Buka Pembelajaran Tatap Muka, Kemenag: Pesantren Taat Protokol Covid-19

Rabu, 05 Agustus 2020 - 06:53 WIB
loading...
Buka Pembelajaran Tatap Muka, Kemenag: Pesantren Taat Protokol Covid-19
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama mengungkapkan pesantren-pesantren yang sudah membuka pembelajaran tatap muka menerapkan protokol kesehatan. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pembukaan pesantren di masa pandemi Covid-19 perlu mendapatkan perhatian lebih. Pola pendidikan berupa asrama berpotensi menjadi titik penyebaran virus Sars Cov-II.

Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama (PD Pontren Kemenag) mengungkapkan pesantren-pesantren yang sudah membuka pembelajaran tatap muka menerapkan protokol kesehatan. “Secara umum, pesantren sangat taat dengan aturan. Kalaupun menghadirkan santri ke pondok, saya lihat dengan mata sendiri dilakukan bertahap,” ujarnya Direktur Direktur PD Pontren Waryono kepada SINDOnews, Selasa (4/8/2020). (Baca juga: Mitigasi Penanganan COVID-19 di Lingkungan Pesantren)

Di pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang, kedatangan para santri diatur dan tidak sekaligus. Para pengelola memeriksa suhu tubuh dan menyediakan wastafel untuk cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. “Pesantren sudah melaksanakan instruksi protokol kesehatan dari negara. Pesantren juga membentuk gugus tugas,” ucap mantan Wakil Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta itu. (Baca juga: Rentan Jadi Penyebaran COVID-19, Pemerintah: Hati-hati Pembukaan Pesantren)

Waryono mengakui pembukaan pesantren ini menghadapi dilema. Di satu sisi, tidak semua pesantren memiliki infrastruktur yang memadai untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Sementara itu, untuk menggelar pembelajaran daring juga sulit. Terlebih bagi pesantren yang sebagian besar berada di desa. Pembelajaran daring malah menambah beban bagi para orang tua karena harus membeli kuota internet. selain itu, dianggap belum berhasil dan efektif, serta memenuhi sasaran meskipun target sudah diturunkan.

“Jadi dilemanya itu banyak. Di Jawa Timur sendiri per 19 Juli 2020, dari 8.000 pesantren baru 2.000 yang buka. Yang lainnya belum membuka dan belum tentu daring. Persoalan lain, santri-santri banyak dari desa,” ucapnya. Fahmi Bahtiar
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1074 seconds (0.1#10.140)