Simak, Begini Cara Pencegahan Virus Corona Menurut ACT
A
A
A
JAKARTA - Aksi Cepat Tanggap (ACT) memberikan bantuan 10 ribu box masker pada WNI yang ada di Hongkong dan Macau. Selain itu, ACT pun membagikan cara untuk menghindari terjangkitnya virus corona.
"Untuk pencegahan Corona paling utama ada dua perspektif, untuk daerah endemis atau di daerah KLB (Kejadian Luar Biasa) seperti China dan Hong Kong yang sudah ada kasus kematiannya," ujar Manager Community Health Program ACT, Dr Muhammad Riedha pada wartawan, Kamis (6/2/2020).
Adapun di daerah Endemis, kata dia, salah satu cara yang dilakukan dengan isolasi, seperti di Hong Kong yang sudah ada kasus kematiannya, contohnya dengan tidak keluar rumah. Apalagi, seseorang tak tahu apa saja yang beredar di sekeliling selain debu.
"Paling utama itu personal Hygiene atau selalu rajin cuci tangan, bila diperlukan pakai masker. Berbeda di Tiongkok, di sana diwajibkan menggunakan N95 karena itu kan endemis sekali yah, ada 21 ribu kasus yang dilaporkan di China," tuturnya.
Sedangkan di daerah bukan endemis, yang belum ada laporan penyebaran virus Corona, seperti Indonesia, paparnya, pencegahan bisa dilakukan dengan rajin mencuci tangan dan menggunakan masker meskipun produk biasa. Sebab, itu semua dilakukan untuk membatasi penyebaran penyakit.
Dia menerangkan, novel Coronavirus atau 2019-nCoV itu secara linguistik berarti baru dan segala sesuatu yang baru dalam dunia kedokteran harus diinvestigasi lantaran belum ada pengobatannya dan belum ada rute pasti penyebarannya. Adapun Coronavirus itu sejauh ini masih berupa dugaan saja yang asalnya dari pasar ikan di Wuhan.
Sebabnya, kasus itu pertama kali terjadi pada orang-orang yang bekerja di Pasar ikan itu. Coronavirus pun merupakan penyakit Zoonosis yang berarti penularannya berasal dari hewan, penyakit itu lantas ditularkan ke manusia dan kembali ditularkan ke manusia.
Virus itu, jelasnya, membutuhkan tempat untuk bermutasi atau pereplikasi dan mutasi itulah yang benar-benar dicemaskan. Sebabnya, berdasarkan data epidomiologi ditemukan rasio kalau penyebarannya Coronavirus itu mencapai 2,2. Artinya, satu orang yang terinfeksi Coronavirus bisa menularkan pada dua orang atau lebih lainnya.
"Jadi, secara rasio itu lebih tinggi dari tingkat infeksi flu musiman, yang mana flu musiman hanya mencapai 1,5 saja. Meskipun angka kematiannya lebih rendah dari SARS, ini bukan berarti tak berbahaya karena saat dia sudah menetap di paru-paru, bisa menyebabkan sesak nafas, pneumonia hingga gagal pernafasan," jelasnya.
Sedangkan terkait penyebarannya, bebernya, sejauh ini diketahui melalui droplet sebagaimana penyakit saluran pernapasan lainnya, seperti influensa maupun brongkritis, yang mana ditularkan lewat droplet, batuk, ataupun bersin. ACT pun sudah melakukan aksi pencegahan terkait penyebaran coronavirus itu di Indonesia.
"ACT pun sudah melakukan aksi, sehari usai deklarasi WHO tentang emergency ini kita lakukan aksi di Bandara Soetta, kita edukasi Coronavirus pada penumpang domestik dan Internasional, kita juga distribusikan 2.000 masker, kita eduaksi tentang teknik cuci tangan dan etika batuk serta bersin," imbuhnya.
Sementara itu, Staff Global Philanthropy Network, Desi Arisanti menjabarkan, berdasarkan informasi yang diterima ACT ketersediaan masker, tisu, dan lainnya di Hong Kong dan Makau sangatlah langka. Saking langkanya, ada pula yang sampai mencuci masker bedah agar bisa dipakai kembali.
"Swalayan di Hongkony pun stok masker selalu kosong, masyarakat harus antre berjam-jam sampai beberapa hari untuk masker, itu pun belum tentu dapat. Kepanikan pun terjadi di Hongkong saat ada satu kasus kematian," terangnya.
Dia menambahkan, adapun WNI yang bekerja sebagai TKI dan TKW pun mengalami kesulitan untuk mendapatkan masker pula mengingat majikannya juga kesakitan mencukupi kebutuhan keluarga pula. Bahkan, kepanikan masyatakat di Hong Kong lebih parah dibandingkan saat terjadinya virus SARS pada 27 tahun silam.
