Memahami Mereka yang Hidup dengan Bipolar

Sabtu, 30 Maret 2019 - 06:01 WIB
Memahami Mereka yang Hidup dengan Bipolar
Memahami Mereka yang Hidup dengan Bipolar
A A A
Afina Syifa Biladina
Penyintas Bipolar Disorder, Mahasiswi Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad 2017

TIDAK banyak orang tahu bahwa 30 Maret adalah Hari Bipolar Sedunia. Bahkan istilah Bipolar sendiri masih terasa asing bagi banyak orang. Mungkin kita masih ingat kasus artis Marshanda menjadi viral di kalangan netizen karena bipolar. Tentu pada kenyataannya pengidap ini bukan hanya artis, bisa jadi keluarga atau tetangga di sekeliling kita. Mereka butuh perhatian kita.

Bipolar sebenarnya merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang populer. Angka kejadiannya cukup besar. WHO dalam laporannya tahun 2016 menyebut ada sekitar 60 juta orang pengidap gangguan bipolar ini. Kementerian Kesehatan menyebut ada kenaikan penderita gangguan mental emosional di Indonesia. Tahun 2013 sebesar 6% menjadi 9,8% dari jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil Riskesda 2018.

Bipolar adalah kondisi dimana psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrem berupa mania dan depresi. Suasana hati penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu, gembira (mania) dan sedih (depresi) yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti.

Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik dan suasana hati yang buruk. Namun bagi pengidap bipolar memiliki ayunan perasaan (mood swings) yang ekstrem dengan pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap gangguan bipolar bisa merasa sangat antusias dan bersemangat (mania). Saat suasana hatinya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri.

Sekarang, lambat laun masyarakat yang mulai membicarakan tentang kesehatan mental. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan mental merupakan status kesejahteraan dimana setiap orang dapat menyadari kemampuan dirinya, dapat mengatasi berbagai tekanan dalam kehidupannya, bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi positif kepada lingkungan sekitar.

Satu sisi stres, sedih, marah, kesal, takut adalah hal yang normal dialami oleh semua orang sebagai respons terhadap tekanan dalam kehidupannya. Seseorang tentu biasa mempunyai konflik dengan keluarga, teman, pasangan. Atau marah ketika tidak mendapatkan sesuatu yang di inginkan, stres dalam mengerjakan tugas dan lain-lain.

Bagi pengidap bipolar, perasaan tersebut (sedih, marah, kecewa dan lain-lain) sampai mengganggu kehidupan sehari-hari. Karena muncul dengan jangka waktu yang lama kemudian memengaruhi bagaimana kita berpikir, bagaimana kita menjalankan aktivitas, menjalankan kehidupan di sekolah, kantor atau dalam suatu hubungan.

Ada sesuatu yang secara serius harus kita perhatikan dan membutuhkan bantuan profesional, seperti psikolog dan psikiater. Hal-hal yang yang mengganggu seperti yang disebutkan tadi bisa menjadi ciri-ciri mental health issues.

Dan itulah yang terjadi pada saya. Satu tahun yang lalu, saya berada di kelas bersama semua teman. Tetapi tiba-tiba, saya merasa takut karena saya pikir, mereka pikir saya ingin mereka mati. Saya sangat takut pada waktu itu.
Jadi, saya pulang dan mengisolasi diri selama tiga hari. Saya menangis tetapi tidak tahu alasan mengapa begitu sedih. Saya merasa tidak berharga, tidak berguna, tidak ada harga diri dan tidak ada kepercayaan diri.
Yang saya ingat pada waktu itu saya hanya terkulai. Saya tidak ingin makan, tidak bisa tidur sepanjang malam, yang ingin saya lakukan adalah menangis, menangis dan menangis. Setiap episode depresi datang kepada saya.

Rasanya semua orang membenci saya. Tidak ada yang mencintai saya. Saya merasa tidak bahagia, merasa tidak berharga dan tidak berguna. Saya benar-benar tidak enak badan. Dalam kondisi seperti itu sering muncul keinginan untuk mengakhiri hidup atau menyakiti diri sendiri.

Dalam kondisi lain, saya merasa sebaliknya. Saya berada pada episode yang luar biasa gembiranya. Saya merasakan begitu banyak energi dan saya bahagia tetapi merasa terlalu bahagia. Rasanya seperti saya bahagia tetapi terlalu bahagia dan saya sangat sedih tapi terlalu sedih. Orang dengan bipolar disorder mengalami perubahan suasana hati yang tidak biasa.

Karena itulah kemudian saya berpikir: “Wow, ada yang salah dengan saya”. Kondisi seperti itu benar-benar menghancurkan hidup saya dan saya benar-benar ingin tahu apa yang terjadi pada saya.

