Mi Selera Rumahan nan Menggoda
A
A
A
Pencinta mi di Surabaya kini dimanjakan dengan hadirnya kafe bersegmen anak muda, Noodle +. Mi besutan kafe ini memiliki tekstur lembut dan cita rasa gurih yang berbeda karena dibuat secara rumahan alias home made. Ditambah kuah pangsit, rasanya semakin sempurna sehingga lidah enggan berhenti bergoyang.
Sang pemilik kafe, Ruchita Permatasari, menuturkan bahwa mi pangsit yang ada di tempatnya selalu dicari pelanggan karena memiliki kekhasan rasa tersendiri. Apalagi, tersedia pula pilihan rasa pedas bagi mereka yang suka dengan cita rasa yang membakar lidah. Sebagai pelengkap, tersedia taburan ayam tepung yang sudah dipotong kecil-kecil.
Ayam tepung ini digoreng garing agar memberi sensasi renyah saat disantap bersama mi. Jika tidak suka dengan ayam tepung, pelanggan bisa mencicipi mi ayam jamur yang rasanya tidak kalah sedap. Sebab, semua olahan di sini sengaja disesuaikan dengan selera rumahan.
”Biasanya kankalau mi ayam atau mi pangsit memang memakai ayam. Cuma, ayamnya kadang ada yang diberi bumbu, ada pula yang puredaging ayam. Kalau kami berbeda. Justru daging ayam kami dipotong kecil, lalu dibalut dengan tepung, baru digoreng. Jadi, rasanya semakin nikmat saat disantap bersama mi. Selain itu, untuk garnish, kami juga menambahkan jamur kuping dan sayuran,” terang perempuan yang akrab disapa Chita ini.
Saat KORAN SINDO berkunjung ke kafe ini, aneka olahan mi tersedia dalam berbagai bentuk. Semisal ifoemietelur puyuh, bakmi pedas, bakso, dan masih banyak lagi. Ifoemie memang bukan jenis panganan baru. Hanya, komposisi bumbu yang digunakan di sini sedikit berbeda sehingga menghasilkan rasa yang lebih cocok di lidah masyarakat, khususnya warga Jawa Timur.
Chita menjelaskan, meski menu andalannya adalah olahan mi, kafe ini tetap menyediakan aneka menu lain seperti nasi goreng ayam pedas, penyetan bebek dan ayam, serta ada pula camilan seperti lumpia goreng. Soal rasa, kafe ini patut diacungi jempol karena mampu menghadirkan taste khas masakan rumah, sehingga anak muda maupun kalangan dewasa tertarik menghabiskan waktu sambil makan di tempat ini.
Rata-rata menu per porsi diberi banderol harga sekitar Rp20.000-an. Cukup murah bukan? Keunikan lain kafe dua lantai ini terletak pada desainnya. Kafe dibuat beruang- ruang dan tiap ruang memiliki desain yang berbeda. Di tiap sudut ruangan juga terpampang hiasan berupa benda-benda kuno, seperti patung maupun lukisan. Kafe ini memiliki tiga ruang VIP yang memiliki konsep desain berbeda.
Salah satunya ruang VIP berkonsep pecinan yang di sekelilingnya dipenuhi bendabenda khas peranakan Tionghoa, ada porselen dan keramik. ”Saya mempunyai ide untuk membuat kafe yang penuh nuansa kuno, karena memang ingin membangun suasana makan yang tidak biasa. Ada kesan tersendiri ketika makan di tempat kami.
Selain itu, untuk menambah pengetahuan bagi para pengunjung. Mungkin belum ada yang tahu tentang wayang, maka bisa melihat secara sekilas mengenai cerita pewayangan dari lukisan yang kami pajang, dan masih ada banyak lagi benda kuno yang bisa dijumpai di kafe ini,” pungkas Chita.
Mamik wijayanti
Sang pemilik kafe, Ruchita Permatasari, menuturkan bahwa mi pangsit yang ada di tempatnya selalu dicari pelanggan karena memiliki kekhasan rasa tersendiri. Apalagi, tersedia pula pilihan rasa pedas bagi mereka yang suka dengan cita rasa yang membakar lidah. Sebagai pelengkap, tersedia taburan ayam tepung yang sudah dipotong kecil-kecil.
Ayam tepung ini digoreng garing agar memberi sensasi renyah saat disantap bersama mi. Jika tidak suka dengan ayam tepung, pelanggan bisa mencicipi mi ayam jamur yang rasanya tidak kalah sedap. Sebab, semua olahan di sini sengaja disesuaikan dengan selera rumahan.
”Biasanya kankalau mi ayam atau mi pangsit memang memakai ayam. Cuma, ayamnya kadang ada yang diberi bumbu, ada pula yang puredaging ayam. Kalau kami berbeda. Justru daging ayam kami dipotong kecil, lalu dibalut dengan tepung, baru digoreng. Jadi, rasanya semakin nikmat saat disantap bersama mi. Selain itu, untuk garnish, kami juga menambahkan jamur kuping dan sayuran,” terang perempuan yang akrab disapa Chita ini.
Saat KORAN SINDO berkunjung ke kafe ini, aneka olahan mi tersedia dalam berbagai bentuk. Semisal ifoemietelur puyuh, bakmi pedas, bakso, dan masih banyak lagi. Ifoemie memang bukan jenis panganan baru. Hanya, komposisi bumbu yang digunakan di sini sedikit berbeda sehingga menghasilkan rasa yang lebih cocok di lidah masyarakat, khususnya warga Jawa Timur.
Chita menjelaskan, meski menu andalannya adalah olahan mi, kafe ini tetap menyediakan aneka menu lain seperti nasi goreng ayam pedas, penyetan bebek dan ayam, serta ada pula camilan seperti lumpia goreng. Soal rasa, kafe ini patut diacungi jempol karena mampu menghadirkan taste khas masakan rumah, sehingga anak muda maupun kalangan dewasa tertarik menghabiskan waktu sambil makan di tempat ini.
Rata-rata menu per porsi diberi banderol harga sekitar Rp20.000-an. Cukup murah bukan? Keunikan lain kafe dua lantai ini terletak pada desainnya. Kafe dibuat beruang- ruang dan tiap ruang memiliki desain yang berbeda. Di tiap sudut ruangan juga terpampang hiasan berupa benda-benda kuno, seperti patung maupun lukisan. Kafe ini memiliki tiga ruang VIP yang memiliki konsep desain berbeda.
Salah satunya ruang VIP berkonsep pecinan yang di sekelilingnya dipenuhi bendabenda khas peranakan Tionghoa, ada porselen dan keramik. ”Saya mempunyai ide untuk membuat kafe yang penuh nuansa kuno, karena memang ingin membangun suasana makan yang tidak biasa. Ada kesan tersendiri ketika makan di tempat kami.
Selain itu, untuk menambah pengetahuan bagi para pengunjung. Mungkin belum ada yang tahu tentang wayang, maka bisa melihat secara sekilas mengenai cerita pewayangan dari lukisan yang kami pajang, dan masih ada banyak lagi benda kuno yang bisa dijumpai di kafe ini,” pungkas Chita.
Mamik wijayanti
(bbg)