Proses dan Fenomena Seputar Gerhana Matahari

Selasa, 08 Maret 2016 - 18:03 WIB
Proses dan Fenomena Seputar Gerhana Matahari
Proses dan Fenomena Seputar Gerhana Matahari
A A A
Fenomena alam gerhana matahari total (GMT) di 12 provinsi di Indonesia, Rabu (9/3/2016), disambut antusias warga dunia. Peristiwa langka ini menjadi momen tepat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, edukasi publik, budaya, dan wisata. Berdasarkan data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), 12 provinsi yang akan dilintasi GMT adalah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.

Proses Gerhana Matahari
1. Gerhana matahari terjadi jika bulan berada di antara matahari dan bumi dalam satu garis lurus.
2. Gerhana matahari terjadi ketika bulan berada pada fase bulan baru saat bulan memang sedang berada di antara matahari dan bumi sehingga bayang-bayang bulan jatuh ke permukaan bumi.
3. Tidak semua area mengalami gerhana. Hanya area di bumi yang dilewati bayang-bayang bulan yang akan mengalami gerhana.
4. Di siang hari, pada saat terjadinya gerhana matahari, bulan sedikit demi sedikit menutupi matahari dan pandangan kita. Lama kelamaan, matahari tertutup seluruhnya dan kita menyebutnya dengan gerhana total.
5. Bayang-bayang bulan ada dua bagian, yaitu umbra dan penumbra.
6. Penumbra adalah bayangan kabur yang terjadi pada saat gerhana atau terjadinya bayangan pada benda gelap (tidak tembus pandang) bulan
7. Umbra adalah bayangan inti yang berada di bagian tengah sangat gelap pada saat terjadi gerhana bulan.

Mitos Gerhana Matahari
Sebagian daerah di Indonesia, ada berbagai mitos mengenai gerhana. Pegiat astronomi dari komunitas Langit Selatan, Bandung, Jawa Barat, Avivah Yamani, mengatakan masyarakat di sebagian daerah di Indonesia percaya gerhana sebagai peristiwa buruk.

1. Masyarakat Jawa dan Bali, misalnya, percaya gerhana merupakan ulah Batara Kala atau Batara Kala Rau. Gerhana dianggap peristiwa ketika Batara Kala Rau, yang tinggal kepala, menelan Dewi Ratih. Cerita ini turun-temurun dan menjadi cerita favorit kala gerhana.

2. Halmahera punya mitos serupa. Sebagian masyarakat di sana menganggap gerhana terjadi akibat suanggi atau setan melahap matahari. Uniknya, masyarakat yang percaya mitos-mitos tadi membuat reaksi yang sama ketika gerhana terjadi. Mereka, baik di Jawa, Bali, maupun Halmahera, membuat bunyi-bunyian.

3. Sulawesi Selatan memiliki mitos tersendiri. Ketiadaan sementara matahari dipercaya sebagai sanksi. Agar langit kembali terang, masyarakat dilarang memakan babi.

4. Di zaman modern, fenomena gerhana matahari punya mitos lain. Mereka yang melihat gerhana matahari bakal buta. ”Memang bisa berbahaya kalau menatap matahari langsung, tapi bukan berarti kita tidak bisa melihat keindahan peristiwa itu.”

5. Saat gerhana matahari terlihat, pengamat memang dilarang melihat secara langsung ke arah matahari. Cara aman menyaksikan peristiwa sejajarnya tiga benda angkasa tadi adalah dengan menggunakan alat bantu. Alat bantu itu bisa berupa teleskop yang dilengkapi filter atau plastik film hitam putih (klise) untuk fotografi.

Fakta Gerhana Matahari Total
1. Hanya Terjadi di Indonesia

Gerhana matahari yang akan terjadi pada 9 Maret 2016, bertepatan dengan ritual Nyepi umat Hindu di Bali, yang jatuh pada bulan baru.
Istimewa karena hanya Indonesia yang dilalui gerhana matahari tersebut. Wilayah lainnya adalah di Samudra Pasifik

2. Yang Pertama di RI pada Abad ke-21
Peristiwa gerhana matahari total bukan kali pertamanya terjadi di Indonesia. Fenomena itu pernah ada pada tahun 1983, 1988, dan 1995. Namun gerhana matahari total 2016 adalah yang pertama terjadi pada Abad ke-21 di Indonesia.

3. 300 Tahun Sekali
Gerhana matahari total adalah peristiwa langka. Tak diketahui periode pasti fenomena tersebut akan terjadi dan berulang di satu daerah. Berdasarkan perhitungan kasar, gerhana matahari total hanya akan terjadi sekitar 300 tahun sekali di satu daerah.

4. Menguji Teori Einstein
Gerhana matahari total yang akan terjadi di Indonesia pada 9 Maret 2016 juga menjadi perhatian ilmuwan dunia. Fenomena gerhana matahari total adalah kesempatan bagi para peneliti untuk melakukan sejumlah riset: terkait fisika matahari maupun fisika umum. Pun kajian dampak dan keantariksaan. Juga sering dijadikan pembuktian teori relativitas Einstein. Bahwa suatu benda bisa membelokkan cahaya.

5. Bukan Fenomena Berbahaya
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin menegaskan, gerhana matahari total adalah fenomena yang luar biasa. Bukan peristiwa penuh marabahaya. Yang membahayakan itu, kalau kita tidak berhati-hati melihatnya.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6020 seconds (0.1#10.140)