"Untuk pencegahan Corona paling utama ada dua perspektif, untuk daerah endemis atau di daerah KLB (Kejadian Luar Biasa) seperti China dan Hong Kong yang sudah ada kasus kematiannya," ujar Manager Community Health Program ACT, Dr Muhammad Riedha pada wartawan, Kamis (6/2/2020).
Adapun di daerah Endemis, kata dia, salah satu cara yang dilakukan dengan isolasi, seperti di Hong Kong yang sudah ada kasus kematiannya, contohnya dengan tidak keluar rumah. Apalagi, seseorang tak tahu apa saja yang beredar di sekeliling selain debu.
"Paling utama itu personal Hygiene atau selalu rajin cuci tangan, bila diperlukan pakai masker. Berbeda di Tiongkok, di sana diwajibkan menggunakan N95 karena itu kan endemis sekali yah, ada 21 ribu kasus yang dilaporkan di China," tuturnya.
Sedangkan di daerah bukan endemis, yang belum ada laporan penyebaran virus Corona, seperti Indonesia, paparnya, pencegahan bisa dilakukan dengan rajin mencuci tangan dan menggunakan masker meskipun produk biasa. Sebab, itu semua dilakukan untuk membatasi penyebaran penyakit.
Dia menerangkan, novel Coronavirus atau 2019-nCoV itu secara linguistik berarti baru dan segala sesuatu yang baru dalam dunia kedokteran harus diinvestigasi lantaran belum ada pengobatannya dan belum ada rute pasti penyebarannya. Adapun Coronavirus itu sejauh ini masih berupa dugaan saja yang asalnya dari pasar ikan di Wuhan.
Sebabnya, kasus itu pertama kali terjadi pada orang-orang yang bekerja di Pasar ikan itu. Coronavirus pun merupakan penyakit Zoonosis yang berarti penularannya berasal dari hewan, penyakit itu lantas ditularkan ke manusia dan kembali ditularkan ke manusia.
Virus itu, jelasnya, membutuhkan tempat untuk bermutasi atau pereplikasi dan mutasi itulah yang benar-benar dicemaskan. Sebabnya, berdasarkan data epidomiologi ditemukan rasio kalau penyebarannya Coronavirus itu mencapai 2,2. Artinya, satu orang yang terinfeksi Coronavirus bisa menularkan pada dua orang atau lebih lainnya.
"Jadi, secara rasio itu lebih tinggi dari tingkat infeksi flu musiman, yang mana flu musiman hanya mencapai 1,5 saja. Meskipun angka kematiannya lebih rendah dari SARS, ini bukan berarti tak berbahaya karena saat dia sudah menetap di paru-paru, bisa menyebabkan sesak nafas, pneumonia hingga gagal pernafasan," jelasnya.
Sedangkan terkait penyebarannya, bebernya, sejauh ini diketahui melalui droplet sebagaimana penyakit saluran pernapasan lainnya, seperti influensa maupun brongkritis, yang mana ditularkan lewat droplet, batuk, ataupun bersin. ACT pun sudah melakukan aksi pencegahan terkait penyebaran coronavirus itu di Indonesia.
"ACT pun sudah melakukan aksi, sehari usai deklarasi WHO tentang emergency ini kita lakukan aksi di Bandara Soetta, kita edukasi Coronavirus pada penumpang domestik dan Internasional, kita juga distribusikan 2.000 masker, kita eduaksi tentang teknik cuci tangan dan etika batuk serta bersin," imbuhnya.
Sementara itu, Staff Global Philanthropy Network, Desi Arisanti menjabarkan, berdasarkan informasi yang diterima ACT ketersediaan masker, tisu, dan lainnya di Hong Kong dan Makau sangatlah langka. Saking langkanya, ada pula yang sampai mencuci masker bedah agar bisa dipakai kembali.
"Swalayan di Hongkony pun stok masker selalu kosong, masyarakat harus antre berjam-jam sampai beberapa hari untuk masker, itu pun belum tentu dapat. Kepanikan pun terjadi di Hongkong saat ada satu kasus kematian," terangnya.
Dia menambahkan, adapun WNI yang bekerja sebagai TKI dan TKW pun mengalami kesulitan untuk mendapatkan masker pula mengingat majikannya juga kesakitan mencukupi kebutuhan keluarga pula. Bahkan, kepanikan masyatakat di Hong Kong lebih parah dibandingkan saat terjadinya virus SARS pada 27 tahun silam.
(kri)