Harga Batu Bara Jatuh Tersungkur, Terendah 2 Tahun Terakhir

Jum'at, 14 Juli 2023 - 17:37 WIB
loading...
Harga Batu Bara Jatuh Tersungkur, Terendah 2 Tahun Terakhir
Harga batu bara terus terkoreksi hingga menyentuh titik terendah sejak dua tahun terakhir. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Harga batu bara terus terkoreksi hingga menyentuh titik terendah sejak 29 Juni 2021 atau sejak 2 tahun terakhir. Pertama kalinya sejak Mei 2022, harga batu bara juga jatuh tersungkur selama 8 hari beruntun.

Mengutip 2nd Session IDX Channel, harga batu bara kontrak Agustus di Pasar ICE Newcastle pada perdagangan Kamis waktu setempat ditutup di posisi USD127,15 per ton. Harga batu bara terkoreksi tipis 0,7%. Adapun, sejak awal tahun 2023 harga batu sudah terjun bebas 67,1%.

“Ambruknya harga batu bara masih disebabkan oleh lesunya ekonomi Cina, proyeksi melandainya permintaan dari India dan Eropa, serta jatuhnya harga gas alam,” demikian dikutip dari 2nd Session IDX Channel, Jumat (14/7/2023).



Sementara itu, komoditas emas mencatatkan kenaikan harga seiring dengan meningkatnya harapan akan berakhirnya kebijakan hawkish The Fed. Pada perdagangan Kamis, harga emas di pasar spot ditutup di posisi USD1.960,19 per try ons atau menguat 0,16%. Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 8 Juni 2023.

Dalam lima hari perdagangan, harga emas juga melonjak 2,59%, harga sempat melemah tipis 0,01% pada perdagangan Jumat di posisi USD1.959,93 per try ons. Dengan capaian ini, sejumlah analis memproyeksikan harga emas berpotensi kembali menembus level USD2.000 per try ons.

Selanjutnya, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau menguat 0,28% ke posisi 3.876 Ringgit Malaysia per ton di sesi awal perdagangan Jumat.



Penguatan terjadi setelah pada perdagangan hari sebelumnya harga CPO terkoreksi dalam sebesar 1,55% ke posisi 3.865 Ringgit Malaysia per ton. Adapun, capaian ini membuat harga CPO kembali meninggalkan level 3.900 Ringgit Malaysia per ton. Lebih lanjut, melemahnya harga CPO terbebani oleh perkiraan peningkatan produksi di Malaysia. Sementara, perkiraan output kedelai Amerika yang tinggi sepanjang masa juga mengurangi sentimen harga CPO.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4151 seconds (0.1#10.140)