Saya sadar, saya harus bertanya ke profesional untuk mengetahui ada apa dengan saya sebenarnya. Lalu saya datang ke psikolog. Saya beritahu semua yang saya alami dan rasakan selama ini. Saya merasa lega karena telah menyampaikan semua yang saya pendam dan saya sembunyikan selama ini. Psikolog menyampaikan bahwa saya mengalami bipolar disorder, yang dikenal juga sebagai manik depresif

Ketika saya didiagnosa, saat itu, saya sangat bingung dan takut. Saya tidak tahu harus berbuat apa? Saya sangat takut dengan stigma masalah kesehatan mental di sekitar kita, stereotip, prasangka, dan diskriminasi. Bagaimana dengan keluarga saya? Bagaimana dengan teman-teman saya? Apakah mereka akan meninggalkan saya?

Setelah saya didiagnosis, saya berusaha memberi pengertian pada keluarga saya. Ayah saya yang pertama kali memahami kondisi ini. Saya juga sangat takut untuk berbicara kepada teman-teman, walaupun sebenarnya saya benar-benar ingin memberi tahu mereka.

Karena pengalaman itulah kemudian saya lama berpikir. “Hei, ini memang benar-benar kondisi sakit. Dan selain saya pasti banyak orang yang menderita dan mengalami apa yang terjadi pada saya. Tetapi mereka tidak menyadarinya. Bahkan takut untuk bicara pada siapa pun karena lingkungan masih mempunyai stigma yang salah terhadap bipolar mapun kesehatan mental”.

Tetapi saya berpikir “hei ini benar-benar sakit, saya percaya bahwa ada begitu banyak orang di luar sana yang memiliki masalah yang sama seperti saya. tetapi mereka tidak menyadari hal ini dan mereka takut untuk berbicara karena stigma di sekitar kita”.

Sejak itulah saya rajin membuat video tentang diri saya dan bicara tentang bipolar di media sosial. Saya juga beri tahu semua orang bahwa saya hidup dengan gangguan bipolar dan saya ingin mereka merasa mereka tidak sendirian dan kita akan menghadapinya bersama.

Setelah saya berbicara di Instagram saya. Saya mendapat pesan dari seorang gadis remaja dan pesannya adalah "hei afina, tadi malam saya hampir bunuh diri tetapi saya tidak melakukannya karena saya melihat posting media sosial Anda".

Waw, saya sangat senang, gangguan bipolar saya telah menyelamatkan nyawa orang lain. Ini berarti bahwa gangguan bipolar saya bukan kelemahan, itu menjadi kekuatan saya. Jadi saya menyadari ada sisi positif dari gangguan bipolar saya.

Saya dapat membantu orang yang memiliki masalah yang sama seperti saya, dan memberi tahu mereka bahwa mereka tidak sendirian sehingga mereka tidak perlu khawatir dan takut. Saya dapat berbagi dengan orang lain tentang kesehatan mental. Saya dapat membantu mematahkan stigma kesehatan mental juga.

Anda tahu, kesehatan mental sangat penting bagi kami. Kesehatan mental memengaruhi kita sebagai remaja seperti mengerjakan pekerjaan rumah, sekolah dan sebagainya. Ada begitu banyak remaja dan orang dewasa yang mencoba bunuh diri, melukai diri sendiri dan tidak produktif karena masalah kesehatan mental ini. Tapi sayangnya, itu masih sangat stigma dan tabu untuk dibicarakan. jadi, banyak dari kita mungkin tidak menyadari kondisi kesehatan mental kita

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk meningkatkan kesadaran ini?. Pertama, pengertian, kita harus mengerti apa itu kesehatan mental. Jika kita tahu apa itu kesehatan mental, kita akan tahu bagaimana menghadapi diri sendiri dan memahami masalah orang lain. dan tentu saja kita akan tahu bagaimana memperlakukan mereka dengan lebih baik

Kedua, berbagi, bagikan pengetahuan Anda sendiri tentang kesehatan mental kepada keluarga, teman, komunitas Anda dan terutama ke media sosial. Karena saat ini hampir semua orang memiliki media sosial, sehingga banyak orang dapat memperoleh manfaat dari Anda berbagi.

Tetapi yang paling penting adalah “ketika Anda memiliki kesadaran akan kesehatan mental ini. Jadi, Anda bisa membantu diri sendiri kemudian membantu orang lain”. Tulisan ini saya persembahkan untuk pejuang bipolar disorder yang ada di dunia ini, terutama yang ada di Indonesia. Selamat Hari Bipolar Sedunia!
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4516 seconds (0.1#10.140)