UI Tambah Tiga Guru Besar di Bidang Kesehatan

Rabu, 24 September 2014 - 17:10 WIB
UI Tambah Tiga Guru Besar di Bidang Kesehatan
UI Tambah Tiga Guru Besar di Bidang Kesehatan
A A A
JAKARTA - Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan tiga guru besar di Balai Sidang, Kampus UI, Depok, Rabu (24/09/2014).

Mereka adalah Prof. Dr. Dra. Ratu Ayu Dewi Sartika Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat, Apt, M.Sc, Prof. Dr. Harmita, Apt Guru Besar Tetap bidang Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi UI, serta Prof. Dr. dr. Ratna Djuwita Hatma, MPH Guru Besar Tetap dalam bidang ilmu Epidemiologi.

Ratu Ayu Dewi Sartika menyampaikan pidatonya berjudul 'Tantangan Gizi Global Terhadap Resiko Kesehatan Masa Depan'.

Menurutnya masalah gizi masih menjadi persoalan besar pada anak-anak di Indonesia. Saat ini, salah satu masalah gizi adalah 37,2% anak mengalami stunting. Angka
ini tergolong tinggi dan menggambarkan kegawatdaruratan gizi di Indonesia, dimana sepertiga anak balita bertubuh pendek.

Masalah gizi selain stunting adalah gizi ‘lebih’, sebanyak 14,2% anak balita berkategori ‘gemuk’ dan angka kegemukan pada orang dewasa mencapai 21,7%.

"Maraknya gerai fast food, dan mini market yang menjual makanan kemasan dengan tinggi kalori, lemak, karbohidrat, gula dan garam serta aktifitas sedentari mulai dari usia anak-anak hingga dewasa akan berdampak pada meningkatnya prevalensi gemuk," tegasnya dalam orasi ilmiahya.

Sedangkan Harmita mengambil judul “Peran Analisis Farmasi dalam Mendukung Pelayanan Kefarmasian”. Harmita telah menekuni bidang Analisis Farmasi puluhan tahun.
Saat ini, Harmita terus mencari metode analisis sediaan farmasi yaitu obat dalam matrik dan melakukan validasi metode analisis, guna mempersiapkan metode yang diperlukan untuk analisis obat dalam plasma (Farmakologi) atau BA-BE atau dissolusi atau obat tradisional.

"Bagaimana caranya obat itu harus murah dan efisien sejalan dengan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)," ungkap Harmita.

Sedangkan Ratna Djuwita Hatma, menyampaikan pidato pengukuhannya berjudul “Peran Epidemiologi Gizi dalam Penanggulan Penyakit Tidak Menular”. Penyakit tidak menular merupakan penyebab utama kematian pada saat ini di dunia.

Data di Indonesia menunjukkan bahwa penyakit tidak menular (yang meliputi antara lain penyakit kardiovaskular, diabetes, tumor ganas dan saluran nafas kronik) pada tahun 2007 meningkat menjadi 59.5%.

Lebih lanjut pada studi kasus kontrol di etnik Minahasa menunjukkan risiko menderita penyakit jantung koroner 12 kali lebih tinggi pada kelompok yang sering makan sate babi kotey dibandingkan dengan yang jarang memakannya.

"Begitu juga mereka yang sering mengonsumsi paniki kelelawar 6.43 kali lebih berisiko untuk terkena penyakit jantung koroner," tutupnya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9881 seconds (0.1#10.140)