Guru Besar IPB: Sekolah Vokasi Kunci Menuju SDM Unggul

Jum'at, 16 Agustus 2019 - 22:31 WIB
Guru Besar IPB: Sekolah Vokasi Kunci Menuju SDM Unggul
Guru Besar IPB: Sekolah Vokasi Kunci Menuju SDM Unggul
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa prioritas utamanya ke depan adalah peningkatan sumber daya manusia atau sumber daya insani (SDI). Salah satu pilar penting dalam merealisasikannya adalah peran sektor pendidikan tinggi.

Perguruan Tinggi (PT) memiliki peran sentral dalam hal bagaimana proses pendidikan, riset, dan transfer teknologi dilakukan untuk mendidik masyarakat, serta menghasilkan inovasi yang bisa meningkatkan daya saing dan kesejahteraan masyarakat.

Bisa dikatakan, kunci kemajuan suatu negara dapat dilihat dari inovasi-inovasi yang diciptakan anak bangsanya yang bekerja dan belajar di PT. Hal tersebut diungkapkan Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Yonny Koesmaryono.

Yonny mengatakan, sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-4 didunia, ternyata Indonesia baru memiliki angka partisipasi kasar (APK) masyarakat masuk ke Perguruan Tinggi sebesar 31,1 % dari penduduk rentang usia 19-23 tahun.

“Jumlah ini lebih rendah dibandingkan negara lain di Asia seperti Malaysia yang mencapai 38 %, Thailand, 54 %, Singapura 78 %, apalagi Korea Selatan yang sudah mencapai 98,2 %,” ujar dia melalui keterangan tertulisnya, Jumat (16/8/2019).

Yonny memaparkan, Indonesia yang saat ini sedang menghadapi bonus demografinya memiliki generasi muda usia produktif yang pastinya dahaga untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi. Di sisi lain, ada satu persoalan penting terkait keberadaan kampus di Tanah Air, yakni minimnya kampus vokasi yang memiliki kualitas memadai.

Padahal, pendidikan vokasi yang lebih menekankan keahlian dan ketrampilan sekaligus sangat diperlukan Indonesia agar bisa mengisi kebutuhan pembangunan.

“Berdasarkan data Kemenristekdikti tahun 2019, Indonesia memiliki sekitar 4.686 perguruan tinggi. Sebanyak 90 % lebih merupakan perguruan tinggi berbasis akademik (universitas, institut, sekolah tinggi). Sementara, kurang dari 10 persen perguruan tinggi vokasi,” jelas dia.

Yonny menyebut, masalah ini salah satunya terjadi lantaran pembangunan infrastruktur pendidikan untuk pendidikan vokasi yang belum mendapatkan prioritas, belum lagiminimnya jumlah dosen vokasi yang berkualitas.

“Oleh karena itu, untuk dapat bersaing di kancah global, perguruan tinggi di Indonesia harus memiliki rencana strategis. Arahnya pada upaya revitalisasi untuk menjadiagent of culture, knowledge,dantechnology transfersertaagent of digital economic development,” khususnya pada jenis pendidikan vokasi yang sangat dibutuhkan, beber dia.

Menurut Yonny, hal ini perlu dilakukan demi menjawab tantangan Revolusi Industry 4.0 yang berbasiscyber-physical systemsdan jaringan terintegrasi (internet of things) serta sistem cerdas (artificial inteligent).

Perguruan tinggi harus cepat mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan di era Revolusi Industry 4.0 ini. “Jadi, selain memiliki kompetensi keilmuan vokasi yang tinggi, lulusannya juga harus memiliki keterampilan non teknis, seperti problem solving, soft skills, system thinking, business thinking, dan technological thinking yang menjadi kebutuhan utama saat ini,” pungkasnya.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6308 seconds (0.1#10.140)