Ring Satu Presiden Perlu Dievaluasi
A
A
A
JAKARTA - Ketidak cermatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut proklamator RI Bung Karno lahir di Kota Blitar pada peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni lalu disayangkan banyak pihak.
Presiden dinilai perlu mengevaluasi pembantunya di ring satu Istana yang menyiapkan teks pidato. ”Ketidak cermatan ini fatal, apalagidilakukanPresiden. Perlu ada evaluasi besar-besaran terhadap lingkaran satu Presiden atas kekeliruan ini,” kata Direktur Eksekutif Political Communication (Polcomm) Institute Heri Budianto di Jakarta kemarin.
Dalam pidatonya Presiden menyebutkan bahwa Bung Karno lahir di Blitar, padahal sejarah mencatat sang proklamator lahir di Kota Surabaya. Akibat kekeliruan tersebut, Presiden Jokowi menjadi bahan perbincangan di media sosial (medsos). Ini untuk ketiga kalinya Presiden mendapat sorotan publik di medsos.
Sebelumnya, publik juga menyoroti Jokowi saat mengomentarilatarbelakangkeluarnya peraturan presiden (perpres) mengenai uang muka mobil pejabat. Setelah perpres tersebut diprotes keras publik, Jokowi menyalahkan pembantunya dan menyatakan bahwa dirinya tidak harus membaca semua naskah sebelum bertanda tangan.
Blunder kedua yang membuat Presiden di-bully publik di medsos adalah pidato pada acara peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA). Dalam pidatonya, Presiden Jokowi menyinggung soal utang RI di IMF. Pidato tersebut dikoreksi Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) karena menilai Indonesia sudah tidak berutang ke IMF.
Untuk diketahui, Pidato Jokowi yang disampaikan dalam rangkaian peringatan hari lahir Pancasila di Kota Blitar, Jawa Timur, Senin (1/6), kini sudah diunggah di situs jejaring sosial YouTube. Dalam video itu, Jokowi membacakan naskah pidato yang mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok Soekarno.
”Setiap kali saya berada di Blitar, kota kelahiran proklamator kita, Bapak Bangsa kita, Bung Karno, hati saya selalu bergetar,” kata Jokowi. Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan, kesalahan penyebutan tempat kelahiran Bung Karno bisa jadi memang hanya kesalahan teknis, bukan karena ketidaktahuan.”Mudah-mudahan ini kepeleset lidah. Kalau memang tidak tahu, ya, kebangetan,” katanya.
Rahmat sahid
Presiden dinilai perlu mengevaluasi pembantunya di ring satu Istana yang menyiapkan teks pidato. ”Ketidak cermatan ini fatal, apalagidilakukanPresiden. Perlu ada evaluasi besar-besaran terhadap lingkaran satu Presiden atas kekeliruan ini,” kata Direktur Eksekutif Political Communication (Polcomm) Institute Heri Budianto di Jakarta kemarin.
Dalam pidatonya Presiden menyebutkan bahwa Bung Karno lahir di Blitar, padahal sejarah mencatat sang proklamator lahir di Kota Surabaya. Akibat kekeliruan tersebut, Presiden Jokowi menjadi bahan perbincangan di media sosial (medsos). Ini untuk ketiga kalinya Presiden mendapat sorotan publik di medsos.
Sebelumnya, publik juga menyoroti Jokowi saat mengomentarilatarbelakangkeluarnya peraturan presiden (perpres) mengenai uang muka mobil pejabat. Setelah perpres tersebut diprotes keras publik, Jokowi menyalahkan pembantunya dan menyatakan bahwa dirinya tidak harus membaca semua naskah sebelum bertanda tangan.
Blunder kedua yang membuat Presiden di-bully publik di medsos adalah pidato pada acara peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA). Dalam pidatonya, Presiden Jokowi menyinggung soal utang RI di IMF. Pidato tersebut dikoreksi Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) karena menilai Indonesia sudah tidak berutang ke IMF.
Untuk diketahui, Pidato Jokowi yang disampaikan dalam rangkaian peringatan hari lahir Pancasila di Kota Blitar, Jawa Timur, Senin (1/6), kini sudah diunggah di situs jejaring sosial YouTube. Dalam video itu, Jokowi membacakan naskah pidato yang mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok Soekarno.
”Setiap kali saya berada di Blitar, kota kelahiran proklamator kita, Bapak Bangsa kita, Bung Karno, hati saya selalu bergetar,” kata Jokowi. Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan, kesalahan penyebutan tempat kelahiran Bung Karno bisa jadi memang hanya kesalahan teknis, bukan karena ketidaktahuan.”Mudah-mudahan ini kepeleset lidah. Kalau memang tidak tahu, ya, kebangetan,” katanya.
Rahmat sahid
(bhr)