Megawati Ingin Peristiwa 27 Juli Difilmkan
A
A
A
Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri tak kuasa menahan tangis saat berpidato pada acara peresmian Kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta, Senin (1/6) siang.
Presiden RI kelima tersebut meneteskan air mata saat bercerita tentang sejarah gedung tersebut. Sambil sesekali menyeka air matanya dengan tisu, putri proklamator Indonesia Bung Karno itu mengisahkan peristiwa kelam pada 27 Juli 1996 yang terjadi di gedung yang dulunya adalah Kantor PDI tersebut. ”Waktu itu ada penyerangan, padahal kita tidak mau melakukan pemberontakan.
Banyak korban, anak-anak kita, yang mungkin sampai saat ini belum ditemukan,” kata Megawati dengan suara terbata. Gedung yang kini berlantai tujuh tersebut memang menjadi saksi bisu sejarah perjalanan partai ini sejak era Orde Baru hingga Era Reformasi. Peristiwa tak terlupakan terjadi pada Sabtu, 27 Juli, saat berlangsung pengambilalihan secara paksa Kantor DPP PDI yang dikuasai pendukung Megawati.
Penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi yang saat itu menjabat sebagai ketua umum versi Kongres PDI Medan. Peristiwa saat itu meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta, beberapa kendaraan dan gedung terbakar. Hampir 19 tahun setelah kejadian itu, DPP PDIP kembali menjadikan gedung tersebut sebagai pusat segala kegiatan kepartaian.
Gedung tersebut kini menjadi lebih megah setelah dibangun kembali dengan menghabiskan anggaran Rp42,6 miliar. Bagi PDIP, peresmian kantor DPP baru tersebut terasa lebih istimewa karena bertepatan dengan hari lahir Pancasila, 1 Juni. Pemilihan tanggal ini bukan tanpa alasan. PDIP telah menetapkan Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi partai.
Megawati menceritakan, sebelum pada akhirnya memutuskan membangun kantor itu, dirinya lama menganalisis dan mempertimbangkannya. Alasannya, di tempat tersebut ada sejarah perjalanan partai yang diwarnai peristiwa berdarah. Megawati menyebut kasus 27 Juli tersebut sebagai utang. Untuk itu, demi mengenang peristiwa yang pernah terjadi, dia mengaku telah meminta kepada putranya yang kini menjadi ketua DPP PDIP Bidang Ekonomi Kreatif Prananda Prabowo untuk membuatkan film.
Menurutnya, kasus tersebut sangat menggugah rasa kemanusiaan sehingga pesannya perlu disebarluaskan. ”Saya sudah bicara sama Prananda, tolong dokumentasinya dicoba cari, saya ingin juga melalui kesekjenan agar menyebarkan siapa mereka yang mungkin punya foto yang bisa diberikan kepada DPP untuk nantinya bisa jadi arsip, dokumentasi, kalau kita pengin buat film tersebut,” ungkapnya.
Saat menceritakan peristiwa itulah Megawati beberapa kali terisak dan mengusap air matanya. Megawati juga mengungkapkan, di samping Kantor PDI lama, Kantor DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sudah dibangun dan cukup megah. ”Saya berpikir, kapan ya saya punya. Saya pernah diundang ke sana, saya terkagum-kagum, kok bisa ya parpol buat gedung yang bagus,” ujarnya.
Karena itu, Megawati pada akhirnya memutuskan untuk menyetujui pembangunan Kantor DPP PDIP di tempat Kantor PDI. Selain terkait dengan sejarah kasus 27 Juli, dalam pidato peresmian kantor, Megawati juga mengaku mendapatkan kejutan karena sejak awal tidak mengetahui bagaimana konstruksi kantor tersebut.
Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan, kantor baru DPP PDIP ini sedianya mulai dibangun pada awal 2014. Namun karena alasan izin pembangunan, akhirnya diundur dan penarikan tali tiang pancangnya baru dilakukan 16 Mei 2014. ”Anggaran pembangunannya berasal dari iuran internal kader PDIP selama lima tahun,” katanya. Kantor baru DPP PDIP ini terdiri atas tujuh lantai, yakni lima ke atas dan dua ke bawah. Lima lantai ke atas untuk kantor PDIP dan dua lantai bawah tanah untuk lahan parkir.
