Tokoh Nasional Serukan Masyarakat Tak Terpancing Insiden Tolikara
A
A
A
JAKARTA - Kasus penyerangan warga di Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat 17 Juli 2015 pagi, mendapat perhatian tokoh-tokoh nasional. Mereka meminta masyarakat tidak terpancing dengan ulah sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut.
"Saya berharap masyarakat tidak mudah terpancing oleh orang-orang yang ingin menimbulkan kerusuhan terjadi di negara ini," ujar Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di acara open house Aburizal Bakrie, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (17/8/2015).
Prabowo mengaku prihatin atas peristiwa tersebut. "Lebaran harusnya negara aman, damai dan tidak berkonflik," pungkasnya.
Hal senada dikatakan oleh Ketua DPR Setya Novanto. "Saya mohon kepada masyarakat, terutama di Papua untuk tidak terpancing dengan situasi-situasi ini," kata politikus Partai Golkar ini.
Setya berharap masyarakat Papua bisa menjaga kondisi dan situasi yang teduh dan aman. "Saya doakan aparat di sana bisa menyelesaikan dan membantu masalah ini secepatnya, sehingga semuanya menjadi suasana yang kondusif," kata Setya Novanto.
Sementara itu, Ketua umum PPP hasil Muktamar Surabaya Romahurmuziy (Romi) menyesalkan peristiwa itu bisa terjadi. "Karena peristiwa itu justru terjadi di hari yang seluruh bangsa ini saling memperkuat tali persaudaraannya," kata Romi dalam acara open house di kediamannya, Condet, Jakarta Timur.
Menurutnya, Papua adalah salah satu etalase Indonesia di mata dunia. Kejadian dan ketegangan sosial sekecil apapun di sana, sangat berpotensi untuk menjadikan Indonesia tidak bagus di mata internasional.
Maka itu, Romi mengimbau kepada seluruh pemuka agama untuk mengendurkan ketegangan tersebut, "Kemudian kembali kepada habitatnya masing-masing, menenangkan umatnya dan tidak melakukan upaya-upaya yang memancing provokasi," tuturnya.
Sebab, jika di Papua bergolak, meskipun hanya sedikit, dampaknya seolah-olah di Indonesia ada persoalan. "Terlebih dengan seruan Bapak Presiden membolehkan wartawan asing meliput di sana," imbuh Romi.
Sedangkan Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan bangsa Indonesia terkenal dengan bangsa yang ramah, bangsa yang saling menghargai dan mampu duduk berdampingan walapun berbeda agama.
"Contohnya waktu saya masih di NTB sana, kita dapat hidup berdampingan bersama," kata Saleh Husin. Masyarakat di NTB, saling gotong royong di tiap hari raya keagamaan.
"Teman-teman agama Nasrani mengantarkan kue ke saudara-saudara yang beragama Islam saat Natal. Begitupun juga saat Idul Fitri, kue yang dibikin ibu saya, saya antarkan ke tetangga-tetangga yang non muslim," tutur politikus Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini.
Begitupula dengan kegiatan perbaikan rumah ibadah. Umat nonmuslim ikut berpartisipasi dalam perbaikan sebuah masjid di sana. Dan sebaliknya, umat Muslim ikut berpartisipasi dalam perbaikan gereja.
"Saya berharap masyarakat tidak mudah terpancing oleh orang-orang yang ingin menimbulkan kerusuhan terjadi di negara ini," ujar Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di acara open house Aburizal Bakrie, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (17/8/2015).
Prabowo mengaku prihatin atas peristiwa tersebut. "Lebaran harusnya negara aman, damai dan tidak berkonflik," pungkasnya.
Hal senada dikatakan oleh Ketua DPR Setya Novanto. "Saya mohon kepada masyarakat, terutama di Papua untuk tidak terpancing dengan situasi-situasi ini," kata politikus Partai Golkar ini.
Setya berharap masyarakat Papua bisa menjaga kondisi dan situasi yang teduh dan aman. "Saya doakan aparat di sana bisa menyelesaikan dan membantu masalah ini secepatnya, sehingga semuanya menjadi suasana yang kondusif," kata Setya Novanto.
Sementara itu, Ketua umum PPP hasil Muktamar Surabaya Romahurmuziy (Romi) menyesalkan peristiwa itu bisa terjadi. "Karena peristiwa itu justru terjadi di hari yang seluruh bangsa ini saling memperkuat tali persaudaraannya," kata Romi dalam acara open house di kediamannya, Condet, Jakarta Timur.
Menurutnya, Papua adalah salah satu etalase Indonesia di mata dunia. Kejadian dan ketegangan sosial sekecil apapun di sana, sangat berpotensi untuk menjadikan Indonesia tidak bagus di mata internasional.
Maka itu, Romi mengimbau kepada seluruh pemuka agama untuk mengendurkan ketegangan tersebut, "Kemudian kembali kepada habitatnya masing-masing, menenangkan umatnya dan tidak melakukan upaya-upaya yang memancing provokasi," tuturnya.
Sebab, jika di Papua bergolak, meskipun hanya sedikit, dampaknya seolah-olah di Indonesia ada persoalan. "Terlebih dengan seruan Bapak Presiden membolehkan wartawan asing meliput di sana," imbuh Romi.
Sedangkan Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan bangsa Indonesia terkenal dengan bangsa yang ramah, bangsa yang saling menghargai dan mampu duduk berdampingan walapun berbeda agama.
"Contohnya waktu saya masih di NTB sana, kita dapat hidup berdampingan bersama," kata Saleh Husin. Masyarakat di NTB, saling gotong royong di tiap hari raya keagamaan.
"Teman-teman agama Nasrani mengantarkan kue ke saudara-saudara yang beragama Islam saat Natal. Begitupun juga saat Idul Fitri, kue yang dibikin ibu saya, saya antarkan ke tetangga-tetangga yang non muslim," tutur politikus Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini.
Begitupula dengan kegiatan perbaikan rumah ibadah. Umat nonmuslim ikut berpartisipasi dalam perbaikan sebuah masjid di sana. Dan sebaliknya, umat Muslim ikut berpartisipasi dalam perbaikan gereja.
(hyk)