Bangun Perusahaan Hasil Meretas Komputer Sekolah

Selasa, 19 Mei 2015 - 10:53 WIB
Bangun Perusahaan Hasil...
Bangun Perusahaan Hasil Meretas Komputer Sekolah
A A A
Tidak banyak orang yang bisa sukses menjadi miliarder karena perilaku nakalnya ketika masih duduk di bangku sekolah, namun Jack Cator adalah pengecualian.

Siapa sangka, kenakalan yang dilakukan Cator pada 10 tahun silam, tepatnya pada 2005 saat dia masih berusia 16 tahun ketika dia mencoba membobol jaringan komputer di sekolahnya, justru membawanya menjadi miliarder muda. Saat itu peraturan di sekolahnya di Norfolk, Inggris Timur, melarang semua siswa untuk mengakses situs musik dan permainan.

Hal tersebut membuat Cator kesal dan semakin penasaran untuk selalu mencari cara meretas sistem jaringan komputer di sekolah tersebut. Pengetahuannya yang mumpuni di bidang pemrograman membuat Cator mudah meretas sistem tersebut. ”Saya pikir akan menyenangkan untuk membobol filter sekolah,” ujar pria berusia 26 tahun ini, dikutip BBC .

Untuk membajak sistem jaringan komputer sekolah, dia menggunakan website yang bisa mengenali sidik jari digital komputer melalui server jarak jauh, biasanya berada di luar negeri. Cara tersebut memungkinkan pengguna untuk berselancar di internet secara pribadi dengan tidak dikenal namanya. Situs seperti itu disebut virtual private network (VPN).

Dengan cara ini, komputer sekolah yang dia gunakan bisa dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas sekaligus menonton video musik favoritnya. Meski sudah dapat memuaskan rasa penasarannya untuk meretas sistem jaringan komputer di sekolahnya, dia kecewa dengan penyedia VPN. Menurutnya, VPN yang sering dia gunakan terlalu rumit dan dipenuhi iklan.

Cator pun memutuskan untuk membuat VPN sendiri sesuai keinginannya. Ini menjadi awal langkahnya menjadi miliarder di usianya yang kini baru 26 tahun. Cator membangun perusahaan VPN yang diberi nama HMA (Hide My Ass ). Kini HMA menjadi salah satu perusahaan VPN terbesar di dunia tanpa sokongan dana dari investor luar.

AVG, perusahaan perangkat lunak global, lantas tertarik untuk membeli HMA. AVG adalah perusahaan yang memiliki lebih dari dua juta pelanggan dengan omzet tahunan sebesar 11 miliar pounds (sekitar Rp270 triliun) dengan keuntungan tahunan lebih dari 2 juta pounds (Rp41 miliar). Sejak masih duduk di bangku sekolah dan mulai bereksperimen menjadi peretas, Cator sudah paham bagaimana dia akan menghasilkan keuntungan dari internet.

Dia pun menyadari HMA bisa sukses secara komersial. Karena itu, dia terus bekerja keras dan tidak berhenti untuk selalu mempromosikan website HMA di forum internet untuk mencari buzz yang dapat mengiklankan perusahaan miliknya. Menurutnya, pendapatan yang didapat HMA adalah hasil dari apa yang dia sebut ”affiliate marketing ”.

Dalam istilah sederhana, HMA mendapat komisi dari website ritel setiap kali seseorang membeli suatu barang dengan melalui akses HMA. Dalam sebulan, HMA memiliki ratusan ribu pengguna di seluruh dunia dengan penghasilan mencapai 15.000 pounds (Rp310 juta) per tahun.

”Saya sangat terkejut HMA melesat begitu cepat. Saya tidak pernah menulis sebuah rencana bisnis apa pun. Saya merasa baru saja meluncurkan situs di suatu sore. Tapi, ketika orang berpikir itu baik, mereka akan menggunakannya,” ucapnya terkejut.

Dengan bisnis ini, Cator tentu memiliki banyak uang dan melanjutkan pendidikan di bidang komputer di sebuah perguruan tinggi di Norwich. Namun, pada 2009 dia memutuskan untuk keluar agar bisa fokus menjalankan HMA. Dia kemudian menambahkan layanan berbayar yang kini sudah memiliki lebih dari 200.000 pelanggan.

Jumlah itu di luar 2 juta pelanggan yang sudah lebih dulu menggunakan versi gratis. Awalnya Cator hanya mempekerjakan karyawan freelance . Saat ini, Cator memiliki 100 karyawan dan terus mengalami peningkatan setiap tahun.

Ananda Nararya
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0730 seconds (0.1#10.140)