Meski Berakhir, Korsel Tetap Siaga
A
A
A
SEOUL - Perdana Menteri (PM) Korea Selatan (Korsel) Hwang Kyo Ahn sudah mengumumkan wabah Middle East Respiratory Syndrome (Mers) telah berakhir, namun tenaga kesehatan tetap siaga.
Hal ini dilakukan sampai Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan status wabah itu secara resmi. Kesiagaan ini dapat dilihat dari adanya pemeriksaan setiap orang yang akan memasuki rumah sakit. Seperti yang terjadi di National Medical Center (NMC) di Seoul, Korsel.
”Saya minta maaf terkait pengecekan suhu badan sebelum masuk ke dalam rumah sakit ini. Itu bagian dari prosedur untuk memastikan semua dalam kondisi aman (dari Mers),” ujar Presiden Direktur Rumah Sakit NMC Ahn Myoung Ock saat bertemu dengan rombongan Post Mers Famtrip 2015 di Rumah Sakit NMC.
NMC merupakan salah satu dari 15 rumah sakit yang ditunjuk untuk mengatasi wabah Mers. NMC telah merawat 40 pasien dari 186 yang terinfeksi penyakit ini. Dia mengatakan, setiap orang harus melalui prosedur yang sama saat memasuki rumah sakit, mereka akan dicek suhu badan dan diberikan pembersih tangan. ”Perdana menteri juga harus melalui hal serupa. Sekali lagi, ini demi keamanan,” tuturnya.
Di samping itu, NMC juga masih menyiapkan triase atau tempat untuk melakukan identifikasi dugaan Mers. Triase ini berada di pelataran halaman rumah sakit. Ruangan perawatan intensif lainnya pun juga masih siaga. ”Jika ada pasien yang diduga terkena Mers, kita akan melakukan identifikasi di sini. Setelah itu, baru ditentukan ke ruangan mana mereka akan dibawa,” katanya.
Ahn menegaskan, kesiagaan tersebut jangan sampai menimbulkan kesalah pahaman. ”Itu dilakukan sebagai langkah antisipasi. Seperti yang dinyatakan perdana menteri kemarin. Korsel sudah aman dari Mers. Dalam 23 hari terakhir tidak ditemukan kasus Mers baru,” paparnya. Ahn menyampaikan, kasus Mers merupakan pengalaman yang menyedihkan sekaligus berharga.
Dia pun akan berbagi pengalaman kepada negara lain terkait bagaimana NMC menangani kasus Mers. ”Pengalaman yang kami miliki akan kami bagi kepada negara lain. Saat ini sedang dilakukan pengalihan bahasa Korea ke bahasa Inggris untuk memudahkan semua membacanya,” jelasnya.
Direktur Pengendalian Penyakit NMC Lee Jae Yong mengatakan, semua warga dapat kembali beraktivitas seperti biasa namun harus tetap ada tindakan pencegahan. ”Mencegah kasus baru muncul kembali salah satunya dengan memonitor siapa saja yang bepergian ke Timur tengah.
Sekalipun, Mers telah berakhir,” kata dia. Yong menambahkan, langkah lain antisipasi adalah memformulasikan rencana pencegahan secara komprehensif. Hal tersebut dinilai akan semakin memperkuat pencegahan infeksi dan sistem kontrol. ”Ini pelajaran berharga bagi kami. Tidak negara yang benar-benar aman dari infeksi Mers.
Karenanya, kami akan terus melakukan kerja sama dengan negara lain dan saling berbagi informasi. Ini sangat berguna untuk melakukan pencegahan,” imbuhnya. Ketika Mers menerjang Korsel, korban jiwa mencapai 36 orang dan lebih dari 6.700 orang telah dikarantina. Apa yang terjadi di Korsel seharusnya membuat negara lain, termasuk Indonesia, waspada.
Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara yang warganya paling banyak mengunjungi Arab Saudi. Sedangkan, kurang dari 1.000 warga Korsel yang mengunjungi Arab Saudi. Kesuksesan Korsel menanggulangi Mers pun harus menjadi bahan pembelajaran untuk negara lain.
Pariwisata Korsel Kembali Bergairah
Wakil Presiden Organisasi Pariwisata Korea (KTO) Rhee Jae Sung optimistis pariwisata Korsel kembali bergairah pasca berakhirnya wabah Mers. Tercatat, saat dan setelah Mers menerjang jumlah wisatawan asing yang datang ke Korsel menurun. ”Dibandingkan dengan Juni tahun lalu, saat ini jumlah wisatawan yang datang menurun sampai 40%.
Untuk wisatawan Indonesia, turun sampai 31%,” paparnya. Dia mengatakan, turis asing di Korea Selatan biasanya mencapai 14 juta per tahun. Sedangkan, wisatawan dari Indonesia berkisar di angka 200.000-600.000 orang. ”Tempat wisata menjadi sepi karena ada kekhawatiran tertular,” tuturnya. Saat ini pemerintah sedang menyiapkan rencana untuk membangkitkan pariwisata Korsel, salah satunya dengan beriklan di luar negeri.
