PAUD untuk Mewujudkan Kemandirian Bangsa

Selasa, 30 April 2019 - 13:17 WIB
PAUD untuk Mewujudkan Kemandirian Bangsa
PAUD untuk Mewujudkan Kemandirian Bangsa
A A A
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Pendidikan Anak Usia Dini berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) untuk masa depan bangsa. Pembangunan sumber daya manusia yang dilaksanakan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan sebagainya, dimulai dengan pengembangan anak usia dini yang mencakup perawatan, pengasuhan dan pendidikan sebagai program utuh dan dilaksanakan secara terpadu.

Pentingnya Pendidikan PAUD

Di Indonesia pelaksanaan PAUD masih terkesan ekslusif dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat. Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini usia (0-6 tahun) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama, namun hingga tahun 2000 menunjukkan anak usia 0-6 tahun yang memperoleh layanan perawatan dan pendidikan masih rendah.

Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan usia dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut, terutama di desa-desa dengan kondisi tertinggal, terdepan dan terluar.

Berbagai program yang ada yang telah ditempuh selama ini pun belum memberikan layanan secara utuh, belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek gizi, kesehatan, pendidikan, perlindungan dan pengasuhan. Padahal kelima aspek tersebut sangat menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak.

Menurut Direktur Pendidikan PAUD Muhammad Hasbi pentingnya pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian dunia internasional. Dalam pertemuan yang berlangsung pada bulan September 2015 di Markas PBB, disepakati sebuah komitmen yang disebut 'Sustainable Development Goal (SDG)' di mana salah satu dari 17 tujuannya adalah menghadirkan layanan pendidikan yang berkualitas. Salah satu indikator dari layanan pendidikan berkualitas tersebut adalah tersedianya layanan pendidikan anak usia dini yang berkualitas, Inklusif dan berkesetaraan.

"Pada fase perkembangannya, anak usia dini akan memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, kemampuan visual dan kemampuan kognitif yang lebih tinggi sehingga pendidikan anak usia dini ini perlu mendapatkan perhatian yang cukup serius," ungkap Hasbi Senin (29/4/2019).

Ada empat pertimbangan pokok pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu: (1) pertimbangan transendental bahwa anak adalah titipan Tuhan yang harus kita rawat dengan sebaik-baiknya. (2) pertimbangan neurosains, dimana masa usia dini adalah masa dimana otak berkembang secara maksimal, demikian pula dengan kemampuan berbahasa, visual dan kognitif., (3) Pertimbangan ekonomi, dimana para ahli telah mempublikasikan hasil riset yang menunjukkan hasil konsisten bahwa investasi di bidang PAUD adalah investasi paling cerdas dan menguntungkan bagi sebuah bangsa.,

Selanjutnya, (4) pertimbangan akademik, di mana anak yang mengikuti PAUD minimal satu tahun sebelum jenjang pendidikan dasar, mempunyai prestasi akademik yang lebih baik, minimal dikelas awal (early grade). Disamping itu, angka mengulang dan angka drop out bagi mereka yang ikut PAUD cenderung lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak ikut PAUD.

Satu desa satu PAUD

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah gencar menyukseskan program satu desa satu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di seluruh pelosok Tanah Air.

Direktur Pembinaan PAUD Muhammad Hasbi mengungkapkan, bahwa angka satu desa satu PAUD berada di kisaran 75 persen. Itu berarti dari sejumlah 83 ribu desa yang ada di seluruh Indonesia, masih terdapat sekitar 20 ribu desa yang tidak memiliki akses PAUD, dan hanya 63 ribu yang telah memiliki akses minimal satu PAUD untuk setiap desa.

Kemendikbud terus bertekad untuk menyukseskan penuntasan PAUD melalui program Satu Desa Satu PAUD. Pemerintah Daerah diminta untuk mendukung penuh untuk pendirian PAUD di desa-desa yang belum memiliki PAUD.

