Gawat! Tak Terima Digurui, Panglima TNI Marahi Danjen Kopassus karena Menolak Perampingan Pasukan

Kamis, 22 September 2022 - 05:47 WIB
loading...
Gawat! Tak Terima Digurui, Panglima TNI Marahi Danjen Kopassus karena Menolak Perampingan Pasukan
Panglima TNI Leonardus Benyamin Moerdani bersama Danjen Kopassandha kini bernama Kopassus Brigjen TNI Sintong Panjaitan. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Komando Pasukan Khusus ( Kopassus ) merupakan bagian dari Komando Utama tempur yang dimiliki TNI Angkatan Darat (AD). Pasukan dengan kemampuan khusus yang sangat mematikan ini dapat digerakkan dalam unit-unit kecil dan dapat beroperasi di belakang garis pertahanan musuh.

Dikutip dari laman resmi Kopassus, sejarah pembentukan Korps Baret Merah ini berawal saat Pimpinan Angkatan Perang RI mengerahkan pasukan untuk menumpas pemberontakan bersenjata di Maluku yang menamakan dirinya Republik Maluku Selatan (RMS) pada Juli 1950.

Pasukan tersebut dipimpin Panglima Teritorium III Kolonel Inf. Alexander Evert Kawilarang dengan Komandan Operasinya Letkol Slamet Riyadi. Meski berhasil menumpas pemberontak namun tidak sedikit dari TNI yang menjadi korban. Banyaknya prajurit TNI yang gugur ini bukan hanya disebabkan tingginya semangat pasukan musuh dan persenjataan yang lengkap namun juga karena taktik, pengalaman tempur yang baik didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.



Peristiwa inilah yang mengilhami Letkol Slamet Riyadi menggagas satuan pemukul yang dapat digerakan secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran di medan yang berat sekalipun. Setelah gugurnya Letkol Slamet Riyadi saat pertempuran di Kota Ambon, gagasan tersebut dilanjutkan oleh Kolonel A.E. Kawilarang.

Pada November 1951, Kolonel A.E. Kawilarang ditunjuk sebagai Panglima TT III/Siliwangi. Eks prajurit KNIL itu pun mengeluarkan Instruksi Panglima Tentara dan Teritorium III Nomor 55/Instr/PDS/52 tanggal 16 April 1952 tentang pembentukan Kesatuan Komando Tentara dan Teritorium III atau Kesko III/Siliwangi yang menjadi cikal bakal Kopassus.



“Dibenaknya (Kawilarang-red), pasukan khusus itu harus menjadi kesatuan yang ramping memiliki keahlian individu yang tinggi serta bermobilitas tinggi,” tulis buku berjudul “Kopassus untuk Indonesia” dikutip SINDOnews, Kamis (22/9/2022).

Gawat! Tak Terima Digurui, Panglima TNI Marahi Danjen Kopassus karena Menolak Perampingan Pasukan


Dalam perjalanannya, pada 1985 jumlah pasukan ini terus bertambah hingga mencapai 6.644 prajurit. Kondisi ini mendorong Jenderal TNI Leonardus Benyamin Moerdani atau dikenal dengan sebutan Benny Moerdani yang saat itu menjabat sebagai Panglima TNI melakukan reorganisasi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1980 seconds (0.1#10.140)