Laporan Reporter KORAN SINDO
DITA ANGGA
KOREA SELATAN
Hal ini dilakukan sampai Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan status wabah itu secara resmi. Kesiagaan ini dapat dilihat dari adanya pemeriksaan setiap orang yang akan memasuki rumah sakit. Seperti yang terjadi di National Medical Center (NMC) di Seoul, Korsel.
”Saya minta maaf terkait pengecekan suhu badan sebelum masuk ke dalam rumah sakit ini. Itu bagian dari prosedur untuk memastikan semua dalam kondisi aman (dari Mers),” ujar Presiden Direktur Rumah Sakit NMC Ahn Myoung Ock saat bertemu dengan rombongan Post Mers Famtrip 2015 di Rumah Sakit NMC.
NMC merupakan salah satu dari 15 rumah sakit yang ditunjuk untuk mengatasi wabah Mers. NMC telah merawat 40 pasien dari 186 yang terinfeksi penyakit ini. Dia mengatakan, setiap orang harus melalui prosedur yang sama saat memasuki rumah sakit, mereka akan dicek suhu badan dan diberikan pembersih tangan. ”Perdana menteri juga harus melalui hal serupa. Sekali lagi, ini demi keamanan,” tuturnya.
Di samping itu, NMC juga masih menyiapkan triase atau tempat untuk melakukan identifikasi dugaan Mers. Triase ini berada di pelataran halaman rumah sakit. Ruangan perawatan intensif lainnya pun juga masih siaga. ”Jika ada pasien yang diduga terkena Mers, kita akan melakukan identifikasi di sini. Setelah itu, baru ditentukan ke ruangan mana mereka akan dibawa,” katanya.
Ahn menegaskan, kesiagaan tersebut jangan sampai menimbulkan kesalah pahaman. ”Itu dilakukan sebagai langkah antisipasi. Seperti yang dinyatakan perdana menteri kemarin. Korsel sudah aman dari Mers. Dalam 23 hari terakhir tidak ditemukan kasus Mers baru,” paparnya. Ahn menyampaikan, kasus Mers merupakan pengalaman yang menyedihkan sekaligus berharga.
Dia pun akan berbagi pengalaman kepada negara lain terkait bagaimana NMC menangani kasus Mers. ”Pengalaman yang kami miliki akan kami bagi kepada negara lain. Saat ini sedang dilakukan pengalihan bahasa Korea ke bahasa Inggris untuk memudahkan semua membacanya,” jelasnya.
Direktur Pengendalian Penyakit NMC Lee Jae Yong mengatakan, semua warga dapat kembali beraktivitas seperti biasa namun harus tetap ada tindakan pencegahan. ”Mencegah kasus baru muncul kembali salah satunya dengan memonitor siapa saja yang bepergian ke Timur tengah.
Sekalipun, Mers telah berakhir,” kata dia. Yong menambahkan, langkah lain antisipasi adalah memformulasikan rencana pencegahan secara komprehensif. Hal tersebut dinilai akan semakin memperkuat pencegahan infeksi dan sistem kontrol. ”Ini pelajaran berharga bagi kami. Tidak negara yang benar-benar aman dari infeksi Mers.
Karenanya, kami akan terus melakukan kerja sama dengan negara lain dan saling berbagi informasi. Ini sangat berguna untuk melakukan pencegahan,” imbuhnya. Ketika Mers menerjang Korsel, korban jiwa mencapai 36 orang dan lebih dari 6.700 orang telah dikarantina. Apa yang terjadi di Korsel seharusnya membuat negara lain, termasuk Indonesia, waspada.
Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara yang warganya paling banyak mengunjungi Arab Saudi. Sedangkan, kurang dari 1.000 warga Korsel yang mengunjungi Arab Saudi. Kesuksesan Korsel menanggulangi Mers pun harus menjadi bahan pembelajaran untuk negara lain.
Pariwisata Korsel Kembali Bergairah
Wakil Presiden Organisasi Pariwisata Korea (KTO) Rhee Jae Sung optimistis pariwisata Korsel kembali bergairah pasca berakhirnya wabah Mers. Tercatat, saat dan setelah Mers menerjang jumlah wisatawan asing yang datang ke Korsel menurun. ”Dibandingkan dengan Juni tahun lalu, saat ini jumlah wisatawan yang datang menurun sampai 40%.
Untuk wisatawan Indonesia, turun sampai 31%,” paparnya. Dia mengatakan, turis asing di Korea Selatan biasanya mencapai 14 juta per tahun. Sedangkan, wisatawan dari Indonesia berkisar di angka 200.000-600.000 orang. ”Tempat wisata menjadi sepi karena ada kekhawatiran tertular,” tuturnya. Saat ini pemerintah sedang menyiapkan rencana untuk membangkitkan pariwisata Korsel, salah satunya dengan beriklan di luar negeri.
Laporan Reporter KORAN SINDO
DITA ANGGA
KOREA SELATAN
(bbg)