Direktur Pembinaan PAUD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Mumammad Hasbi menegaskan, sebagai dasar pondasi pembangunan manusia berkualitas, PAUD akan berpengaruh pada penyediaan input pada jenjang pendidikan selanjutnya, baik di jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Hal ini karena PAUD adalah wadah dimana anak diharapkan memperoleh pendidikan karakterkeindonesiaan dan karakter yang harus dimiliki sebagai warga global Abad 21.

"Dengan pendidikan PAUD dapat memberikan kontribusi sumber daya manusia untuk membangun secara berkelanjutan kesehatan dan kesejahteraan manusia, lingkungan, dan ekonomi juga akan mempengaruhi kualitas kehidupan untuk menentukan generasi mendatang. Oleh karenanya, Pencanangan Penuntasan Ikut PAUD Minimal Satu Tahun Pra SD harus segera dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia," ungkap Hasbi.

Kedepannya pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah beserta masyarakat harus bisa menjamin anak perempuan dan laki-laki memiliki akses terhadap perkembangan dan pengasuhan anak usia dini, pengasuhan, pendidikan prasekolah dasar yang berkualitas, sehingga mereka siap untuk menempuh jenjang pendidikan selanjutnya.

Hasbi berharap, melalui berbagai dukungan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dapat berkomitmen secara nyata dan substantif untuk memajukan PAUD di daerahnya masing-masing.

Perkembangan anak usia dini

Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa memberikan pendidikan anak usia dini cukup dilakukan oleh orang dewasa yang tidak memerlukan pengetahuan tentang PAUD. Selain itu juga mereka menganggap PAUD tidak memerlukan profesionalisme. Pandangan tersebut adalah keliru.

Jika PAUD ingin dilakukan di rumah oleh ibu-ibu sendiri, maka ibu-ibu itu perlu belajar dan menambah pengetahuan tentang proses pembelajaran anak, misalnya dengan membaca buku, mengikuti ceramah atau seminar tentang PAUD melalui kelas-kelas orang tua.

Kenyataannya semakin banyak ibu-ibu bekerja di luar rumah, oleh karena itu haruslah orang yang menggantikan peran ibu tersebut memahami proses tumbuh kembang anak.

Pembelajaran pada anak usia dini adalah proses pembelajaran yang dilakukan melalui bermain. Ada lima karakteristik bermain yang esensial dalam hubungan dengan PAUD, yaitu meningkatkan motivasi, pilihan bebas (sendiri tanpa paksaan), non linier, menyenangkan dan pelaku terlibat secara aktif.

Bila salah satu kriteria bermain tidak terpenuhi misalnya guru mendominasi kelas dengan membuatkan contoh dan diberikan kepada anak maka proses belajar mengajar bukan lagi melalui bermain. Proses belajar mengajar seperti itu membuat guru tidak sensitif terhadap tingkat kesulitan yang dialami masing-masing anak.

Memahami perkembangan anak dapat dilakukan melalui interaksi dan interdependensi antara orangtua dan guru yang terus dilakukan agar penggalian potensi kecerdasan anak dapat optimal. Interaksi dilakukan dengan cara guru dan orang tua memahami perkembangan anak dan kemampuan dasar minimal yang perlu dimiliki anak. Yaitu musikal, kinestetik tubuh, logika matematika, linguistik, spasial, interpersonal dan intrapersonal, karena pada umumnya semua orang punya tujuh intelegensi itu, tentu bervariasi tingkat skalanya.

Anak adalah perwujudan cinta kasih orang dewasa yang siap atau tidak untuk menjadi orang tua. Memiliki anak, siap atau tidak, mengubah banyak hal dalam kehidupan, dan pada akhirnya mau atau tidak kita dituntut untuk siap menjadi orang tua yang harus dapat mempersiapkan anak-anak kita agar dapat menjalankan kehidupan masa depan mereka dengan baik.

Mengenal, mengetahui, memahami dunia anak memang bukan sesuatu yang mudah. Dunia yang penuh warna-warni, dunia yang segalanya indah, mudah, ceria, penuh cinta, penuh keajaiban dan penuh kejutan. Dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak anak namun dalam kepemilikanya banyak bergantung pada peranan orang tua. [sw]
(akn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0331 seconds (0.1#10.140)