RAHMAT SAHID
Jakarta
Presiden RI kelima tersebut meneteskan air mata saat bercerita tentang sejarah gedung tersebut. Sambil sesekali menyeka air matanya dengan tisu, putri proklamator Indonesia Bung Karno itu mengisahkan peristiwa kelam pada 27 Juli 1996 yang terjadi di gedung yang dulunya adalah Kantor PDI tersebut. ”Waktu itu ada penyerangan, padahal kita tidak mau melakukan pemberontakan.
Banyak korban, anak-anak kita, yang mungkin sampai saat ini belum ditemukan,” kata Megawati dengan suara terbata. Gedung yang kini berlantai tujuh tersebut memang menjadi saksi bisu sejarah perjalanan partai ini sejak era Orde Baru hingga Era Reformasi. Peristiwa tak terlupakan terjadi pada Sabtu, 27 Juli, saat berlangsung pengambilalihan secara paksa Kantor DPP PDI yang dikuasai pendukung Megawati.
Penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi yang saat itu menjabat sebagai ketua umum versi Kongres PDI Medan. Peristiwa saat itu meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta, beberapa kendaraan dan gedung terbakar. Hampir 19 tahun setelah kejadian itu, DPP PDIP kembali menjadikan gedung tersebut sebagai pusat segala kegiatan kepartaian.
Gedung tersebut kini menjadi lebih megah setelah dibangun kembali dengan menghabiskan anggaran Rp42,6 miliar. Bagi PDIP, peresmian kantor DPP baru tersebut terasa lebih istimewa karena bertepatan dengan hari lahir Pancasila, 1 Juni. Pemilihan tanggal ini bukan tanpa alasan. PDIP telah menetapkan Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi partai.
Megawati menceritakan, sebelum pada akhirnya memutuskan membangun kantor itu, dirinya lama menganalisis dan mempertimbangkannya. Alasannya, di tempat tersebut ada sejarah perjalanan partai yang diwarnai peristiwa berdarah. Megawati menyebut kasus 27 Juli tersebut sebagai utang. Untuk itu, demi mengenang peristiwa yang pernah terjadi, dia mengaku telah meminta kepada putranya yang kini menjadi ketua DPP PDIP Bidang Ekonomi Kreatif Prananda Prabowo untuk membuatkan film.
Menurutnya, kasus tersebut sangat menggugah rasa kemanusiaan sehingga pesannya perlu disebarluaskan. ”Saya sudah bicara sama Prananda, tolong dokumentasinya dicoba cari, saya ingin juga melalui kesekjenan agar menyebarkan siapa mereka yang mungkin punya foto yang bisa diberikan kepada DPP untuk nantinya bisa jadi arsip, dokumentasi, kalau kita pengin buat film tersebut,” ungkapnya.
Saat menceritakan peristiwa itulah Megawati beberapa kali terisak dan mengusap air matanya. Megawati juga mengungkapkan, di samping Kantor PDI lama, Kantor DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sudah dibangun dan cukup megah. ”Saya berpikir, kapan ya saya punya. Saya pernah diundang ke sana, saya terkagum-kagum, kok bisa ya parpol buat gedung yang bagus,” ujarnya.
Karena itu, Megawati pada akhirnya memutuskan untuk menyetujui pembangunan Kantor DPP PDIP di tempat Kantor PDI. Selain terkait dengan sejarah kasus 27 Juli, dalam pidato peresmian kantor, Megawati juga mengaku mendapatkan kejutan karena sejak awal tidak mengetahui bagaimana konstruksi kantor tersebut.
Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan, kantor baru DPP PDIP ini sedianya mulai dibangun pada awal 2014. Namun karena alasan izin pembangunan, akhirnya diundur dan penarikan tali tiang pancangnya baru dilakukan 16 Mei 2014. ”Anggaran pembangunannya berasal dari iuran internal kader PDIP selama lima tahun,” katanya. Kantor baru DPP PDIP ini terdiri atas tujuh lantai, yakni lima ke atas dan dua ke bawah. Lima lantai ke atas untuk kantor PDIP dan dua lantai bawah tanah untuk lahan parkir.
RAHMAT SAHID
Jakarta
(bbg)