Menyewa Ruko untuk Dijadikan Musala
A
A
A
Di negara berpenduduk mayoritas nonmuslim, masjid adalah tempat ibadah yang langka. Inilah yang menjadi keprihatinan Muhammad Amin Samad, pria asal Indonesia yang bekerja sebagai pendakwah di Canberra, Australia.
Untuk bisa beribadah secara berjamaah, dia harus menyewa ruko untuk dijadikan musala. ”Musala Civic berada di ruko, itu disewa untuk salat Jumat,” kata Amin kepada KORAN SINDO di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra. Banyak umat muslim Canberra yang akhirnya memilih salat Jumat di Musala Civic tersebut.
Selain aktif mengurus musala, pria kelahiran Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan pada 1938 ini juga sering diundang berbagai komunitas muslim di Canberra. Salah satunya KBRI Canberra yang mengundang Amin Samad untuk mengisi ceramah selepas salat zuhur berjamaah. Dalam berdakwah, Amin berusaha bukan hanya berceramah semata. Namun, dia juga membawa buku untuk dibagikan kepada para jamaah.
”Jamaah dapat membawa pulang buku kumpulan ceramah dan khotbah untuk diperbanyak dan disebarkan,” katanya. Amin juga menulis materi dakwahnya di blog dalam bahasa Inggris. Gaya Amin sama seperti para ulama di Indonesia pada umumnya. Memakai kopiah hitam dan berdakwah dengan intonasi yang sangat santun. Dari paparannya, tergambar keilmuan agamanya yang luas dan matang.
Bicaranya yang pelan dan berbobot menunjukkan dia memiliki gaya dakwah yang rendah hati dan membumi. Usia yang sudah lanjut tidak menghalangi Amin untuk terus berdakwah. Amin meraih gelar PhD dalam bidang kajian Islam dari Universitas Melbourne, Australia. Sementara masternya diraih dari Universitas McGill, Montreal, Kanada, dan menjadi asisten dosen selama satu tahun.
Gelar diploma dan sarjana diraihnya dari Universitas Kairo, Mesir. Amin juga pernah mengajar Islam dan Lac la Bische Muslim Association di Alberta, Kanada. Dia juga pernah menjadi asisten imam di Masjid Al Rashid, Alberta, Kanada. Saat ini pria berusia 77 tahun ini memilih menetap di Canberra.
Laporan Wartawan KORAN SINDO
ANDIKA HENDRA M
CANBERRA
Untuk bisa beribadah secara berjamaah, dia harus menyewa ruko untuk dijadikan musala. ”Musala Civic berada di ruko, itu disewa untuk salat Jumat,” kata Amin kepada KORAN SINDO di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra. Banyak umat muslim Canberra yang akhirnya memilih salat Jumat di Musala Civic tersebut.
Selain aktif mengurus musala, pria kelahiran Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan pada 1938 ini juga sering diundang berbagai komunitas muslim di Canberra. Salah satunya KBRI Canberra yang mengundang Amin Samad untuk mengisi ceramah selepas salat zuhur berjamaah. Dalam berdakwah, Amin berusaha bukan hanya berceramah semata. Namun, dia juga membawa buku untuk dibagikan kepada para jamaah.
”Jamaah dapat membawa pulang buku kumpulan ceramah dan khotbah untuk diperbanyak dan disebarkan,” katanya. Amin juga menulis materi dakwahnya di blog dalam bahasa Inggris. Gaya Amin sama seperti para ulama di Indonesia pada umumnya. Memakai kopiah hitam dan berdakwah dengan intonasi yang sangat santun. Dari paparannya, tergambar keilmuan agamanya yang luas dan matang.
Bicaranya yang pelan dan berbobot menunjukkan dia memiliki gaya dakwah yang rendah hati dan membumi. Usia yang sudah lanjut tidak menghalangi Amin untuk terus berdakwah. Amin meraih gelar PhD dalam bidang kajian Islam dari Universitas Melbourne, Australia. Sementara masternya diraih dari Universitas McGill, Montreal, Kanada, dan menjadi asisten dosen selama satu tahun.
Gelar diploma dan sarjana diraihnya dari Universitas Kairo, Mesir. Amin juga pernah mengajar Islam dan Lac la Bische Muslim Association di Alberta, Kanada. Dia juga pernah menjadi asisten imam di Masjid Al Rashid, Alberta, Kanada. Saat ini pria berusia 77 tahun ini memilih menetap di Canberra.
Laporan Wartawan KORAN SINDO
ANDIKA HENDRA M
CANBERRA
(bbg)