Menristekdikti: Inovasi di Perkuliahan Harus Ditingkatkan

Senin, 01 Juli 2019 - 06:59 WIB
Menristekdikti: Inovasi di Perkuliahan Harus Ditingkatkan
Menristekdikti: Inovasi di Perkuliahan Harus Ditingkatkan
A A A
JAKARTA - Di era Revolusi Industri 4.0, metode perkuliahan di perguruan tinggi Indonesia harus lebih inovatif, antara lain dengan penggunaan media digital, teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality, dan Artificial Intelligence (AI). Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, misalnya saja pada jurusan kedokteran semestinya bisa mengembangkan pembelajaran melalui video 3 Dimensi.

“Ini adalah satu contoh metode perkuliahaan yang dikembangkan oleh Universitas Pelita Harapan (UPH) khususnya di bidang kedokteran. Artinya, kuliah yang sudah menggunakan Artificial Intellingence (AI) atau kecerdasan buatan, kuliah yang sudah menggunakan Virtual Reality dan Augmented Reality (AR), ini harus kita dorong terus supaya mahasiswa mendapatkan proses pembelajaran yang sempurna,” ungkap Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir pada saat menyaksikan Visual Learning “The Amazing Human Brain and The Potential Catastrophe” di Jakarta.

Mantan rektor Universitas Diponegoro ini menambahkan, metode pembelajaran seperti ini bisa membuat mahasiswa tidak merasa kesulitan dalam menyerap materi yang sulit sekalipun dengan metode pembelajaran yang sangat sederhana. Guru besar akuntansi ini juga mengimbau kepada pimpinan perguruan tinggi lain untuk mulai bergerak melakukan metode pembelajaran yang baru dan inovatif ditengah perkembangan Revolusi Industri 4.0 yang sangat ini sedang kita hadapi.

“Saya rasa perguruan tinggi harus melakukannya, kalau kita tidak punya fasilitasnya karena biaya yang sangat tinggi, untuk itu saya selalu sampaikan untuk perguruan tinggi agar melakukan kolaborasi. Kalau tidak dengan kolaborasi rasanya itu akan sulit untuk dikembangkan,” tambah Nasir.

Dirinya juga mengatakan, Kemenristekdikti juga sudah menerbitkan peraturan kepada pimpinan perguruan tinggi untuk mengembangkan metode pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan memudahkan akses masyarakat untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.

Pada kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Kedokteran UPH Eka J. Wahjoepramono memaparkan kuliah 3 Dimensi (3D) yang mengangkat topik ‘Eksplorasi Kehebatan Otak Manusia Dan Penyakit Yang Mengancam’ yang menjelaskan kehebatan otak yang memiliki sistem kerja yang kompleks dan menakjubkan. Otak manusia terdiri dari 100 milyar sel neuron, yang masing-masing terdiri dari 10.000 jaringan penghubung.

"Sehingga otak kita yang beratnya sekitar 1,5 kg ini, terdiri dari 10 pangkat 15 jaringan neuron" papar Eka. Setiap saat, jika tidak digunakan/dimanfaatkan untuk beraktifitas, maka sel-sel otak tersebut satu per satu akan mengalami kerusakan yang bersifat permanen. Untuk mencegahnya, otak harus selalu diinduksi dengan membaca, berfikir, dan beraktifitas yang positif dan produktif.

Dalam kesempatan ini Eka juga menjelaskan berbagai kasus yang pernah ia tangani serta pemaparan penyebab dan beragam jenis penyakit yang menyebabkan kerusakan otak. Eka juga berbagi cara teknik bedah saraf yang ia lakukan dalam menangani kasus tersebut. Tentunya penjelasan dilengkapi dengan video 3D bedah saraf yang ia lakukan, sehingga para peserta seakan-akan menyaksikan secara langsung proses bedah saraf tersebut.

Dari seluruh kuliah umum ini, satu hal yang menjadi fokus bagi Eka mengapa kuliah ini menjadi begitu penting. Dalam kuliah umum tersebut Eka menegaskan 'Time is Brain', artinya jangan sampai terlambat, mengatasi terjadinya permasalahan yang ada di otak, contohnya Stroke.

Eka juga mengingatkan pentingnya melakukan check-up sejak dini di rumah sakit yang kompeten tentunya sangat penting, sehingga jika terjadi kelainan dapat ditangani sejak awal. Selain itu bagi semua calon dokter, kuliah umum ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan pengetahuan, tapi untuk memberi stimulus bagi para mahasiswa dapat mandiri untuk lebih meng-eksplorasi otak dan mampu menjadi dokter yang berkualitas.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9467 seconds (0.1#10.140)