Kekerasan di Afghanistan Meningkat
A
A
A
KABUL - Seiring penarikan pasukan asing, Afghanistan menghadapi dilema besar karena peningkatan serangan gerilyawan Taliban. Mereka menargetkan pasukan asing yang bertahan di Kabul.
Taliban kemarin melancarkan serangan bom bunuh diri di Kabul dengan target konvoi pasukan asing. Pada saat bersamaan, mereka juga melancarkan serangan ke kompleks kantor badan intelijen Afghanistan. Dua serangan tersebut menewaskan satu warga Afghanistan dan melukai sedikitnya lima orang. Serangan pertama terjadi kemarin pagi, di mana bom mobil menabrak rombongan yang mengangkut pasukan asing di Kabul timur.
Serangan tersebut mengakibatkan ledakan. Beberapa mobil juga meledak dan terpental. ”Saya bisa mengonfirmasi bom bunuh diri itu menargetkan pasukan asing,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Sediq Sediqqi kepada Reuters . Belum ada komentar dari pasukan asing di Kabul.
Mereka enggan berbicara detail. Tapi, menurut juru bicara kepolisian Ebadullah Karimi, seorang warga asing dan warga lokal terluka akibat serangan tersebut. Karimi mengatakan, pada serangan kedua gerilyawan Taliban menyerang kantor lembaga intelijen Afghanistan. Itu mengakibatkan seorang penjaga keamanan terluka. ”Tiga pengebom bunuh diri terlibat dalam serangan tersebut,” katanya.
Dia menambahkan, hanya satu bom yang meledak dan dua pelaku bom bunuh diri ditembak mati pasukan keamanan. Dua serangan tersebut merupakan ketiga terjadi dalam tiga pekan terakhir. Pekan lalu konvoi kendaraan NATO diserang pembom bunuh diri saat dalam perjalanannya menuju bandara. Sementara itu, Taliban mengklaim bertanggung jawab atas dua serangan tersebut.
Klaim tersebut setelah pengebom bunuh diri Taliban berhasil melakukan aksi serangan ke konvoi pasukan asing di dekat Kedutaan Besar AS di Kabul. Mereka meningkatkan serangan ke pasukan asing tahun ini setelah penarikan pasukan koalisi pada akhir 2014. Keamanan Afghanistan memburuk. Beberapa distrik di Afghanistan jatuh ke kekuasaan Taliban.
Apalagi, pasukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) juga mulai muncul di Afghanistan. Itu memicu kekhawatiran mendalam atas memburuknya status keamanan negara tersebut. Kini hanya 9.800 pasukan AS yang bertahan di Afghanistan. Jumlah itu mengalami penurunan dari 100.000 prajurit AS pada 2011 di negara tersebut. Mayoritas pasukan AS yang bertahan itu bertugas melatih tentara Afghanistan.
Namun, sebagian tentara tersebut masih membantu operasi militer terhadap Taliban. Senator AS John McCain menyerukan pasukannya agar tetap bertahan lebih lama di Afghanistan untuk berperang dengan gerilyawan. ”Saya meminta agar pasukan AS mencegah pertumbuhan gerilyawan,” kata McCain pada Sabtu (4/7) lalu.
Sebelumnya penarikan pasukan AS yang menjaga kedutaan besar dijadwalkan pada akhir 2016. Pada 22 Juni lalu Taliban melakukan serangan terhadap gedung parlemen Afghanistan di Kabul. Para penyerang meledakkan sebuah bom mobil di luar gedung sebelum mereka menyerang ke dalam gedung parlemen. Polisi mengevakuasi para anggota parlemen yang berada di dalam gedung sambil mencoba melawan para penyerang.
Bersaing dengan ISIS
Taliban bukan hanya berperang melawan pasukan asing dan tentara pemerintah. Mereka juga menyatakan perang terhadap ISIS. Taliban menulis surat yang memperingatkan ISIS untuk tidak memasuki Afghanistan. Hal ini dilakukan setelah sejumlah gerilyawan Taliban ditangkap ISIS dan bentrok antara kedua pihak.
Lewat suratnya, Taliban menyatakan ”Perang Suci” di Afghanistan hanya bisa dilakukan di bawah satu bendera. Mereka mengatakan akan terpaksa bereaksi jika apa yang mereka sebut sebagai ”keberhasilan” terancam karena campur tangan ISIS.
Dikutip BBC, para pengamat mengatakan pernyataan tersebut mewakili kekhawatiran di dalam Taliban terkait semakin berpengaruh dan populernya ISIS. Pada permulaan Juni lalu, 10 orang anggota pasukan Taliban dibunuh dengan cara penggal kepala oleh ISIS.
Informasi ini berasal dari sebuah memo internal tentara Afghanistan yang tak sengaja bocor ke media. Memo itu menyatakan bahwa Taliban berusaha menyerang wilayah yang dikuasai Pemerintah Afghanistan di distrik Achin yang berdekatan dengan Pakistan.
Serangan itu berhasil dipatahkan oleh pasukan pemerintah dan kelompok Taliban mundur kembali ke posisi mereka. Dalam upaya mundur tersebut, pasukan Taliban dicegat dan berhasil ditangkap oleh kelompok ISIS dan kemudian dibunuh dengan cara dipenggal.
