115 Profesor Kelas Dunia Pacu Inovasi RI

Jum'at, 16 November 2018 - 07:55 WIB
115 Profesor Kelas Dunia Pacu Inovasi RI
115 Profesor Kelas Dunia Pacu Inovasi RI
A A A
JAKARTA - Pemerintah bekerja keras memacu budaya inovasi dan publikasi ilmiah di dunia pendidikan. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah dengan mengundang ratusan profesor berkelas dunia dalam program World Class Professor (WCP). Mereka akan diajak berkolaborasi dengan dosen dalam negeri untuk memperkuat inovasi dan publikasi jurnal ilmiah.

Program WCP sebenarnya sudah digelar beberapa tahun belakangan. Namun tahun ini Kemenristek Dikti mengundang jauh lebih banyak profesor daripada tahun sebelumnya, yakni 115 orang. Mereka datang dari 23 negara. Pada 2016 lalu pemerintah mengundang 40 profesor diaspora, pada 2017 lalu menggandeng 84 profesor.

Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti (SDID) Kemenristek Dikti Ali Ghu fron Mukti menjelaskan, profesor kelas dunia yang bergabung pada Program WCP kali ini tidak hanya berasal dari luar negeri, tetapi juga profesor dalam negeri yang berkelas dunia, bahkan para diaspora yang telah suk ses meniti karier di kampus terbaik dunia.

“Sehingga program ini bukan mengundang profesor asing, tetapi berkolaborasi bersama profesor kelas dunia untuk memperkuat inovasi dan publikasi,” katanya saat membuka Annual Seminar World Class Professor di Jakarta, kemarin.

Guru besar fakultas kedokteran UGM itu menjelaskan, selain publikasi, kementerian juga mendorong peningkatan jumlah sitasi, inovasi, dan hak paten. Oleh sebab itu penting bagi setiap universitas untuk terhubung dengan industri dan masyarakat. Lebih lanjut Program WCP juga diharapkan mampu menambah profesor hebat berkelas dunia asal Indonesia.

“Jumlah profesor sekarang sudah lumayan banyak dan diharapkan dengan program ini dapat memacu lektor untuk produktif sehingga bisa men jadi profesor," jelasnya. Untuk mengikuti Program WCP Ske ma A, profesor yang bersangkutan harus memiliki h-index Scopus lebih dari atau sama dengan 20.

Adapun untuk mengikuti Program WCP Skema B, profesor kelas dunia yang diundang harus memenuhi h-index Scopus lebih dari atau sama dengan 10. Peraih gelar honoris causa dari Coventry University itu menilai, artinya sebanyak 10% dari total profesor kelas dunia tersebut telah memenuhi h-index Scopus lebih dari 10.

Diketahui, h-index adalah indeks pengukuran produktivitas dan karya terbitan ilmuwan. Indeks ini didasarkan atas jumlah karya ilmiah dan jumlah sitasi dari publikasi lain. Dia mengungkapkan, pekerjaan rumah selanjutnya menambah dosen berkualifikasi S-3 yang masih 31.054 orang.

“Untuk jumlah publikasi tahun ini kita sudah nomor dua di ASEAN, di bawah Malaysia dengan 20.610 publikasi terindeks Scopus,” ungkapnya.

Sebelumnya Menristek Diskti Mohamad Nasir pernah mengatakan, WCP menjadi momentum untuk mendongkrak mutu pendidikan tinggi, termasuk jumlah publikasi Indonesia.

Pasalnya, selama 20 tahun terakhir jumlah publikasi ilmiah Indonesia selalu di bawah Thailand dan baru kali kini dapat menyalip sehingga dapat menduduki posisi ketiga di Asia Tenggara. Berikutnya dia menargetkan Indonesia bisa menyalip jumlah publikasi Malaysia dan Thailand.

Sebagai informasi, jumlah perguruan tinggi penyelenggara Program WCP tahun ini untuk Skema A sebanyak sembilan universitas yang terdiri atas delapan PTN, yakni UGM, UI, ITB, Unair, IPB, ITS, UPI dan Unsyiah dan satu PTS yakni UII.

Adapun untuk Program WCP Skema B, sebanyak 21 universitas yang terdiri atas 15 PTN dan 6 PTS ikut serta. Program WCP tahun ini bahkan melebihi target Kemenristek Dikti, yakni dari target 70 orang menjadi 115 orang. Dari jumlah tersebut, 67 orang mengikuti Skema A dan 48 orang mengikuti WCP Skema B.

Direktur Karier dan Kompetensi SDM Kemenristek Dikti Bunyamin Maftuh menegaskan, meskipun mengutamakan output berupa publikasi, Program WCP tidak memberikan hibah penelitian. Program WCP dikhususkan bagi mereka yang sudah selesai meneliti dan memiliki draf tulisan untuk publikasi di jurnal bereputasi.

"Trennya sekarang banyak dosen muda yang sudah doktor, memiliki semangat tinggi untuk menulis publikasi,” sebut Bunyamin.

Di antara profesor yang diundang adalah TM Indra Mahlia. Kehadirannya untuk berbagi pengetahuan mengenai risetnya perihal bahan bakar ekonomis untuk transportasi yang efisien.

Profesor Indra Mahlia sendiri merupakan salah satu diaspora yang saat ini mengajar di UTS Sydney. Sementara Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia (FRI) Asep Saefuddin menjelaskan, jika sekadar bertambahnya publikasi Indonesia di jurnal internasional selama dua tahun terakhir itu memang ada peningkatan signifikan.

“Namun seharusnya berdampak pada aplikasi penemuan riset untuk dunia industri, produktivitas pertanian, dan juga pertumbuhan industri berbasis pada kandungan lokal sebagai hasil riset-ri set tersebut,” ujar Rektor Universitas Al Azhar Indonesia itu. (Neneng Zubaidah)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1465 seconds (0.1#10.140)