Sepuluh Warga Korsel Terjangkit Virus MERS
A
A
A
JENEWA - Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan 10 warga negara Korea Selatan (Korsel) terinfeksi virus MERS (Middle East Respiratory Syndrome) yang ditularkan melalui wisatawan yang baru pulang dari Timur Tengah.
Dalam konferensi pers di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss,kemarin, disebutkanbahwa tidak mudah terjadi penularan MERS dari manusia ke manusia, kecuali jika ada kontak yang cukup dekat. WHO juga tidak merekomendasikan untuk dilakukan pemeriksaan terhadap penumpang di bandara Korsel, larangan perjalanan atau pembatasan perdagangan dengan Korsel karena wabah ini.
”Virus ini menyerang langsung dan tidak menularkan dari manusia ke manusia secara berkelanjutan. Para penderita yang tertular ini terhubung pada kasus sama yakni seseorang yang baru kembali dari Timur Tengah,” ucap Juru Bicara WHO Christian Lindmeier dilansir Channel News Asia. Setelah dilakukan pelacakan terhadap asal pembawa virus ini, mengarah kepada seorang pria berusia 68 tahun yang dinyatakan positif terjangkit MERS pada 20 Mei setelah kembali dari Arab Saudi. Mereka yang terjangkit virus MERS saat ini sedang dalam pemeriksaan medis di rumah sakit Korsel.
Mereka ditempatkan dalam ruang karantina, termasuk wisatawan yang terinfeksi dari kerabat dan para pekerja medis. Sebelum kembali ke Korsel, mereka yang terinfeksi sempat transit di Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi. Pejabat Kementerian Kesehatan Korsel mengatakan, kasus MERS baru ini termasuk seorang perawat berusia 30 tahun yang bekerja di rumah sakit, tempat di mana kasus pertama ditemukan, dan seorang pria berusia 56 tahun yang saat itu sedang menjalani perawatan karena penyakit lain.
Terpisah, seorang pria Korsel berusia 44 tahun yang berkunjung ke China melalui Hong Kong pada minggu ini juga dinyatakan positif terjangkit virus MERS. ”Dia kemudian ditempatkan di ruang isolasi rumah sakit di Huizhou, Provinsi Guangdong, China. Kami memahami kondisinya dalam keadaan stabil dan mendapat perawatan baik,” ucap Lindmeier.
Dia mengatakan, otoritas Hong Kong sedang melacak orang–orang yang melakukan kontak dengan pria asal Korsel ini. ”Berdasarkan bukti yang dikumpulkan hari ini (kemarin), virus ini tidak mudah berpindah dari satu orang ke lainnya, kecuali terjadi kontak yang cukup dekat,” sambung Lindmeier. Jumlah kasus MERS di seluruh dunia saat ini mencapai 1.135 kasus dan telah dikonfirmasi lewat pemeriksaan laboratorium. Angka ini termasuk 427 kasus yang berujung kematian. Virus yang mulai menyebar sejak September 2012 ini hingga kini belum ditemukan obat ataupun vaksinnya.
MERS dianggap sebagai virus mematikan yang mempunyai efek penularan rendah. Virus ini juga disebut sebagai ”saudara” virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang mewabah di Asia pada 2003 silam. Saat itu SARS menewaskan ratusan orang, sebagian besar di China. Kementerian Kesehatan Korsel mengatakan, virus ini kemungkinan tidak akan menyebar luas karena mereka yang melakukan kontak dengan pasien pertama telah diisolasi. Tingkat kematian penyakit ini mencapai 30–40% dengan masa inkubasi antara 2–4 hari.
”Persentase kematian 40% merupakan angka yang cukup tinggi,” ucap Choi Jun-yong, profesor ahli penyakit infeksi dari Rumah Sakit Severance, seperti dilansir Reuters. ”Jika terinfeksi, dalam kebanyakan kasus dibutuhkan perawatan dengan bantuan pernapasan jika pasien sampai mengalami kegagalan pernapasan,” sambung Choi.
Sementara itu, tim internasional dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan ahli kesehatan hewan diterbangkan ke Arab Saudi untuk menginvestigasi peningkatan penyakit MERS. Peningkatan tersebut sangat tajam sehingga menimbulkan kekhawatiran. Salah satu anggota tim, Fadela Chaib, dari WHO mengatakan Februari 2015 ada 50 kasus infeksi MERS baru di Arab.
