Pertapaan Lamanabi, wisata rohani di ujung Flores Timur

Senin, 16 Desember 2013 - 14:44 WIB
Pertapaan Lamanabi,...
Pertapaan Lamanabi, wisata rohani di ujung Flores Timur
A A A
Sindonews.com - Lamanabi, sebuah desa kecil di ujung timur Pulau Flores mungkin belum banyak diketahui orang. Tempat yang jauh dari Larantuka, ibukota Kabupaten Flores Timur ini, kini menjadi pilihan peziarah yang hendak mencari jalan sunyi.

Perkampungan Lamanabi letaknya di Kecamatan Tanjung Bunga-Kabupaten Flores Timur. Dengan cukup menyebutkan Tanjung Bunga, orang sudah bisa membayangkan tentang kampung-kampung kecil yang berada di ujung timur pulau Flores walau tidak harus tahu persis kampung apa saja yang ada di sana.

Memang, mengetahui persis kampung yang ada di sana itu merupakan satu pekerjaan tersendiri lantaran banyaknya kampung dengan jarak yang berjauhan. Jalan menuju Lamanabi dan kampung-kampung di Tanjung Bunga masih dalam kondisi seadanya, sekalipun di sisi kiri-kanan jalan, alam selalu memanjakan mata dengan pemandangan bukit dan lembah nan indah yang diselingi dengan padang.

Tanjung Bunga, alamnya, penduduk dan geografis wilayah ini, sungguh membawa ingatan orang pada pada klasi-klasi kapal yang meramaikan lintasan perdagangan nusantara tempo dulu. Tempat-tempat yang banyak teluknya ini, dulunya menjadi tempat berlabuhnya kapal yang menunggu berakhirnya badai laut musim barat.

Namun, seriring perkembangan pusat-pusat kota yang baru, Tanjung Bunga pun ditinggalkan. Pada 1995 sebuah Komunitas Pertapaan Trapis memilih Lamanabi untuk membangun biaranya. Alamnya sendiri sudah terlampau bagus untuk sebuah kesunyiaan yang dicari para pertapa. Semasa hidup Frans Seda, beliau sudah dua kali mengunjungi tempat ini.

Sebagaimana diketahui Biara trapis dikenal dengan rahib-rahib pertapaannya. Biara Trappist yang dikenal dengan ordo OCSO (Ordo Cisterciensis Strictioris Obsevantiae) dikenal orang sejak adanya gerakan hidup kerahiban sekitar permulaan abad IV di padang gurun Mesir sekitar sungai Nil. Di Indonesia, orang lebih mengenal dengan pertapaan Rawaseneng, Jawa Tengah.

Sebagai tempat-tempat perziarahan, lambat laun Lamanabi memiliki daya tarik tersendiri karena mampu memberikan makna hidup baru bagi peziarah yang datang. Berada di Lamanabi, tinggal dalam komunitas Pertapaan Para Rahib Biara Trappist sungguh yang dirasakan adalah keheningan dan kedamaian.

Ziarah hidup adalah perjalanan hidup menuju diri sendiri. Dengan kesunyian yang ada dalam biara juga dengan ritme waktu yang diisi dengan doa, semakin membuat mereka yang ke sana mengenal dan menemukan diri sekaligus mengakrabkan diri dengan Sang Khalik, Pencipta dan Pemilik Kehidupan. Orang-orang yang ke sana percaya akan mendapatkan mukjizat-mukjizat kalau dijalani penuh keyakinan iman.

Dengan kondisi jalan berrliku dan berbatuan, selalu membawa ingatan bagi peziarah bahwa berziarah bukan sebuah perjalanan biasa, bukan pula perjalanan rekreatif atau widya wisata biasa.

Namun sebuah bentuk perjalanan iman, widya wisata rohani penuh pemenungan batin. Komunitas Pertapaan Para Rahib Biara Trappist nun jauh di pedalaman Tanjung Bunga, kini telah menjadi perhatian para peziarah.

(Sumber: floresbangkit.com/Lukas Narek)
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0916 seconds (0.1#10.140)