Magna Charta untuk internet

Kamis, 20 Maret 2014 - 07:37 WIB
Magna Charta untuk internet
Magna Charta untuk internet
A A A
DAFTAR orang terkaya di dunia versi Forbes pada tahun-tahun terakhir ini memperlihatkan tren bahwa 30% di antaranya orang terkaya tersebut orang-orang muda yang bekerja di bidang industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Dunia ini riuh penuh cerita sukses dari mulut ke mulut bagaimana komputer kian mengecil dan makin digdaya mengikuti Hukum Amdahl, mengubah gaya hidup dan cara bekerja sebagian besar penduduk dunia. Inovasi, ketekunan, keberuntungan, berada pada lingkungan yang tepat, adalah kata-kata yang mengalir tentang pemungkin demokratisasi dunia abad ini. Teknologi muncul memudahkan kita bekerja, menghitung, membuat laporan, menggambar, membuat video, membuat visualisasi pada lanskap dunia, dan lainnya.

Teknologi elearning muncul memudahkan belajar dapat dilakukan di mana saja, tentang apa saja, dari siapa saja, dan kapan saja. Teknologi pengolahan citra dan telekomunikasi muncul membawa hiburan berupa video yang kian halus, cantik, berdefinisi tinggi, bersuara lebih indah dari aslinya.

Teknologi penyiaran muncul membawa berita dari siapa saja, saat itu juga, dari mana saja di seluruh dunia. Tidak pernah dunia menjadi sekecil ini. Kicauan/ Twit seorang anak yang kehilangan ayah awak kapal pesawat MH370 yang hilang misterius menjadi perhatian dunia.

Video sedih tentang optimisme pesawat pasti akan berlabuh, menjadi inspirasi dunia. Teknologi permainan muncul, memberi kesempatan kerja sama bagi pemain game di seluruh dunia. Dunia virtual second life muncul menjadi ruang baru di dunia maya. Sentuhan dan tambahan kompleksitas permainan membuat sebagian pengguna game bahagia dan sebagian frustrasi seperti game Flappy Bird yang sekejap muncul, mengguncang dunia, untuk kemudian ditarik pembuatnya dari peredaran.

Teknologi jaringan sosial membuat jarak antara pemimpin dan rakyatnya hilang dan komunikasi dapat langsung terjadi saat itu juga. Saling menyapa, berbagi, dan berkomentar terjadi dengan sangat cepatnya. Gambar-gambar dan video bergerak dibagikan pada semua. Kemajuan ini menimbulkan tugas bagi para pendidik untuk mengajarkan bagaimana murid memanfaatkan waktu yang terbatas, menyaring informasi yang akan dilihat dan disebarkannya, serta sadar akan risiko tindakannya.

Sementara itu, rakyat kita yang masih tergagap dan candu pada perubahan teknologi tidak sempat untuk belajar. Jutaan orang terguncang oleh berita kemerosotan moral, pornografi, berita hangat yang digadang-gadangkan para jurnalis berbagai media, serta dampak negatif teknologi lain. Rakyat dunia terguncang mendengar spionase dan penyadapan dilakukan negara-negara adidaya. Pada 14 Maret 2014 pendiri Facebook, Zuckenberg, bahkan menelepon Presiden AS Obama untuk memprotes penyadapan yang dilakukan NSA.

Kita tidak tahu dan tidak sempat memikirkan lagi, apa artinya layanan gratis, dibandingkan kedaulatan informasi pribadi. Kita tidak bisa menentukan lagi apakah yang akan terjadi jika semua sudut kehidupan, seluruh catatan orangorang yang ditemui, setiap ucapan dan tindakan tercatat dan tidak bisa dihapus lagi. Apakah ini yang diharapkan para pendiri internet?

Pada 2000-an muncul istilah internet bubble untuk perusahaan yang berhubungan dengan teknologi informasi dan komunikasi yang sahamnya tiba-tiba dijual di pasar modal dengan harga fantastis. Ini pun terjadi bulan ini dengan dibelinya aplikasi WhatsApp oleh Facebook. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa masih banyak para insinyur, teknolog, ilmuwan, yang bekerja dan terus berada dalam jalan sunyinya.