Jumlah tersebut merupakan kasus infeksi terbanyak sejak virus pertama kali muncul pada 2012. ”Kami sangat waspada terhadap peningkatan kasus ini,” ujar Chaib.
arvin
Dalam konferensi pers di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss,kemarin, disebutkanbahwa tidak mudah terjadi penularan MERS dari manusia ke manusia, kecuali jika ada kontak yang cukup dekat. WHO juga tidak merekomendasikan untuk dilakukan pemeriksaan terhadap penumpang di bandara Korsel, larangan perjalanan atau pembatasan perdagangan dengan Korsel karena wabah ini.
”Virus ini menyerang langsung dan tidak menularkan dari manusia ke manusia secara berkelanjutan. Para penderita yang tertular ini terhubung pada kasus sama yakni seseorang yang baru kembali dari Timur Tengah,” ucap Juru Bicara WHO Christian Lindmeier dilansir Channel News Asia. Setelah dilakukan pelacakan terhadap asal pembawa virus ini, mengarah kepada seorang pria berusia 68 tahun yang dinyatakan positif terjangkit MERS pada 20 Mei setelah kembali dari Arab Saudi. Mereka yang terjangkit virus MERS saat ini sedang dalam pemeriksaan medis di rumah sakit Korsel.
Mereka ditempatkan dalam ruang karantina, termasuk wisatawan yang terinfeksi dari kerabat dan para pekerja medis. Sebelum kembali ke Korsel, mereka yang terinfeksi sempat transit di Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi. Pejabat Kementerian Kesehatan Korsel mengatakan, kasus MERS baru ini termasuk seorang perawat berusia 30 tahun yang bekerja di rumah sakit, tempat di mana kasus pertama ditemukan, dan seorang pria berusia 56 tahun yang saat itu sedang menjalani perawatan karena penyakit lain.
Terpisah, seorang pria Korsel berusia 44 tahun yang berkunjung ke China melalui Hong Kong pada minggu ini juga dinyatakan positif terjangkit virus MERS. ”Dia kemudian ditempatkan di ruang isolasi rumah sakit di Huizhou, Provinsi Guangdong, China. Kami memahami kondisinya dalam keadaan stabil dan mendapat perawatan baik,” ucap Lindmeier.
Dia mengatakan, otoritas Hong Kong sedang melacak orang–orang yang melakukan kontak dengan pria asal Korsel ini. ”Berdasarkan bukti yang dikumpulkan hari ini (kemarin), virus ini tidak mudah berpindah dari satu orang ke lainnya, kecuali terjadi kontak yang cukup dekat,” sambung Lindmeier. Jumlah kasus MERS di seluruh dunia saat ini mencapai 1.135 kasus dan telah dikonfirmasi lewat pemeriksaan laboratorium. Angka ini termasuk 427 kasus yang berujung kematian. Virus yang mulai menyebar sejak September 2012 ini hingga kini belum ditemukan obat ataupun vaksinnya.
MERS dianggap sebagai virus mematikan yang mempunyai efek penularan rendah. Virus ini juga disebut sebagai ”saudara” virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang mewabah di Asia pada 2003 silam. Saat itu SARS menewaskan ratusan orang, sebagian besar di China. Kementerian Kesehatan Korsel mengatakan, virus ini kemungkinan tidak akan menyebar luas karena mereka yang melakukan kontak dengan pasien pertama telah diisolasi. Tingkat kematian penyakit ini mencapai 30–40% dengan masa inkubasi antara 2–4 hari.
”Persentase kematian 40% merupakan angka yang cukup tinggi,” ucap Choi Jun-yong, profesor ahli penyakit infeksi dari Rumah Sakit Severance, seperti dilansir Reuters. ”Jika terinfeksi, dalam kebanyakan kasus dibutuhkan perawatan dengan bantuan pernapasan jika pasien sampai mengalami kegagalan pernapasan,” sambung Choi.
Sementara itu, tim internasional dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan ahli kesehatan hewan diterbangkan ke Arab Saudi untuk menginvestigasi peningkatan penyakit MERS. Peningkatan tersebut sangat tajam sehingga menimbulkan kekhawatiran. Salah satu anggota tim, Fadela Chaib, dari WHO mengatakan Februari 2015 ada 50 kasus infeksi MERS baru di Arab.
Jumlah tersebut merupakan kasus infeksi terbanyak sejak virus pertama kali muncul pada 2012. ”Kami sangat waspada terhadap peningkatan kasus ini,” ujar Chaib.
arvin
(ars)