Ribuan Data Wajib Pajak AS Dibobol Hacker

Kamis, 28 Mei 2015 - 11:50 WIB
Ribuan Data Wajib Pajak...
Ribuan Data Wajib Pajak AS Dibobol Hacker
A A A
WASHINGTON - Peretas (hacker) berhasil membobol data 100.000 wajib pajak di Amerika Serikat (AS) selama empat bulan lamanya. Pencurian data itu memicu kekhawatiran pemerintah dan warga AS.

Komisioner Internal Revenue Service (IRS) John Koskinen mengatakan, 200.000 kali upaya peretas berlangsung sejak Februari hingga Mei tahun ini. ”Hanya 100.000 kali peretasan yang berhasil,” ungkapnya dikutip Reuters. Data yang diretas adalah informasi penting, seperti tanggal kelahiran, alamat, dan nomor jaminan sosial. Koskinen enggan berkomentar mengenai siapa peretas yang berhasil meretas sistem komputer IRS.

Namun, dia menjamin penyidikan kriminal sedang dilakukan. ”Kita saya percaya kalau kita bukan amatir. Peretasan ini dilakukan sindikat kejahatan terorganisasi. Bukan hanya kita yang menjadi korban, seluruh industri keuangan di AS pun menghadapinya,” katanya. Para peretas sistem online-nya, ”Get Transcript” yang membuat para pengguna melihat semua laporan pajak.

Koskinen menjamin, layanan ”Get Transcript” adalah sebuah sistem komputer terpisah dan berbeda dengan sistem yang menangani kewajiban pajak online jutaan rakyat AS setiap tahun. ”Sistem pajak kita tetap aman,” jaminnya. Selain peretasan data wajib pajak, IRS juga mendeteksi munculnya tagihan pajak palsu. Pada 2013, IRS membayar tagihan pajak palsu ini sebesar USD5,8 juta (Rp76,6 miliar).

”80% kasus tagihan palsu itu terkait penjahat yang canggih yang telah mengakses data dalam jumlah besar,” ujar Koskinen. IRS mengirimkan surat pemberitahuan kepada para wajib pajak yang menjadi korban penipuan dan sebagai gantinya menawarkan pemantauan kredit tanpa biaya. ”Selama periode pengembalian pajak ini, para wajib pajak yang telah mengunduh secara aman aplikasi sejumlah 23 juta orang,” ucap seorang sumber di IRS.

Sementara itu, Eric Chiu, seorang pakar keamanan komputer, mengatakan bahwa para peretas memburuk data pribadi dan informasi keuangan untuk dijual di pasar gelap. ”Dampaknya, pencurian itu akan mengganggu pelanggan,” katanya dikutip New York Times.

Arvin
(bbg)
Berita Terkait
Rakyat Myanmar Siap...
Rakyat Myanmar Siap Laksanakan Pemilihan Umum Minggu Ini
Polisi Italia Sita 6,6...
Polisi Italia Sita 6,6 Ton Ganja dalam Kapal Pesiar Bendera Amerika
Film Horor hingga Superhero,...
Film Horor hingga Superhero, 5 Film Indonesia Go International
Netanyahu Sebut Akan...
Netanyahu Sebut Akan Caplok 30% Wilayah Tepi Barat ke Israel
Masjid Al-Aqsa Kembali...
Masjid Al-Aqsa Kembali Dibuka Setelah Hampir 3 Bulan Ditutup
Pesawat Pakistan Jatuh,...
Pesawat Pakistan Jatuh, Kemlu Sebut Sementara Tidak Ada Korban WNI
Berita Terkini
Pidato Mendagri di Qatar...
Pidato Mendagri di Qatar Soroti Peran Non State Actors dalam Stabilitas Keamanan Global
53 menit yang lalu
Nestapa Pekerja Indonesia,...
Nestapa Pekerja Indonesia, Saksikan di One On One Bersama Immanuel Ebenezer Besok Malam
1 jam yang lalu
Peringati Hari Buruh,...
Peringati Hari Buruh, Sarbumusi Soroti Meningkatnya PHK dan Pengangguran
1 jam yang lalu
Jelang Waisak, Ratusan...
Jelang Waisak, Ratusan Umat Buddha Ikuti Upacara Wisudhi Trisarana
3 jam yang lalu
May Day Depan DPR, Sing...
May Day Depan DPR, Sing Along Massa Bareng The Jansen Disambut Water Cannon Polisi
3 jam yang lalu
Saksikan Malam Ini di...
Saksikan Malam Ini di INTERUPSI Satgas PHK: Harapan & Realita Bersama Ariyo Ardi, Anisha Dasuki, dan Narasumber Kredibel di Bidangnya, Live di iNews
4 jam yang lalu
Infografis
Jet Tempur F/A-18 AS...
Jet Tempur F/A-18 AS Seharga Rp1 Triliun Hilang di Laut Merah
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved