Perebutan Tiket Capres Republik Ketat

Rabu, 17 Juni 2015 - 08:34 WIB
Perebutan Tiket Capres Republik Ketat
Perebutan Tiket Capres Republik Ketat
A A A
WASHINGTON - Kandidat calon presiden (capres) Partai Republik semakin banyak sehingga perebutan tiket ke Gedung Putih semakin ketat setelah Jeb Bush resmi mengumumkan pencalonannya.

Para capres memiliki beragam latar belakang dan visi yang mencerminkan ideologi Republik. Libertarian? Konservatif fiskal? Pendukung utama keamanan nasional? Pejuang nilai sosial? Pewaris dinasti politik keluarga?

Semuanya memiliki satu misi yakni meyakinkan Partai Republik agar mereka mendapatkan tiket untuk maju pada pemilu presiden 2016. Senin (15/6) lalu mantan Gubernur Florida Jeb Bush berjanji memperbaiki Amerika Serikat (AS) yang mengalami disfungsional. Jeb, 62, memecah keramaian capres dari Partai Republik yang berjumlah lebih dari 10 kandidat. Persaingan itu diramaikan empat gubernur negara bagian dan empat mantan gubernur, bersama dengan empat senator dan satu mantan senator, mantan dokter bedah, dan dua eksekutif perusahaan.

Jeb akan bersaing ketat dengan capres Republik yang memiliki nama besar seperti mantan Gubernur Texas Rick Perry. Selain itu, empat senator Republik juga ikut meramaikan perebutan tiket ke Gedung Putih seperti Marco Rubio dari Florida, Rand Paul juga dari Florida, Ted Cruz dari Texas, dan Lindsey Graham dari South Carolina. Gubernur Negara Bagian Wisconsin Scott Walker dan Gubernur Negara Bagian New Jersey Chris Christie juga menjadi capres yang mendapatkan dukungan kuat.

”Pertarungan yang terbuka dan luas. Inilah yang kita tunggu sejak lama,” ungkap Kevin Madden, pakar strategi politik Partai Republik, dikutip High Lands Today. Dia menyebut Jeb sebagai capres yang memiliki peluang lebih besar dibandingkan kandidat lainnya. Jeb memiliki dukungan donasi dan jaringan politik Republik yang kuat. ”Munculnya Jeb akan membuat pertarungan semakin ketat di antara para capres,” imbuh Madden yang pernah bekerja pada capres Republik, Mitt Romney, pada pemilu presiden 2012.

Ditambah lagi, pilihan capres Republik juga semakin berwarna. Tidak didominasi generasi politisi tua. Berbagai generasi politik yang berbeda muncul. Ras dan gender juga menjadi pertimbangan. Ideologi yang diusung para capres sangat beragam. Perebutan tiket capres Republik dikenal tidak dapat ditebak dengan mudah. ”Apalagi, tidak ada kandidat yang memang menjadi pemimpin yang jelas dalam pertarungan di masing-masing negara bagian di AS,” sebut Maden.

Dalam pandangan Jack Pitney, profesor ilmu politik dari Claremont McKenna College, pertarungan terbuka akan intensif di tengah kampanye yang terbatas. Para capres harus meraih perhatian dan simpati dari pemilih dan mengonsolidasikan dukungan. ”Anda tidak dapat menyelesaikan berkompetisi tanpa dukungan uang dalam kampanye atau meraih dukungan super PAC (Komite Aksi Politik). Tanpa uang dan super PAS, kampanye capres tidak akan berjalan,” kata Pitney, dikutip Al Jazeera .

Beberapa capres sudah merangkuldonaturpolitik. Namun, para donor juga menunggu capres yang difavoritkan dan unggul dalam jajak pendapat. ”Pada kampanye kali ini, kita melihat banyak donor politik yang lebih banyak mendengarkan dan tidak memberikan sumbangan lebih awal,” kata Jon Fleischman, petinggi Partai Republik Negara Bagian California, kepada Los Angeles Times.

Sedangkan Jeb dikabarkan sudah menghimpun dana kampanye USD100 juta (Rp1,3 triliun). Dalam pidatonya di Miami, Jeb merepresentasikan dirinya sebagai seorang tokoh anti-Washington yang memiliki semangat melakukan perubahan. ”Kita akan mengambil alih Washington. Saya mengetahui kita bisa memperbaikinya karena kita pernah melakukannya,” ujar Jeb, dikutip AFP.

Jeb mengungkapkan, rakyat AS tidak butuh presiden yang selalu mencuri perhatian di antara para elite Washington. ”Warga AS membutuhkan presiden yang memiliki keinginan untuk menantang dan merusak budaya (buruk) di Washington,” katanya. Jeb juga mengaku siap memimpin AS. Dia juga berjanji melindungi pihak yang paling lemah di negaranya dan menghilangkan batas mobilitas masyarakat. Dalam video kampanye berjudul ”The Greatest Century”, Jeb menyampaikan pesan yang sangat optimistis.

”Saya menyaksikan sebuah negara besar pada abad terbesarnya dan saya siap memimpin,” ujarnya. Para pendukung Jeb mengungkap mereka ingin Jeb melepaskan diri dari keluarga Bush. Itu ditunjukkan dalam logo kampanye, ”Jeb 2016”, tanpa menyebutkan nama Bush. ”Saya pikir tantangan terberat Jeb adalah dia harus menjadi dirinya sendiri, bukan menjual ayah atau kakaknya,” kata Fran Hancock, 64, dikutip Reuters.

Pengumuman capres Jeb itu dihadiri ibunya, Barbara Bush, 90. Namun, mantan Presiden George H W Bush, ayahnya, dan George W Bush, kakaknya, tidak menghadiri acara tersebut. Kedua pemimpin itu meninggalkan Gedung Putih dengan tingkat popularitas yang sangat rendah. Legasi yang ditinggalkan kakak Jeb adalah invasi Irak dan krisis keuangan. Jeb memang populer di kalangan pendukung Republik, tapi bukan di rakyat AS.

”Kita sudah melihat apa yang dilakukan mantan Presiden George W Bush di mana ekonomi AS mengalami kehancuran,” kritik Kepala Komite Nasional Demokrat Debbie Wasserman Schultz. Dia memprediksi Jeb akan menghancurkan AS dua kali lebih parah dibanding kakaknya.

Andika hendra m
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6251 seconds (0.1#10.140)