Mantan Anggota DPR dari PPP Ini Ungkap Alasan Hadirnya Masyumi Reborn
A
A
A
JAKARTA - Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) akan dibangkitkan kembali lewat Masyumi Reborn. Salah satu inisiatornya adalah Ahmad Yani yang pernah menjadi anggota DPR RI dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Menurut Yani, salah satu faktor yang mendorong Masyumi Reborn adalah hasil Pemilu 2019. Dia mengungkapkan, tidak ada partai politik yang berbasiskan atau berasaskan Islam memperoleh 30 persen suara.
Di samping itu, dia mengungkapkan masih banyak Islam politik yang merasa belum tertampungkan dengan partai-partai politik berbasiskan Islam maupun yang berazaskan Islam. "Artinya masih banyak lagi ruang betul untuk keinginan daya tampung ini dengan lahirnya partai baru ini, kita coba juga sosialisasi responsnya hampir seluruh Indonesia responsnya luar biasa memberikan dukungan itu," ujar Ahmad Yani saat dihubungi SINDOnews, Rabu (4/3/2020).
Dia mengatakan, banyak partai Islam yang muncul pascatumbangnya rezim Orde Baru. "Dalam perjalanan waktu, banyak yang berguguran, tinggal sekarang hanya tiga, PPP, PKS dengan PBB," katanya. (Baca Juga: Partai Era Presiden Soekarno Diwacanakan Bakal Lahir Kembali).
Sedangkan yang masuk parlemen saat ini, kata dia, hanya Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). "PPP pun nyaris tidak masuk parlemen, ditambah dengan partai yang berbasiskan Islam, PKB dan PAN," tutur Caleg PBB di Pemilu 2019 ini.
"Melihat fenomena itu, kawan-kawan mencoba untuk melihat, merespons, apalagi generasi milenial sekarang ini kan agak jengah dengan kehadiran partai-partai politik sekarang ini yang dianggap pragmatis, faksional, apalagi melihat hasil pilpres ini," ujarnya.
Dia mengatakan, Masyumi Reborn juga banyak menampung kelompok emak-emak. "Dengan diskusi yang cukup panjang, kita roadshow ke mana-mana, ke tokoh-tokoh ulama dan kiai-kiai, maka kehadiran Partai Islam Masyumi," katanya.
Dia mengungkapkan, Masyumi adalah partai yang pernah berjaya era Soekarno. Walaupun, perolehan kursi Masyumi saat itu masih kalah dengan Partai Nasional Indonesia (PNI). "Tapi dalam proses di daerah pemilihan, Masyumi lebih banyak memenangkan daripada PNI saat itu," ungkapnya.
Dia mengungkapkan, Masyumi memiliki sejarah yang gemilang, bukan hanya untuk partai itu, namun juga untuk Indonesia. "Oleh karena itulah, dengan kesadaran itu, dengan dorongan itu kita ingin mereborn kembali, reborn itu lahir kembali. Yang kedua, reborn itu mengikat kembali," katanya.
Kemudian, reborn yang dimaksud meluruskan politik yang pragmatis dan faksional ke politik ideologis yang penuh dengan nilai-nilai yang pernah ada. "Bukan berarti tidak pernah ada. Perpolitikan Indonesia yang bagus itu pernah ada, cuma hilang. Kita untuk mencoba untuk mengembalikan hal-hal seperti itu," pungkasnya.
Diketahui, di media sosial kini beredar kabar tentang munculnya Masyumi Reborn. Masyumi Reborn memanggil generasi muda Islam supaya bersama-sama berdakwah di jalur politik, untuk mewujudkan kejayaan umat, agama, dan negara. Terkait Masyumi Reborn ini, sudah terbentuk Panitia Persiapan Pendirian Partai Islam Ideologis (P-411). (Baca Juga: Din Syamsuddin Usulkan Partai Politik Islam Tunggal).
Menurut Yani, salah satu faktor yang mendorong Masyumi Reborn adalah hasil Pemilu 2019. Dia mengungkapkan, tidak ada partai politik yang berbasiskan atau berasaskan Islam memperoleh 30 persen suara.
Di samping itu, dia mengungkapkan masih banyak Islam politik yang merasa belum tertampungkan dengan partai-partai politik berbasiskan Islam maupun yang berazaskan Islam. "Artinya masih banyak lagi ruang betul untuk keinginan daya tampung ini dengan lahirnya partai baru ini, kita coba juga sosialisasi responsnya hampir seluruh Indonesia responsnya luar biasa memberikan dukungan itu," ujar Ahmad Yani saat dihubungi SINDOnews, Rabu (4/3/2020).
Dia mengatakan, banyak partai Islam yang muncul pascatumbangnya rezim Orde Baru. "Dalam perjalanan waktu, banyak yang berguguran, tinggal sekarang hanya tiga, PPP, PKS dengan PBB," katanya. (Baca Juga: Partai Era Presiden Soekarno Diwacanakan Bakal Lahir Kembali).
Sedangkan yang masuk parlemen saat ini, kata dia, hanya Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). "PPP pun nyaris tidak masuk parlemen, ditambah dengan partai yang berbasiskan Islam, PKB dan PAN," tutur Caleg PBB di Pemilu 2019 ini.
"Melihat fenomena itu, kawan-kawan mencoba untuk melihat, merespons, apalagi generasi milenial sekarang ini kan agak jengah dengan kehadiran partai-partai politik sekarang ini yang dianggap pragmatis, faksional, apalagi melihat hasil pilpres ini," ujarnya.
Dia mengatakan, Masyumi Reborn juga banyak menampung kelompok emak-emak. "Dengan diskusi yang cukup panjang, kita roadshow ke mana-mana, ke tokoh-tokoh ulama dan kiai-kiai, maka kehadiran Partai Islam Masyumi," katanya.
Dia mengungkapkan, Masyumi adalah partai yang pernah berjaya era Soekarno. Walaupun, perolehan kursi Masyumi saat itu masih kalah dengan Partai Nasional Indonesia (PNI). "Tapi dalam proses di daerah pemilihan, Masyumi lebih banyak memenangkan daripada PNI saat itu," ungkapnya.
Dia mengungkapkan, Masyumi memiliki sejarah yang gemilang, bukan hanya untuk partai itu, namun juga untuk Indonesia. "Oleh karena itulah, dengan kesadaran itu, dengan dorongan itu kita ingin mereborn kembali, reborn itu lahir kembali. Yang kedua, reborn itu mengikat kembali," katanya.
Kemudian, reborn yang dimaksud meluruskan politik yang pragmatis dan faksional ke politik ideologis yang penuh dengan nilai-nilai yang pernah ada. "Bukan berarti tidak pernah ada. Perpolitikan Indonesia yang bagus itu pernah ada, cuma hilang. Kita untuk mencoba untuk mengembalikan hal-hal seperti itu," pungkasnya.
Diketahui, di media sosial kini beredar kabar tentang munculnya Masyumi Reborn. Masyumi Reborn memanggil generasi muda Islam supaya bersama-sama berdakwah di jalur politik, untuk mewujudkan kejayaan umat, agama, dan negara. Terkait Masyumi Reborn ini, sudah terbentuk Panitia Persiapan Pendirian Partai Islam Ideologis (P-411). (Baca Juga: Din Syamsuddin Usulkan Partai Politik Islam Tunggal).
(zik)