Generasi Muda Diminta Jeli Hadapi Pengaruh Ideologi Barat
A
A
A
JAKARTA - Pemahaman nilai-nilai Pancasila seperti sikap kekeluargaan, gotong royong dan sebagainya mulai luntur. Sementara pengaruh globalisasi di mana budaya luar bisa masuk tanpa terproteksi dengan baik.
Persoalan ini harus disadarkan ke masyarakat, khususnya generasi muda. Generasi muda harus bisa menyaring, bahkan membuang budaya atau ideologi dari barat, karena tidak sesuai dengan nilai luhur Indonesia.
"Yang penting bagaimana mengimplematasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam mengajarkan sikap toleransi, sikap kerukunan, cinta damai dan tidak mengedepankan sikap-sikap kekerasan yang mengarah kepada sikap radikalisme,” ujar anggota Komisi III DPR, Sarifuddin Sudding, Kamis, (7/8/2015).
Dia mencontohkan persoalan yang membuatnya miris adanya salah satu calon Hakim Konstitusi tidak hafal bunyi Pancasila ketika ditanyakan dalam kesempatan fit and proper test.
"Ini sudah sangat keterlaluan dan tidak boleh terjadi pada generasi muda kita di saat ini dan masa mendatang," ucapnya.
Sementara itu secara terpisah, pengamat terorisme Nasir Abbas menilai upaya pencegahan paham radikal dan teroris, serta ISIS yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan lembaga terkait lainnya, sudah berjalan baik.
“Ketika awal 2014 lalu banyak sekali eforia yang menyebarkan soal ISIS dan mengajak orang bergabung dengan ISIS," tukas Nasir.
Dia berharap upaya itu terus digalakkan dan diintensifkan demi menutup ruang gerak paham radikalisme dan terorisme. “Kita juga jangan lengah dengan kondisi ini, karena kelompok radikalisme itu sangat aktif melakukan propaganda,” tandasnya.
Baca: ISIS Dijadikan Kiblat bagi Kelompok Radikal di Indonesia.
Persoalan ini harus disadarkan ke masyarakat, khususnya generasi muda. Generasi muda harus bisa menyaring, bahkan membuang budaya atau ideologi dari barat, karena tidak sesuai dengan nilai luhur Indonesia.
"Yang penting bagaimana mengimplematasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam mengajarkan sikap toleransi, sikap kerukunan, cinta damai dan tidak mengedepankan sikap-sikap kekerasan yang mengarah kepada sikap radikalisme,” ujar anggota Komisi III DPR, Sarifuddin Sudding, Kamis, (7/8/2015).
Dia mencontohkan persoalan yang membuatnya miris adanya salah satu calon Hakim Konstitusi tidak hafal bunyi Pancasila ketika ditanyakan dalam kesempatan fit and proper test.
"Ini sudah sangat keterlaluan dan tidak boleh terjadi pada generasi muda kita di saat ini dan masa mendatang," ucapnya.
Sementara itu secara terpisah, pengamat terorisme Nasir Abbas menilai upaya pencegahan paham radikal dan teroris, serta ISIS yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan lembaga terkait lainnya, sudah berjalan baik.
“Ketika awal 2014 lalu banyak sekali eforia yang menyebarkan soal ISIS dan mengajak orang bergabung dengan ISIS," tukas Nasir.
Dia berharap upaya itu terus digalakkan dan diintensifkan demi menutup ruang gerak paham radikalisme dan terorisme. “Kita juga jangan lengah dengan kondisi ini, karena kelompok radikalisme itu sangat aktif melakukan propaganda,” tandasnya.
Baca: ISIS Dijadikan Kiblat bagi Kelompok Radikal di Indonesia.
(kur)