Tim Berners Lee, Linus Torvald, Mark Weizer, Dennis Ritchie, Vinton Cerf, Richard Stallman, dan Isidro Aguillo adalah contoh ilmuwan yang sangat berpengaruh pada perkembangan dunia komputer, internet, dan komunikasi, namun belum atau bahkan tidak mendapat tempat layak di panggung dunia. Mereka memilih terus bekerja, memberikan sumbangan bagi pengembangan teknologi, dan mengampanyekan sumber informasi terbuka.

Namun, mereka penuh dengan kekhawatiran pada perkembangan internet yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Internet kini ternyata tidak saja harus dijaga dari para penjahat dunia maya, namun juga terhadap penyadapan dari institusi pemerintah. Di harian Guardian, 12 Maret 2014, penemu World Wide Web, Tim Berners Lee (peneliti di CERN Swis 25 tahun lalu) mengusulkan perlunya kesepakatan seperti Magna Carta untuk internet seperti yang pernah dibuat pada 1215 di Inggris untuk membatasi hak Raja Inggris.

Internet perlu dijaga dan dicerahkan dengan konstitusi agar hak-hak pengguna di seluruh dunia kelak terlindungi. Anak-anak harus diproteksi dari hal perusak yang tersebar di dunia maya. Masa depan suram internet harus diantisipasi. Diperlukan aturan baru untuk melindungi sistem agar ”terbuka dan netral”, sehubungan dengan peningkatan serangan yang berasal dari instansi pemerintah dan perusahaan.

Tim Berners Lee, yang banyak diusulkan untuk menerima hadiah Nobel di bidang teknologi informasi (yang belum pernah ada), mengusulkan perlunya konstitusi global untuk internet, 25 tahun setelah ia membuat proposal WWW. Dengan Magna Carta yang diusulkan dibuat di tiap negara, akan ada harapan terbentuk pemerintahan terbuka, demokrasi yang baik, layanan kesehatan yang baik, komunitas yang terhubung, dan keragaman budaya. Layanan keamanan harus diupayakan dengan kerja keras bersama, seiring terbuka kasus penyadapan, kebocoran informasi, dan tidakdigunakannya inskripsi dan tools keamanan untuk memastikan keamanan dunia cyber.

Teknologi informasi dan jaringan informasi memengaruhi setiap aspek kehidupan. Proteksi aset digital dan aktivitas di ruang syber untuk kehidupan individual dan kesejahteraan masyarakat menjadi sangat penting. Risiko setiap hal harus dievaluasi dan teknologi pengamanan dunia syber harus terus ditingkatkan. Saat ini saling ketergantungan antara individu, organisasi, dan negara menjadi ciri model bisnis baru.

Kesuksesan individu, organisasi, dan negara membutuhkan kemampuan mengantisipasi dan mendeteksi serangan, mengerti dan memprediksi risiko, serta merespons dan memperbaiki keadaan. Pada masa depan diperlukan pengaturan, regulasi, kerja sama, keterampilan, dan perangkat (tools). Kesadaran untuk berbagi ilmu pengetahuan dengan dokumen yang terbuka secara online kini muncul di seluruh dunia.

Penghargaan pada siapa yang lebih dulu berbagi di internet dan penilaian para ilmuwan berbasis jumlah situasi terhadap tulisan yang dibuatnya adalah dasar baru bagi kemunculan sinar peradaban baru. Internet juga memberi kesempatan pada bangsa Indonesia sebagai warga dunia untuk muncul menjadikan Nusantara menjadi pusat peradaban seperti Sriwijaya dan Majapahit dulu. Dengan internet, kita memiliki kesempatan menjadi pusat tataran kekinian dengan kemunculan abad Asia.

Kesadaran tentang hak, kewajiban, moral, dan etika menitikberatkan pada nilai luhur dan karakter bangsa yang produktif. Sifat pekerja keras tak kenal lelah perlu memanfaatkan teknologi dengan bijaksana demi hidup masa kini dan generasi masa depan.

Mimpi mewujudkan cita-cita 100 tahun kemerdekaan Indonesia nanti untuk menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia dengan kehendak Allah akan dapat kita raih. Saatnya untuk mewujudkan visi Indonesia mandiri, maju, adil, dan makmur.

RIRI FITRI SARI
Guru Besar Teknik Elektro, Universitas Indonesia
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3225 seconds (0.1#10.140)