Arvin/andika
Taliban kemarin melancarkan serangan bom bunuh diri di Kabul dengan target konvoi pasukan asing. Pada saat bersamaan, mereka juga melancarkan serangan ke kompleks kantor badan intelijen Afghanistan. Dua serangan tersebut menewaskan satu warga Afghanistan dan melukai sedikitnya lima orang. Serangan pertama terjadi kemarin pagi, di mana bom mobil menabrak rombongan yang mengangkut pasukan asing di Kabul timur.
Serangan tersebut mengakibatkan ledakan. Beberapa mobil juga meledak dan terpental. ”Saya bisa mengonfirmasi bom bunuh diri itu menargetkan pasukan asing,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Sediq Sediqqi kepada Reuters . Belum ada komentar dari pasukan asing di Kabul.
Mereka enggan berbicara detail. Tapi, menurut juru bicara kepolisian Ebadullah Karimi, seorang warga asing dan warga lokal terluka akibat serangan tersebut. Karimi mengatakan, pada serangan kedua gerilyawan Taliban menyerang kantor lembaga intelijen Afghanistan. Itu mengakibatkan seorang penjaga keamanan terluka. ”Tiga pengebom bunuh diri terlibat dalam serangan tersebut,” katanya.
Dia menambahkan, hanya satu bom yang meledak dan dua pelaku bom bunuh diri ditembak mati pasukan keamanan. Dua serangan tersebut merupakan ketiga terjadi dalam tiga pekan terakhir. Pekan lalu konvoi kendaraan NATO diserang pembom bunuh diri saat dalam perjalanannya menuju bandara. Sementara itu, Taliban mengklaim bertanggung jawab atas dua serangan tersebut.
Klaim tersebut setelah pengebom bunuh diri Taliban berhasil melakukan aksi serangan ke konvoi pasukan asing di dekat Kedutaan Besar AS di Kabul. Mereka meningkatkan serangan ke pasukan asing tahun ini setelah penarikan pasukan koalisi pada akhir 2014. Keamanan Afghanistan memburuk. Beberapa distrik di Afghanistan jatuh ke kekuasaan Taliban.
Apalagi, pasukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) juga mulai muncul di Afghanistan. Itu memicu kekhawatiran mendalam atas memburuknya status keamanan negara tersebut. Kini hanya 9.800 pasukan AS yang bertahan di Afghanistan. Jumlah itu mengalami penurunan dari 100.000 prajurit AS pada 2011 di negara tersebut. Mayoritas pasukan AS yang bertahan itu bertugas melatih tentara Afghanistan.
Namun, sebagian tentara tersebut masih membantu operasi militer terhadap Taliban. Senator AS John McCain menyerukan pasukannya agar tetap bertahan lebih lama di Afghanistan untuk berperang dengan gerilyawan. ”Saya meminta agar pasukan AS mencegah pertumbuhan gerilyawan,” kata McCain pada Sabtu (4/7) lalu.
Sebelumnya penarikan pasukan AS yang menjaga kedutaan besar dijadwalkan pada akhir 2016. Pada 22 Juni lalu Taliban melakukan serangan terhadap gedung parlemen Afghanistan di Kabul. Para penyerang meledakkan sebuah bom mobil di luar gedung sebelum mereka menyerang ke dalam gedung parlemen. Polisi mengevakuasi para anggota parlemen yang berada di dalam gedung sambil mencoba melawan para penyerang.
Bersaing dengan ISIS
Taliban bukan hanya berperang melawan pasukan asing dan tentara pemerintah. Mereka juga menyatakan perang terhadap ISIS. Taliban menulis surat yang memperingatkan ISIS untuk tidak memasuki Afghanistan. Hal ini dilakukan setelah sejumlah gerilyawan Taliban ditangkap ISIS dan bentrok antara kedua pihak.
Lewat suratnya, Taliban menyatakan ”Perang Suci” di Afghanistan hanya bisa dilakukan di bawah satu bendera. Mereka mengatakan akan terpaksa bereaksi jika apa yang mereka sebut sebagai ”keberhasilan” terancam karena campur tangan ISIS.
Dikutip BBC, para pengamat mengatakan pernyataan tersebut mewakili kekhawatiran di dalam Taliban terkait semakin berpengaruh dan populernya ISIS. Pada permulaan Juni lalu, 10 orang anggota pasukan Taliban dibunuh dengan cara penggal kepala oleh ISIS.
Informasi ini berasal dari sebuah memo internal tentara Afghanistan yang tak sengaja bocor ke media. Memo itu menyatakan bahwa Taliban berusaha menyerang wilayah yang dikuasai Pemerintah Afghanistan di distrik Achin yang berdekatan dengan Pakistan.
Serangan itu berhasil dipatahkan oleh pasukan pemerintah dan kelompok Taliban mundur kembali ke posisi mereka. Dalam upaya mundur tersebut, pasukan Taliban dicegat dan berhasil ditangkap oleh kelompok ISIS dan kemudian dibunuh dengan cara dipenggal.
Arvin/andika
(ftr)