Fadli Zon: Mundurnya Presiden Korsel, Peringatan bagi Penguasa

Sabtu, 11 Maret 2017 - 17:37 WIB
Fadli Zon: Mundurnya Presiden Korsel, Peringatan bagi Penguasa
Fadli Zon: Mundurnya Presiden Korsel, Peringatan bagi Penguasa
A A A
JAKARTA - Mahkamah Konstitusi Korea Selatan secara resmi mengukuhkan pemberhentian Presiden Korea Park Geun-Hye yang dimakzulkan parlemen. Atas keputusan ini, Park Geun-hye kemudian mundur dari jabatannya.

Park Geun-hey dimakzulkan parlemen karena dugaan keterlibatannya dalam skandal yang melibatkan teman dekatnya Choi Soon-sil. Choi telah didakwa dengan penyuapan dan korupsi karena diduga menekan perusahaan besar untuk memberikan uang sebagai imbalan untuk pemerintah.

Wakil Ketua DPR Fadli Zon menyatakan, bahwa peristiwa ini agar dapat menjadi peringatan bagi setiap penguasa. Termasuk penguasa di Indonesia, untuk tidak menyalahgunakan kekuasaannya.

"Apalagi, ketika kekuasaannya digunakan untuk mendatangkan kepentingan golongan dan pribadi," ujarnya melalui rilis yang diterima SINDOnews, Sabtu (11/3/2017).

Fadli Zon juga melihat bahwa meski menimbulkan guncangan, peristiwa di Korea Selatan ini menunjukkan jalannya mekanisme demokrasi di negara tersebut. Pengawasan, transparansi, dan penegakkan hukum dapat dilakukan terhadap siapa saja.

"Termasuk juga kepada Presiden sebagai penguasa. Hukum ditegakkan tanpa memandang status politik dan posisi," tegasnya.

Wakil ketua umum Partai Gerindra ini melanjutkan, bahwa fenomena bribe and extortion atau praktik yang lazim disebut dengan crony capitalism, sebagaimana yang menjadi pemicu mundurnya Park Geun-Hye, juga masih massif terjadi di negara-negara berkembang dan maju. Termasuk juga di Indonesia.

"Misalnya saja jika kita lihat data yang dirilis The Economist, crony capitalism index di Indonesia masih sangat tinggi. Posisi Indonesia di tahun 2016 meningkat ke peringkat ke-7 di dunia dibanding di tahun 2014 pada posisi ke-8," jelasnya.

Dia menilai, data ini menggambarkan bahwa di Indonesia praktik bisnis yang memanfaatkan pengaruh lingkaran kekuasaan negara masih cukup tinggi dan bahkan memburuk dalam dua tahun terakhir.

Menurut Fadli Zon, meningkatnya praktik crony capitalism tersebut, juga turut berkontribusi pada tingginya gap kesenjangan di tengah masyarakat Indonesia. Sehingga, meskipun terjadi pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhannya tidak inklusif. Tidak ada pemerataan kesejahteraan.

Berangkat dari peristiwa di Korea Selatan ini, Fadli Zon juga mengingatkan agar penguasa di Indonesia tidak menjalankan kekuasaannya di luar mandat yang telah digariskan konstitusi. "Di era yang semakin terbuka, kontrol politik terhadap penguasa akan semakin kuat. Tidak hanya kontrol dari parlemen, namun juga pengawasan dari masyarakat luas," tutupnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4976 seconds (0.1#10.140)