi dari teman-teman kreator lain. Namun, mereka tidak tahu bagaimana strategi jualan. Karena saya punya pengalaman tentang itu, akhirnya terciptalah Pionicon,” ujar Faza. Sejauh ini, Pionicon sudah memiliki sembilan karakter fiksi, di antaranya adalah si Juki, Tuti and Friends, si Bedil, Little Manka, Vusya, dan Pavlichenko.
”Kami melihat setiap karakter memiliki pasar yang berbeda. Sehingga saat ini, kami banyak menciptakan karakter baru dengan target market pasar masing-masing,” ungkap Faza. Dengan bantuan tim yang berjumlah sekitar sembilan orang, Faza berencana memopulerkan karakter- karakter tersebut. Rencananya tidak hanya dikembangkan sebagai komik, tetapi juga bisa menjadi animasi, games, film, dan lain-lain.
Proyek yang sedang dikerjakan Faza memang tergolong unik. Sebab, menurutnya, belum ada perusahaan seperti Pionicon di Indonesia. ”Sehingga tidak ada contoh, hanya modal nekat saja. Saya merasa kalau wadah ini harus ada,” kata pria yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Bina Nusantara, Jakarta itu. Faza mengatakan, bisnis IP seperti menjadi penghubung antara kreator dan partner lain seperti publisher, studio animasi, investor, dan sebagainya.
”Jadi, menurut saya ini penting. Kalau di luar negeri sudah menjadi hal wajar ada agensi untuk karakter fiksi, namun di Indonesia belum ada,” ungkapnya. Selain menciptakan karakter fiksi, Pionicon di masa mendatang juga bakal mengelola maskot dari brand. Dalam hal ini adalah mengatur bagaimana maskot berkomunikasi dengan publik, bagaimana maskot melakukan promosi.
Saat ini ada dua model keuntungan yang didapatkan oleh Pionicon, yaitu business to business seperti iklan lewat karakter fiksi dan business to customer yang merupakan bagian dari penjualan merchandise. Melalui karyanya, Faza telah mendapatkan banyak penghargaan. Ia mengungkapkan, si Juki kini sudah mulai diperkenalkan kepada masyarakat internasional. ”Pencapaian lain, saya jadi memiliki banyak networking di bidang industri kreatif,” ujarnya.
Target Faza ke depan adalah menjadikan Pionicon seperti Disney versi Indonesia. Tujuannya untuk mewadahi karakter-karakter fiksi lokal. ”Ada niat untuk membuat bisnis lain yang juga mendukung Pionicon, contohnya bisa saja membuat kafe, theme park, atau taman ria,”
Keinginan itu berangkat dari kekhawatirannya karena tidak ada regenerasi karakter lokal yang bisa menjadi ikon Indonesia. ”Visi saya belum tercapai. Kalau dulu kita punya karakter si Unyil, sekarang belum ada regenerasi. Hal ini menjadi suatu masalah untuk saya,” tuturnya. Maka untuk mengatasi problem tersebut, Faza membuat sebuah wadah yang diharapkan dapat menampung para kreator Indonesia. Pionicon yang resmi berdiri awal 2014 menjadi sebuah perusahaan manajemen dari karakterkarakter fiksi.
”Saya melihat, banyak ide dan potensi dari teman-teman kreator lain. Namun, mereka tidak tahu bagaimana strategi jualan. Karena saya punya pengalaman tentang itu, akhirnya terciptalah Pionicon,” ujar Faza. Sejauh ini, Pionicon sudah memiliki sembilan karakter fiksi, di antaranya adalah si Juki, Tuti and Friends, si Bedil, Little Manka, Vusya, dan Pavlichenko.
”Kami melihat setiap karakter memiliki pasar yang berbeda. Sehingga saat ini, kami banyak menciptakan karakter baru dengan target market pasar masing-masing,” ungkap Faza. Dengan bantuan tim yang berjumlah sekitar sembilan orang, Faza berencana memopulerkan karakter- karakter tersebut. Rencananya tidak hanya dikembangkan sebagai komik, tetapi juga bisa menjadi animasi, games, film, dan lain-lain.
Proyek yang sedang dikerjakan Faza memang tergolong unik. Sebab, menurutnya, belum ada perusahaan seperti Pionicon di Indonesia. ”Sehingga tidak ada contoh, hanya modal nekat saja. Saya merasa kalau wadah ini harus ada,” kata pria yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Bina Nusantara, Jakarta itu. Faza mengatakan, bisnis IP seperti menjadi penghubung antara kreator dan partner lain seperti publisher, studio animasi, investor, dan sebagainya.
”Jadi, menurut saya ini penting. Kalau di luar negeri sudah menjadi hal wajar ada agensi untuk karakter fiksi, namun di Indonesia belum ada,” ungkapnya. Selain menciptakan karakter fiksi, Pionicon di masa mendatang juga bakal mengelola maskot dari brand. Dalam hal ini adalah mengatur bagaimana maskot berkomunikasi dengan publik, bagaimana maskot melakukan promosi.
Saat ini ada dua model keuntungan yang didapatkan oleh Pionicon, yaitu business to business seperti iklan lewat karakter fiksi dan business to customer yang merupakan bagian dari penjualan merchandise. Melalui karyanya, Faza telah mendapatkan banyak penghargaan. Ia mengungkapkan, si Juki kini sudah mulai diperkenalkan kepada masyarakat internasional. ”Pencapaian lain, saya jadi memiliki banyak networking di bidang industri kreatif,” ujarnya.
Target Faza ke depan adalah menjadikan Pionicon seperti Disney versi Indonesia. Tujuannya untuk mewadahi karakter-karakter fiksi lokal. ”Ada niat untuk membuat bisnis lain yang juga mendukung Pionicon, contohnya bisa saja membuat kafe, theme park, atau taman ria,”
(ars)